●H-1📍
Hari ini hari terakhirku menyandang status single karena besok aku akan mendengarkan Afkar mengucapkan ijab qobul atas aku didepan papahku. Dan rencananya hari ini aku akan menemui sahabat sahabat ku memberi tahu mereka akan pernikahan ini, perjodohan ini. Aku memutuskan memberitahunya karena kebohongan akan tetap terungkap juga lama kelamaan, daripada mereka tau dari mulut orang lain mending langsung dari mulutku
Aku memesan taxi menuju cafe Gantara memang tempat yang sering kami kunjungi hanya cafe itu, akupun tidak banyak tahu tempat tempat di daerah ini
Sesampainya aku disana aku melihat Una dan ii yang sudah duduk dengan dua jus didepannya. Gercep sekali mereka, tak sampai menunggu lama Nana pun sampai dengan tampilan khasnya. Jika Una ataupun ii memakai jeans yang akan ketat maka Nana memakai jenas kulot atau celana baggypans sama sepertiku
"Lo mau ngomong apa? kok kaya serius biasanya juga ngomong di grup chat!" Una memulai pembicaraan pada intinya
"Aku dijodohin sama orang tuaku" jujurku sembari melepas masker ku
Ya begini, dimasa pandemi kaya gini kemana mana harus bawa masker double, handstainitazer, dan sebagainya. Bukan hanya aku, sahabatku juga memakai bahkan terkadang jika berada ditempat yang sangat ramai kami tidak berani melepaskan. Mumpung disini rada sepi jadi aku berani melepaskan
Byurrrr
Apa aku terlalu mengagetkan sampai minuman yang dimulut ii tersembur?
"Jangan becanda lo, ngga lucu," jengah Una
Aku menghela nafas sudah kuduga mereka tidak mudah percaya apalagi dengan sobatku yang rada polos. Aku mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang berwarna hijau dengan konsep mewah lantas ku disodorkan kearah nya yang langsung diterimanya,, setelah dibuka ekspresinya berubah menganga aku yakin Una sudah membacanya. Lah kertas yang tak lain undangan itu di srobot Nana dan ekspresi yang didapat pun sama seperti Una
"Ini seee--serius?" gagap Nana
"Gimana bisa?" tanya ii
"Kan aku udah bilang aku dijodohin sama orang tuaku" ulang ku
"Arfa Afkar Revanza' kaya pernah denger nama itu" gumam Una sembari membolak balikkan undangan itu
"Dia mantan kakak kelas kita waktu kelas sepuluh yang sering dihukum pas upacara, badboy must wanted," ujarku mengingatkan
"WHATT, TEMENNYA SASKA DONG?" pekik ii menebak
Aku menggeleng lemah, aku ngga tahu siapa aja temennya Afkar selama seminggu ini kami selalu bersama karena urusan pernikahan aku ngga pernah nanya tentang hal hal yang menyangkut dirinya kecuali waktu kita makan di cafe sehabis fitting baju
"Jadi besok nikahnya?" Ucap Nana
"Tau dari mana coba nikahnya besok" cibir Una melirik Nana
Plak
Kan, undangannya mendarat mulus di mukanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Arfa&Adisty [END]
Teen FictionStory 1 Pernikahan bagi sebagian orang memang membahagiakan tapi jika itu disetujui kedua belah pihak terutama sang mempelai. Lalu bagaimana jika pernikahan terjadi lantaran perjodohan atau--kecelakaan? Itu yang aku rasakan ketika harus menikah atas...