•One day📍
Aku mengusap mataku pelan menengok ke kanan ke kiri ternyata aku sudah ada didalam kamar bernuansa hitam putih ini. Kamar siapa? pikirku, namun sedetik kemudian aku sadar mungkin ini dikamar Afkar
Aku duduk bersender dikepala ranjang mengumpulkan nyawa terlebih dahulu. Aku menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka ternyata Afkar yang keluar dari kamar mandi dia sudah terlihat lebih segar. Aku juga heran kenapa Afkar sering mandi? Ah bukan aku dan Afkar baru beberapa jam bersama kenapa malah judge dia sering mandi?
Dia berjalan ke arah lemari, ya saat ini Afkar hanya memakai celana pendek coklat dengan handuk menutupi badan bagian atasnya serta rambut yang terlihat acak acakan. Aku masih diam, memperhatikan gerak gerik dia yang tengaj memilih kaos harian
Koperku masih tergeletak di depan lemari, biarkan saja nanti kan aku bereskan. Lagian aku belum tau dimana letak bajuku akan disimpan
Afkar kembali masuk ke dalam kamar mandi setelah menemukan kaos nya, tidak manyapaku atau bahkan hanya tersenyum ke arahku. Sangat sangat kaku, baru saja aku hendak turun dari ranjang pintu kamar mandi kembali terbuka. Afkar berjalan ke arahku menyerahkan handuk putih kecil yang ada ditangannya.
Buat apa? Aku bingung
"Keringin rambut gue," perintahnya
Loh loh-- ini beneran? Kok gugup
"Ha-hh"
"Ck, hah heh hah heh keringin rambut gue cepet!" perintahnya kembali
Bukan aku tak mau, cuma aneh aja. Aku kan ngga biasa berdekatan dengan cowo, sial jantungku berdetak tak karuan
Daripada kena omel, mending aku turuti saja. Aku mengambil alih handuk itu lantas dia duduk di sebelahku menundukkan kepalanya dengan perlahan aku mengusap rambutnya dengan handuk putih itu. Dia diam tak berkutik, heran aku apa dia tidak.merasakan hal yang sama denganku?
"Udah," ucapku pelan
Dia berdiri membawa handuk yang tadi aku gunakan untuk mengeringkan rambutnya, aku menggerutu kesal bukannya bilang makasih atau hanya sekedar senyum aja ini malah tetep kaya triplek wajahnya
Aku melangkahkan ke arah koper, mencari baju ganti yang akan ku kenakan sehabis mandi.
Setelah lima belas menit aku keluar dari kamar mandi, ternyata Afkar sudah tidak ada dikamar. Mungkin dia dibawah atau dibalkon? Aku pun menyusul, satu persatu aku turuni anak tangga dan pandangan pertama yang aku lihat Afkar yang sedang menganggu adiknya- Arsya yang entah sedang apa intinya dengan beberapa tumpukan buku didepannya.
Wait
Menganggu? bukannya Afkar tipe orang yang teramat dingin bahkan dengan keluarganya? iya bukan? Ini kenapa malah jadi menganggu adiknya?
Aku menyusul ikut duduk di samping Afkar, dia yang awalnya sedang menertawai muka kesal adiknya pun menoleh ke arahku sedangkan Arsya langsung ikut duduk disampingku memeluk erat lenganku
Tahukan kalau aku anak tunggal? Apakah seperti ini rasanya memiliki saudara?
Aku masih bingung dengan apa yang terjadi dengan kedua sejoli ini, Arsya yang memberengut menye menye terhadap Afkar sedangkan sang empu hanya menatap datar sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arfa&Adisty [END]
Teen FictionStory 1 Pernikahan bagi sebagian orang memang membahagiakan tapi jika itu disetujui kedua belah pihak terutama sang mempelai. Lalu bagaimana jika pernikahan terjadi lantaran perjodohan atau--kecelakaan? Itu yang aku rasakan ketika harus menikah atas...