•Pertengkaran pertama📍
Semua orang memang memiliki kisah tersendiri termasuk kisah cinta, cerita Nana barusan dapat aku simpulkan kalau mereka memang sama sama cinta sama hal nya dengan kisah Una dan pacarnya bedanya---- Una dan pacarnya sama sama gengsi namun berakhir bersama sedangkan Nana dan Gilang mereka harus merasakan kesalah pahaman yang berlanjut lanjut
Masa masa remaja memang tidak akan lebih indah tanpa adanya rasa cinta rasa jatuh cinta, begitupun aku yang pernah merasakan apa itu cinta namun aku tidak terlalu mendalami dan aku anggap hanya sekedar suka suka biasa. Buktinya sampai sekarang aku sama sekali tidak pernah merasakan apa itu namanya pacaran tapi namanya jodoh memang ngga akan kemana, aku memang tidak pacaran tapi langsung dinikahkan.
Setelah selesai Nana menceritakan itu semua yang ya! Sudah dipastikan aku kaget bukan kepalang, ternyata selama itu Nana memendam rasa sendirian. Sempat aku dan Una merasa kecewa karena bagaimana pun kami sudah bersahabat dari kelas 6 SD dan Nana masih saja menyembunyikan itu?
Tapi aku memaklumi itu, semua orang punya privasi masing masing.
Aku masih duduk di cafe itu menunggu Afkar yang tak kunjung menjeput, katanya mau dijemput kok lama sihh. Gerutuku dalam hati
Aku sudah mengirim pesan padanya katanya si sebentar lagi, tapi terhitung dari terakhir aku mengirim pesan itu sudah sekitar satu jam yang lalu.
Baru saja aku hendak berdiri tiba tuba tanganku dicekal seseorang membuatku terkejut bukan main lantas aku lepaskan tangannya dengan kasar setelah aku tau siapa orang itu. Orang yang tadi siang membuatku risih, orang yang mungkin akan selalu mengganggu
"Ketemu lagi kita jangan jangan jodoh" ucapnya terkekeh
Aku memutar bola mataku malas tak ada niatan untuk meladeni orang yang ada didepanku ini. Aku cukup lelah hari ini bahkan badanku terasa amat lemas maka dari itu aku memutuskan untuk pulang sendiri. Menunggu Afkar sepertinya akan lama sedangkan aku sudah ingin sekali merebahkan badanku dikasur
Ini memang salahku kenapa aku tidak membawa jaket sedangkan ini sudah malam, angin malam tidak baik untukku yang dikit dikit masuk angin. Ini juga salahku jika di ingat aku belum makan nasi seharian ini
"Sendirian aja nih?" Tanyanya kembali
"Tadi sama temen" jawabku cuek
Aku kembali melangkahkan diri meninggalkan orang itu terkesan tidak sopan memang karena aku langsung pergi begitu saja.
"Eitsh mau kemana si? Main dulu kali masih sore juga" ajaknya mencekal lenganku sedikit kasar.
Sepertinya orang di hadapanku ini benar benar harus dijauhi sudah ada firasat tersendiri dari pertama kali bertemu kalau remaja didepanku bukanlah remaja baik baik terlihat dari bajunya saja yang terdepan berantakan padahal dia mahasiswa.
"Lepas" tekanku
"Temenin gue makan dulu lah" dia terus berusaha untuk mengajakku
"Maaf aku ngga bisa" ucapku tegas
Bukannya dia mengalah hal yang tidak pernah aku duga adalah dia memegang kedua lenganku mencengkeram dengan kuat membuatku meringis ngilu dia tersenyum smirk membuatku takut. Cafe memang terdapat orang tapi tidak sebanyak seperti hari hari biasa dan sekarang pengunjung lain tengah fokus dengan kegiatannya
"Lo jadi cewe jangan jual mahal, diajak kenalan ngga mau jangan naif lo!" Gertaknya
Kini dia mendekatkan wajahnya, namun dengan cepat aku menginjak kakinya membuat dia mengasuh kesakitan lantas aku tampar pipinya. Benar benar sudah melewati batas untuk dia yang sama sekali tidak terlalu mengenal denganku. Bahkan yang yang kenal dekat denganku saja tidak akan seperti itu begitupun Afkar sendiri yang hubungannya denganku bukanlah dikatakan zina
KAMU SEDANG MEMBACA
Arfa&Adisty [END]
Teen FictionStory 1 Pernikahan bagi sebagian orang memang membahagiakan tapi jika itu disetujui kedua belah pihak terutama sang mempelai. Lalu bagaimana jika pernikahan terjadi lantaran perjodohan atau--kecelakaan? Itu yang aku rasakan ketika harus menikah atas...