13. Penolakan

68 17 40
                                    

Azura kira, ia akan diantar langsung ke kosan. Tetapi, motor Adriansyah malah belok ke arah kiri saat sampai di persimpangan. Bukan belok ke kanan, pada arah yang seharusnya.

"Kakak salah jalan" tutur Azura tepat di sebelah telinga kanan Adriansyah yang tertutup oleh helm.

Mungkin setiap orang pernah merasakannya. Ketika berbicara dengan seseorang di atas motor, maka yang terjadi adalah salah tanggap akibat angin dan telinga tersumpal.

"APA RA?"

Azura menghela nafas, "KAKAK SALAH JALAAAANNNN!!!!"

"KAKAK GA PERNAH JUALAN RA"

"SALAH JALAN, JALAN KAK!"

"JALAN-JALAN? BOLEH RA!"

Azura benar-benar kicep dengan Adriansyah. Bisa-bisa nya fungsi telinga kanan nya yang tidak bekerja dengan baik. Sudah sekeras-kerasnya Azura berbicara di dekat telinga laki-laki itu, tapi yang menoleh malahan pengendara di sebelahnya yang diikuti ekspresi tahan tawa.

Ingin sekali Azura menggeprek pengendara di sampingnya.

Jadi, Azura memutuskan untuk diam dan menikmati padatnya jalan Kota Jakarta. Dalam keheningan tersebut Azura merasa aneh dengan apa yang terjadi seharian ini.

Ingin sekali ia mengatakan yang sebenarnya pada Caca bahwa ia juga menyukai Fulan -- sama seperti Caca. Hanya saja, ia tak berani untuk mengungkapkan nya. Azura takut nanti persahabat mereka rusak karena laki-laki.

Bagaimana pun juga, bagi Azura persahabatan itu lebih penting dibanding seseorang yang ia suka. Sebab, sahabat selalu mengulurkan tangan tanpa pamrih. Sedangkan Fulan?

Entah lah, lelaki yang datang tanpa salam dan pergi tanpa permisi itu membuat Azura merasa kepermainkan dan bodoh.

Sepertinya cover lagu Renjun -- Fools cocok bagi Azura, pikir gadis itu.

Tapi, satu hal yang mengganjal di benak Azura. Alasan Caca tidak pernah memberitahu tentang Fulan, bahkan memperkenalkan kepada mereka bahwa Fulan adalah pacarnya.

Lagi-lagi, Azura mendengus pasrah seakan-akan beban tersebut tak kunjung akan terangkat.

"Sampai kapan gue bakalan kayak gini terus?"

Semuanya bisa saja berakhir jika Azura ingin menjauh. Menjauh sejauh-jauh nya. Hanya itu jalan yang ia pikirkan.

Merelakan dan menjauh.

Mungkin, mencintai tak selama nya tentang memiliki tetapi tentang seberapa mampu kita merelakan dua orang untuk berbahagia. Azura tahu bahwa ia harus menjaga jarak agar ia semakin tak terluka dan tak ada yang salah paham atas semuanya.

"Mau duduk sampai kapan Ra?" tanya Adriansyah pada Azura yang tak kunjung turun.

Azura gelagapan saat Adriansyah menanyakan hal tersebut. Malu sekali rasanya kepergok tengah termenung seperti ini.

"Lo lagi banyak beban pikiran?" tanya Adriansyah sekali lagi yang membuat Azuta kukuh menggelengkan kepalanya. Tapi entah kenapa, Adriansyah malah menatap Azura intens seolah-olah ada sorot penyesalan yang terpancar dari kakak tingkatnya itu.

Entah kenapa, Azura merasa bersalah dan ingin mengungkapkan kata-kata yang entah lah. Ia merasa sangat jahat sekarang. Walau tak ada sebab sama sekali.

Langit yang membiru dan angin yang bertiup gemulai menjadi saksi bahwa Azura benar-benar yakin, ia hanya mengagumi sosok Adriansyah tak lebih dari apapun.

Azura tak ingin menyakiti dirinya dengan selalu bersama Adriansyah sedangkan pikiran nya selalu memikirkan Fulan. Entah kenapa, ia tak ingin bersama siapa pun terlebih dahulu.

My Love Is My Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang