•Kesepakatan📍
Aku membuka mataku perlahan, sesekali menerjap menyesuaikan cahaya matahari yang mulai menghampiri kamarku melalui celah jendela. Aku menoleh menatap seseorang yang beberapa jam lalu resmi jadi-- suamiku. Dia tampak tenang dalam tidurnya, ganteng itu yang aku lihat dari wajahnya. Ku lirik jam dinding yang bertengger di dinding menunjukkan pukul 04.55 lantas aku bangun dan segera mandi air hangat
Seperti biasa memang, aku mandi sebelum solat subuh. Tidak lama aku keluar kamar mandi dengan handuk kecil yang bertengger di leherku. Hari ini aku keramas, rambutku gatal beberapa hari tidak keramas
Kulihat Afkar masih tidur, nyenyak sekali dia? Apa mungkin dia sangat lelah?
Selesai aku mengeringkan rambut, aku mencepolnya tinggi dan berjalan menuju ranjang- membangunkan Afkar yang masih berjelajah di akan mimpinya
Hanya dengan tiga panggilan dia membuka matanya, lantas dia bangun ke kamar mandi. Aku mengira dia akan solat dirumah karena alasan capek namun aku salah karena dia lebih memilih solat di masjid bersama papa. Alhasil aku solat sendiri
Selesai solat aku tidak kembali tidur, biasanya kalau hari biasa aku mengecek tugas yang belum aku kerjakan atau hanya sekedar melihat jadwal mapelku. Atau kalau hari libur aku selalu jalan santai keliling komplek jika aku tidak mager mode on
Tapi untuk sekarang aku bingung mau apa, tidur kembali rasanya aku tidak mengantuk. Pintu kamar terbuka menampilkan remaja yang baru saja pulang dari masjid, dia langsung ke kamar mandi meletakkan koko dan sarungnya di keranjang kotor bersama baju bajuku tak lupa dia membuang masker yang dia pakai barusan ke tong sampah kamar mandi. Dia keluar memakai kaos oblong hitam dengan celana pendek putih
Aku yang duduk di sofa hanya melirik sekilas, rasanya masih sedikit canggung. Apalagi semalam kami tidur satu ranjang
Dia ikut duduk disampingku, aku pura pura fokus pada layar handpone ku padahal detak jantungku mulai tidak karuan. Dia berdehem membuat aku menoleh, ternyata dia juga menatapku
Aku meletakkan handponeku, sepertinya dia mau bicara hal penting! Apa dia akan membahas tentang....Ahh tidak mungkin, jangan negatif thingking dulu apalagi terhadap suami sendiri
"Gue mau ngomong," ucapnya
Aku mengangguk polos, mataku masih menatap dirinya yang juga menatapku. Sebenarnya aku tidak kuat dengan keadaan ini tapi mau bagaimana lagi bukankah tidak sopan jika berbicara tanpa menatap orang itu?
"Gue mau bikin kesepakatan" ujarnya lagi
Aku mendadak membeku, kesepakatan? Maksudnya apa?
"Mm-maksudnya kesepakatan apa? Jangan bilang kamu bikin kesepakatan nikah kontrak?" aku menggeleng tak percaya
"Bu-,"
"Atau kamu mau bikin kesepakatan kalau kita ngga boleh terlalu terkekang sama pernikahan ini dan ngga boleh mencampuri urusan masing masing iya gitu?" lanjutku memotong ucapannya
"Ck, mak-"
"Ohh pasti kamu mau ngomong kalo salah satu diantara kita ngga boleh ada yang jatuh cinta kan,?" lirihku
"Maaf kalo itu aku ngg-"
"Dengerin dulu Adisty Argasya, jangan asal potong omongan orang!" tegasnya memotong ucapanku

KAMU SEDANG MEMBACA
Arfa&Adisty [END]
Teen FictionStory 1 Pernikahan bagi sebagian orang memang membahagiakan tapi jika itu disetujui kedua belah pihak terutama sang mempelai. Lalu bagaimana jika pernikahan terjadi lantaran perjodohan atau--kecelakaan? Itu yang aku rasakan ketika harus menikah atas...