Suara burung berkicau matahari yang awalnya tidur pun kini terbangun menandakan pagi sudah tiba tapi sama sekali tidak menganggu kedua remaja yang masih sibuk dengan alam bawah sadarnya.
Tadi malam mereka tidur hingga jam dua belas ya itu semua karena Adisty yang tiba tiba mengajak Afkar menonton film dan berlanjutlah hingga larut malam. Afkar yang awalnya menolak malah dia yang kecanduan
"Eunghh,"
Adisty menerjap beberapa kali, patas dirinya menoleh melihat jam yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Betapa kagetnya jika saat ini sudah jam sembilan pagi, OH NO itu artinya dia telat membangunkan Afkar masuk kuliah
Dia menoleh ternyata Afkar pun sama masih berada disampingnya, "Heh Afkar banguuun" ucapnya
"Afkar banguun." sang empu hanya melenguh, menaikkan sedikitnya sebatas leher
"Afkar bangun udah jam sembilan," yang awalnya hendak kembali tidur kini Afkar duduk dengan mata menajam
"Apa lo bilang?" tanpa ba bi bu dia beranjak ke kamar mandi sedangkan Adisty memutar bola matanya malas. Biasanya juga bangun jam sepuluh
Menunggu Afkar selesai mandi aku membereskan tempat tidur disambung menyiapkan pakaian yang akan dikenakan Afkar lantas aku turun menyiapkan sarapan untuknya, hari ini aku kuliah jam ke dua makanya aku tak terlalu terburu buru beda dengan Afkar yang kuliah jam pertama. Salah dia sendiri pake segala nonton berlanjut lanjut
Dia turun dengan terburu buru lantas mengambil sandwich yang aku buatkan, meminum segelas susunya lantas berpamitan denganku. Apakah se terburu buru itu?
Aku hanya bisa memandang motornya yang perlahan menghilang, hari ini seperti biasa aku akan mengerjakan tugas rumah. Sudah seperti ibu rumah tangga saja padahal aku belum ibu ibu, apakah aku gadis rumah tangga? Hyy jangan mengadi ngadi ya
Pukul 13.00
Suara motor terdengar yang ku yakini itu Afkar, memang jika sudah bucin apapun tentang dia akan tau termasuk suara motor. Dan ya itu Afkar, berjalan menuju rumah dengan gaya cool nya. Aku menunggu didepan pintu rumah, setelahnya dia mandi dan makan siang bersamaku.
Aku yang kuliah jam kedua pun sudah siap dengan pakaian serta barang lainnya, niatnya aku mau memesan taxi mengingat Afkar yang baru pulang pasti cape namun dirinya keukeuh ingin mengantarku jadi yasudahlah buat apa menolak. Sampainya di kampus aku berpamitan dengannya sedangkan dia langsung meninggalkan area kampus katanya si bukan mulang kerumah melainkan hendak nongkrong bersama teman temannya. Memang dia tidak cape? Maklum saja, kecerdasan otaknya sudah tidak bisa di ucapkan dengan kata kata
Aku berjalan menelusuri koridor kampus beberapa anak sudah terlihat disana walaupun tidak jelas karena memakai masker, aku duduk didepan fakultas sembari memainkan ponselku. Atensi mataku beralih ketika bangku sebelahku seperti ada yang menduduki dan itu adalah
"Hai," sapanya
Aku tersenyum kikuk, "Ohh hai"
"Kemaren gue mau minta no ponsel lo, tapi keburu lo balik jadi sekarang gue minta no ponsel lo"
Ya dia Deka, yang kemarin bertemu dengan lagak sask dan membuatku risih. Niat hati kemarin aku menghindar tapi kenapa sekarang harus bertemu kembali?
"Maaf, no ku privasi" jawabku tidak enak
Memang aku bukan tipe anak yang suka menyimpan no orang yang kenal lewat medsos bahkan teman temanku sampai berdecak kagum saat melihat kontak di ponselku hanya ada 15 itu pun ditambah beberapa anak yang masuk dalam kelompokku sewaktu SMA dulu. Yang pokok si, no sahabatku, mama, bunda, ayah, papa, dan juga Afkar. Hebat bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Arfa&Adisty [END]
Teen FictionStory 1 Pernikahan bagi sebagian orang memang membahagiakan tapi jika itu disetujui kedua belah pihak terutama sang mempelai. Lalu bagaimana jika pernikahan terjadi lantaran perjodohan atau--kecelakaan? Itu yang aku rasakan ketika harus menikah atas...