Malam ini, Azura tak menginap di apartemen miliknya melainkan di kosan. Sebab, besok pagi-pagi sekali, gadis itu harus pulang kampung ke Semarang bersama kak Calya dan Genta. Tidak mendadak karena memang sudah disepakati bersama semenjak awal ujian dimulai.
Semuanya memutuskan dengan damai bahwa mereka akan pulang ke Semarang esok hari walau ada perdebatan antara Papa dan Mama. Papa ingin anak-anak nya pulang bawa mobil yang berarti Azura harus memilih antara mobil kak Calya atau Genta.
Apakah Azura punya mobil? Jawban nya punya, tapi di Semarang dan untuk semedter empat nanti baru ia diperbolehkan membawa mobil tersebut ke kampus.
Tak ada aturan hanya saja Azura yang menentukannya sendiri. Berbeda dengan kak Calya yang memang sudah diperbolehkan membawa mobil kemana-mana sejak lulus SMA karena papa dan mama tahu seberapa mandiri anak pertama nya itu hingga kadang Azura agak iri karena kakak nya memiliki kebebasan yang ia tak terlalu miliki.
Di lain sisi, Azura merupakan jelmaan salah satu dari sekian manusia yang selalu protes ketika saudara nya mendapatkan sesuatu tetapi ia mapah tidak sadar jika diberi lebih. Azura itu sudah bisa mrmbawa mobil sejak SMA akibat papa yang diam-diam melatihnya di lapangan samping kompleks mereka. Sehingga, saat papa menawari Azura untuk membawa mobil ke kampus, gadis itu menolak yang membuat Genta mengeluarkan petuah khas nya.
"Hilih, bilang aja lo ga bisa bawa mobil" ledeknya yang langsung mendapat bantal bekas lemparan super kuat Azura. Genta yang terkena kepala nya hanya merintih kesakitan --- asli bukan bohongan.
Perdebatan dan pergelutan itu harus berakhir saat mama Hanum dari dapur membawa satu pisau pemotong daging yang berlumur darah membuat kesan mengerikan sekaligus psikopat disaat yang bersamaan. Hal ini kontan membuat Genta dan Azura tiba-tiba saja saling berpelukan layaknya saudara yang benar-benar akur. Merasa mama sudah menghilang di balik belokan ke arah dapur. Azura pun mendorong Genta hingga tersungkur di karpet.
"Kasin, wleeekk!" padahal Azura hendak mau jalan tetapi malah tersungkur saat tangan Genta memegang kaki kakak nya itu. Dan -----
Brukh!!!
Tak ada satu pun kasur atau jelli atau bahkan sofa yang bisa menampung dirinya saat terjatuh.
Akibat mengehntikan pertikai-an tersebut, papa pun menjelaskan dengan baik bahwa selama ini Azura sudah bisa membawa mobil.
"Yaudah deh pah, aku ga usah bawa mobil dulu, semester 4 aja deh" dengan begitu palu pun dipukul, menandakan bahwa akan baik-baik saja.
Kalau Genta? Hhmmm, laki-laki itu memang sudah selalu memborbardir papa Abiyasa agar membelikannya mobil selepas ia selesai UN. Tetapi awalnya papa dan mama tidak setuju karena belum terverifikasi kemampuan membawa mobilnya. Namun, ia bisa juga mendapatkan nya.
The power of the youngest children.
Namun, saat Azura tengah packing beberapa pakaian yang hendak di bawa pulang dan merapikan kamar agar terjamin bersihkan. Sebuah panggilan video membuat Azura kaget dan bingung antara harus mengangkatnya atau tidak.
Sebenarnya ada juga rasa bahagia nan tak terduga dari si pemanggil. Hingga akhirnya Azura memutuskan untuk merapikan sedikit rambutnya dan menekan tombol hijau.
Bisa Azura lihat seorang pria berpakaian hoodie abu-abu tengah menatapnya dengan datar namun malah terkesan keren dan sangat sesuai dengan image nya.
Awalnya tak ada suara sama sekali, hingga akhirnya dari seberang sana terdengar sebuah pertanyaan yang membuat Azura merasa seperti memiliki kekasih saja.
Hingga akhirnya Azura menepis pemikiran halu nya sendiri.
"Lagi ngapain?"
"Lagi packing barang, soalnya besok mau balik ke Semarang"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Is My Universe
Fanfiction[Selesai] Azura hanya menanamkan hal-hal standar dalam dirinya karena gadis itu memang kurang minat untuk menjadi sorotan. Memasuki radio kampus dan berakhir resign di tengah jalan adalah pilihan terpaksa yang harus dilakukan Azura. Namun siapa sang...