Author POV
Weekend. Hari dimana semua orang mungkin menunggunya hari dimana pegawai kantor cuti, anak sekolah libur anak kuliah dirumah dan ora nganggur seperti ibu rumah tangga berkumpul dengan keluarganya
Hari dimana yang biasa malas, akan bertambah malasnya. Seperti Disty
Gadis itu masih bergulung dengan selimut, bertempur dengan dunia mimpi dan tak mengetahui apa yang terjadi didunia realita. Jam dinding berbentuk bulan menunjukkan pukul 09.00 pagi. Mungkin karena dia sadar, dirinya tengah berada dirumah aslinya
Ketika biasannya Disty bangun pagi ketika di kost dengan alasan Nana dan Una yang suka bangun pagi dan giat dipagi hari entah hari minggu ataupun hari biasa. Hari minggu biasa mereka gunakan untuk jogging keliling kost atau bersih bersih kamar dan sebagainya"ANAK MAMA BANGUN! CEWE KOK BANGUNNYA SIANG! NTAR KALO UDAH PUNYA SUAMI GIMANA?" pekik Zifa
"eunghh paan si ma"
Cengklekkkk
"ASTAGFIRULLAH" Zifa geleng geleng kepala melihat anak gadis semata wayangnya. Lihatlah, selimut menggulung dirinya menjadikan badannya seperti kue dadar gulung. Bantal tak lagi ada ditempatnya, sprei entah kemana hilang terbawa suasana, gorden masih tertutup, alarm berbunyi.
Huhh percuma alarm bunyi kalo orangnya tidur kaya orang meninggoy_-
Zifa mendekat ke arah ranjang dan duduk memandang anak gadisnya itu.
"huh meresahkan! ntar kalo punya suami teh mau gimana?" gumamnya
"HEH WOY BANGUN! HELLO ANAK MAMA BANGUN UDAH SIANG!" seru Zifa menepuk paha Disty
"hemm apasi ma" jawab gue dengan nada khas bangun tidur
"APA APA! BANGUN!" pekik Zifa membuat Disty terlonjak kaget
"MAMA KALO BANGUNIN YANG LEMBUT KEK GIMANA KEK" kesal Disty
Zifa mencebikkan bibirnya.
"anak satu satunya, gadis tapi malesan bangun siang huh. Ntar kalo punya suami gimana hah?"
"apa sih ma, masih lama jugaa" gerutu Disty melangkahkan kaki menuju kamar mandi
"HIH ANAK SIAPA ITU" cibir Zifa. Lalu dia merapikan tempat tidur anaknya dan membuka gorden memberikan akses sinar matahari masuk ke dalam ruangan bernuansa merah itu. Setelahnya Zifa turun dari kamar Disty
Disty POV
"you will a merry me?"
Aku kaget. Kaget sekaget kagetnya! Ini halu? Atau apa? Aku dilamar sama Jefri Nichol? Omeygod
Aku mengangguk."i will"
Dia tersenyum lalu detik itu juga dia memasangkan cincin emas elegan ke jari manis ku. Aku langsung berhamburan memeluk dirinya dengan hangat dan dibalas baik olehnya. Ngga nyangka kalo aku dilamar seorang Jefri Nichol seorang artis papan atas yang gantenganya tiada tara ngelamar aku di taman ditambah kerlipnya lampu lampu indah disaksikkan ribuan bintang dan terangnya sinar rembulan? Ohh ini sangat romantis bukan? Petikkan gitar dan alunan lagu romantis mengiringi acara sakral ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Arfa&Adisty [END]
JugendliteraturStory 1 Pernikahan bagi sebagian orang memang membahagiakan tapi jika itu disetujui kedua belah pihak terutama sang mempelai. Lalu bagaimana jika pernikahan terjadi lantaran perjodohan atau--kecelakaan? Itu yang aku rasakan ketika harus menikah atas...