13. Workshopologize

1.7K 314 153
                                    

Happy Reading

.

.

.

"Bangsat! Kacauu kacauu..."

Satu seruan yang keluar dari bibir Vano, membuat ketiga orang di sekitarnya menengok bersamaan.

Ada Issabelle, Ocha, dan Leo yang saat ini tengah berkumpul bertiga di gazebo sembari makan siang. Sebenarnya mereka hanya tidak sengaja bertemu. Dan berakhir mengobrol, sampai tidak terasa sudah 1 jam lamanya mereka duduk-duduk disana.

"Apaan? Ada apa?" tanya Issabelle penasaran. Dia sampai menurunkan potongan kebab nya. Padahal gadis itu sudah hampir menggigit nya tadi.

"Anjing Le. Lo linguistik dapet nilai A+! Gila! Bener-bener udah kagak waras!"

Vano mengusap kepalanya kasar kepalang frustasi. Matanya masih tidak percaya menatap daftar nilai yang barusaja dia terima dari dosen melalui grub chat.

"HAH DEMI?!" Issabelle ikut berteriak kaget, dan langsung merebut handphone Vano. Sedangkan Ocha terlihat melongo sembari melebarkan matanya.

"BUSET! SUMPAH YAAA. LO ANAK SIAPA LE! ASTAGA!" pekik Issabelle tepat setelah memastikan ucapan Vano.

Benar. A+. Dan menjadi nilai tertinggi. Bahkan Issabelle, Vano, dan Ocha, sama-sama hanya mendapat nilai B. Bagaimana mungkin Leo bisa dengan mudah mendapat A+.

Leo yang posisi nya belum sempat mengecek nya, hanya bisa tertawa canggung. Dia juga sedikit kaget setelah mendengar nya. Pasalnya, saat ujian linguistik tadi pagi, Leo benar-benar sedang tidak dalam keadaan yang fit. Kepalanya entah kenapa mendadak pusing. Sepertinya karena kelelahan dan sering pulang terlalu larut akhir-akhir ini.

Leo kira, di ujian kali ini, dia akan mendapat nilai jelek. Tapi untunglah masih baik-baik saja.

"Le. Ngaku deh lo sekarang. Lo kalo makan, merk beras nya apaan?" selidik Vano mengubah posisi duduk nya menjadi lebih tegap. Matanya terlihat begitu serius menatap Leo meminta jawaban.

Barangkali nanti kalau Vano beli beras yang sama, otaknya bisa sejenius Leo.

"Kayaknya lo bukan tipikal orang yang makan nasi Le. Tapi makan buku diktat. Iya kan?!" Ocha ikut memicing curiga.

Leo terkekeh, "Gue makan nasi biasa kok. Emang lagi beruntung aja."

"Beruntung apaan?! Lo mau gue bukain semua nilai-nilai lo dari semester awal?" seru Vano kontra. Bukan sekali dua kali Leo mendapat nilai fantastis di mata kuliah nya, tapi hampir di setiap ujian. Inimah bukan beruntung lagi, tapi memang dasar nya jenius!

Sementara itu, Issabelle mendadak bergidik dari tempat duduk nya. Dia memilih beralih melahap kebab nya ketimbang mendengar nilai-nilai fantastis Leo. Bisa mati muda kalau sampai Issabelle membandingkan nya dengan nilai-nilai nya sendiri selama ini.

"Lo keren banget sih Le. Tapi untung bukan tetangga gue. Kalo iya udah dibanding-bandingin sama nyokap gue. Noh liat si Leo masih semester 3 udah aktif organisasi, ganteng, sopan, pinter banget lagi. IPK nya sempurna," dengus Ocha sembari menyeruput jus melon nya. Membayangkan akan se-nista apa dirinya dimata ibunya kalau betulan bertetangga dengan Leo.

"Fix lo langsung dikutuk jadi batu Cha. Lebih berguna buat nguleg sambel soalnya," balas Issabelle telak. Vano yang mendengar nya pun langsung tertawa terbahak-bahak, setuju dengan ucapan Issabelle. Pasalnya Ocha memang setidak berguna itu. Hidupnya hanya berpedoman pada "Selagi gue masih bisa napas, yaudah" alias tidak ada jiwa-jiwa kompetitif nya sama sekali.

Alan Allana | Lee Jeno✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang