•Awas nanti kangen loh📍
Sampai aku dirumah setelah Afkar benar benar mengajakku jalan keliling komplek, mendengar alasan Afkar tadi akupun menurut mengganti baju dengan lengan sepertiga. Aku bergegas mandi sedangkan Afkar duduk di balkon menghilangkan keringatnya
Selesai aku mandi aku langsung mengganti bajuku, disambung Afkar yang masuk ke dalam kamar mandi namun sebelum itu dia menyuruhku menyiapkan bajunya. Aduh aku ngga biasa nyiapin baju cowo, kalau tidak sesuai bagaimana?
Daripada bingung aku langsung mengambilkan baju yang biasa dia pakai, kaos oblong dongker serta celana pendek putih. Pintu kamar mandi terbuka, seiring aku yang membalikkan badanku
Afkar keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya sedangkan bagian atasnya terbuka, astagfirullah aku sudah tidak polos lagi sepertinya
Daripada aku nungguin orang ganti baju lantas aku berjalan keluar kamar, niatnya mau minum tapi berhubung Bunda di ruang tengah aku pun ikut menimbrung sembari menunggu adzan maghrib
"Eh, kamu abis dari mana tadi?" ucap bunda ketika melihat aku yang berjalan ke arahnya sembari membawa segelas air putih
Aku meletakkan gelasnya di meja lantas duduk disamping bunda
"Jalan jalan bun, liat liat jalan kan isty belum tau banget sekitar sini" jelasku
Bunda mengangguk paham,"Oh iya Afkar dimana?"
"Di kamar bun, abis mandi. Kenapa?"
"Ngga papa, biasanya sore begini tu anak udah siap ke masjid,"
Fakta baru yang aku ketahui, ternyata Afkar sering solat di masjid berjamaah. Aku kira anak seperti Afkar yang notabenya mantan badboy hanya solat dirumah namun ternyata tidak
"Em, Isty ke kamar ya bun," pamitku
Bunda mengangguk, aku berdiri sembari membawa air putih tadi ke kamar memang aku anaknya suka pengen minum ditengah malam jadi harus ada air putih di nakas
Aku membuka pintu kamar dan ternyata sudah ada Afkar yang sedang memakai sarung hitamnya, masyaallah ganteng sekali suamiku
Aku meletakkan air putih di nakas lalu duduk di tepi ranjang
"Kamu mau ke masjid?" tanyaku basa basi
"Hmm"
"Tumben cepet biasanya nanti kalau udah ada adzan!" heranku
Dia membalikkan badannya setelah selesai memakai sarung, sedangkan atasannya hanya memakai kaos oblong yang aku siapkan tadi.
"Hari ini jadwal gue adzan"
Memang sering solat di masjid, Afkar pun sering adzan? Atau memang di bagi jadwalnya?
Aku ber-oh ria menanggapinya, dia sudah mau turun tapi sepertinya ada yang ketinggalan.
"Tunggu,"
Dia membalikkan badannya, menatapku yang sedang mencari sesuatu di laci bawah lemariku
"Nih, jangan lupa pake masker" aku menyodorkan masker medis itu ke arahnya dan langsung di terimanya dengan senang hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Arfa&Adisty [END]
Teen FictionStory 1 Pernikahan bagi sebagian orang memang membahagiakan tapi jika itu disetujui kedua belah pihak terutama sang mempelai. Lalu bagaimana jika pernikahan terjadi lantaran perjodohan atau--kecelakaan? Itu yang aku rasakan ketika harus menikah atas...