•Arfast

2K 121 9
                                    

Aku semakin bertanya tanya siapa cowo didepan itu? yang aku tau dia mungkin adalah teman seorang yang menolong ku tadi karena ngga jauh dari situ, cowo yang nolongin aku tengah berdiri sembari memainkan handponenya. Jika kalian tanya dimana ii dan Una jawabannya mereka di depan halte entah sedang apa, tadinya aku pun mau menyusul tapi karena tiba tiba mendengar suara ricuh aku pun berbalik dan melihat Nana yang tengah mencoba berdiri dari jatuhnya.

Aku memandang ke arah Nana dan cowo itu, tatapan mereka bertemu. Aku dibuat bingung sangat amat ketika pipi Nana mengalir air yang tak lain adalah air mata.


Sebenarnya ada apa dengan mereka? Hubungan apa yang mereka jalani? Adik kakak yang hilang? atau sahabat yang ditinggal pergi ketika berusia 5 tahun?

Selama ini Nana hanya menceritakan sosok orang yang dia cintai namun tak pernah sekalipun menunjukkan orang atau fotonya dan bahkan dia tak pernah mengungkapkan siapa namanya

Tunggu!

Gilang? Iyakan Gilang?

Nana tadi menyebut cowo itu gilang?

Aku melihat Nana menghapus air matanya dengan kasar, kemudian dia berpamitan pada- Gilang untuk pergi. Tanpa sepatah jawaban Nana segera berlari meninggalkan aku dan Gilang

Aku semakin dibuat penasaran sebenarnya apa yang terjadi? Aku pun kembali menatap Gilang yang tengah memandang Nana yang mulai menjauh

"Eee maaf ya, temenku ngga sengaja permisi" akupun ikut berpamitan meninggalkan Gilang yang tengah termenung

Aku mengejar Nana yang berlari menuju toilet, sengaja aku tak memberi tahu Una dan Ii karena mungkin Nana butuh sendiri. Sembari aku mengikutinya aku melihat sesekali Nana mengusap pipinya yang ku yakini dia menghapus air matanya

Setelah di depan toilet aku ikut masuk, didepan cermin aku melihat Nana menangis se jadi jadinya. Aku baru pertama kali melihat se orang Nana menangis hanya karena pertemuannya dengan Gilang

Aku jadi semakin yakin kalau diantara mereka ada sesuatu.

Ku hampiri Nana yang merosot di depan wastafel, aku mengusap bahunya pelan. Dia mendongak, ku lihat matanya yang sembab hidungnya pun memerah

"Nangis aja ngga papa Na, kamu juga manusia biasa yang punya rasa sedih" ucapku

Tanpa ku duga dia memeluknya erat, akupun membalas pelukannya dan sesekali mengusap punggungnya yang bergetar hebat. Dia sesenggukan menangis di bahuku

Aku belum mau bertanya soal ini, mungkin ada saatnya Nana akan cerita dengan sendirinya.

Setelah beberapa menit tangis Nana berhenti. Dia langsung terkekeh sembari mengusap bekas air matanya

"Maaf dis, bahu lo basah" tuturnya

Aku tersenyum."Ngga papa yang penting kamu plong"

Dia berdiri di susul aku juga berdiri, dia mencuci muka yang terlihat sembab akibat tangisannya.

"Nanti gue bakalan ceritain Dis, sama yang lain juga. Mungkin dengan gue cerita kalian bakalan kasih pendapat" ucapnya menatapku

Aku mengangguk."Terserah kamu aja, enaknya gimana" dia mengangguk

"Yuk pulang" anakku dan kami keluar dari toilet

Saat didepan halte aku melihat Una dan ii tengah berselfi ria. Apakah taxi yang kami pesan belum datang?

"Taxi nya belum datang?" tanya ku duduk di samping Una

Una yang memegang ponselnya menoleh ke arah ku

Arfa&Adisty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang