42. The Dream Show

1.2K 164 8
                                    

Happy Reading
.
.
.


Bruk!

"Aih ayang, kamu mah kalem we atuh... Nanti kita ketahuan gimana..."

"Kamu yang santai anjir, itu tangan nya jangan begitu napa! Kelihatan nanti!"

"Tangan aku emang segini Cha... masa mau dikempesin?"

"Ya makanya jangan ikutan Vano nge-gym mulu kerjaan nya! Dzikir kek, puasa 7 hari 7 malem kek."

"Iya iya... besok Aa Dio tinggal otot nya di kost. Ntar dipasang lagi kalo mau ngedate sama kamu."

Plak!

"Nggak begitu juga sayanggg...."

Sudah sejak 20 menit yang lalu, dua orang yang katanya calon pasutri itu berimpitan di pojokan loker sambil berbisik-bisik lirih. Niat awal ingin curi-curi waktu untuk berduaan di sekre saat yang lain mempersiapkan venue, ternyata gagal saat Allana tiba-tiba masuk ke dalam sekre. Dan sial nya lagi, Alan juga tak lama ikut masuk kedalam sekre. Membuat keduanya malah jadi berduaan disana dalam waktu yang cukup lama. Alhasil, Dio dan Ocha yang langsung panik hanya bisa menghindar dan berakhir bersembunyi di belakang loker seperti sekarang. Untungnya cukup jauh dari posisi Alan dan Allana. Jadi suara bisik-bisik mereka tidak sampai terdengar.

Memang kalau memanfaatkan kesempatan di sela kesempitan itu tidak berkah. Ocha dan Dio contohnya.

"Say, kalo gini lama-lama kita kaya lagi nonton drama korea secara live nggak sih?" bisik Dio menoel-noel pundak Ocha saat melihat Alan dan Allana mulai bersandar satu sama lain sembari membicarakan banyak hal yang entah apa itu. Persis seperti adegan-adegan di drama korea yang sering Dio dan Ocha tonton bersama-sama.

"Kalo di drakor mah bentar lagi ada yang nyosor itu mah..." balas Ocha semakin menajamkan matanya. Jaga-jaga kalau sebentar lagi akan terjadi adegan taraktakdung seperti di drama-drama korea.

"Kita nggak mau nyobain juga say?"

Ocha menengok ke arah Dio yang tengah menatapnya polos.

"Nyobain apaan?"

"Itu--- nyosor."

Ocha melotot.

"Mau mati?!"

Dio menggeleng-geleng.

"Tapi kayaknya nyobain sekali aja bol---"

"Mau pilih mati ditempat, apa sakaratul maut dulu?" potong Ocha garang.

Dio langsung menggeleng panik. Wajahnya berangsur takut saat melihat betapa tajam nya Ocha menatap nya.

"Astagfirullah beztiehh. Ternyata setelah Aa Dio pikir-pikir, itu adalah perbuatan yang keji. Jadi sebagai calon imam yang baik, Dio siap menjaga kemurnian bibir ini sampai pada waktunya," bisik Dio sambil memegang dada nya, ala-ala mama dedeh.

"Bagus... anak pinter," Ocha tersenyum mengusap-usap pipi Dio. Sedangkan Dio tersenyum lucu seperti anjing puddle saat merasakan Ocha mengusap-usap pipinya. Memang agak aneh pasangan satu ini.

"Tapi mau sampe kapan kita jadi trenggiling disini say? Kaki aku udah banyak semutnya... Kayaknya arwah semut yang pernah kamu injekin pada dendam ke aku deh," keluh Dio memegangi kedua kakinya yang semakin kesemutan dan kebas. Rasanya kakinya diserang koloni semut dari seluruh dunia.

"Ihh diem dulu. Tahan... Aih kamu mah jompo pisan. Gitu aja langsung kesemutan."

"Manusiawi Cha... Bentar lagi semutnya berubah jadi kalajengking ini mah. Makanya ayo buruan kabur."

Alan Allana | Lee Jeno✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang