Hyunjin: han? Masih dirumah? Klo masih mau gue jemput?
Hana mendadak menghentikkan langkah nya saat dirinya berada di tangga kelas sepuluh. Tangannya beralih mengambil ponsel yang ada di saku seragam nya untuk mengecek sebuah notif yang masuk. Entah ekspresi apa yang ia tunjukkan saat nama Hyunjin tertera jelas di sana.
"Hana? Baru mau gue jemput juga."
Hana spontan mendongak dan melihat Hyunjin yang hendak turun.
"Eh? Gak usah, gue udah sampe ini," kata Hana dengan kekehan garing di akhir.
Hyunjin mengangguk, tak lama kemudian pemuda Hwang itu secara tiba-tiba melemparkan senyuman nya kepada Hana. Hana, gadis itu tidak terlihat kebingungan sama sekali, gadis itu justru membalas senyuman Hyunjin. Senyuman yang begitu hangat.
"Ke kelas?" Tanya Hyunjin sediki canggung. Jari jempol nya menunjuk ke arah belakang, maksudnya menuju ke arah kelas.
Baru saja Hana ingin mengangguk, suara seseorang membuat atensi keduanya teralihkan. Sontak keduanya menoleh ke arah bawah tangga dan terlihat jelas sosok laki-laki yang selalu dipenuhi dengan aura hitam.
"Gue bilang tunggu, Hanaaa. Malah ditinggalin ini gue-" Felix menghentikkan ucapannya karena melihat pemandangan pagi-pagi buta ini.
Felix menatap kedua nya secara bergantian. Cukup lama Felix mencoba mencerna kejadian ini. Ini seperti tak biasa, belum pernah ia melihat Hana dan Hyunjin yang terlihat damai satu sama lain.
Felix langsung memasang tubuh membuat gadis itu bersembunyi di belakang tubuh nya. Tangan Hana ia genggam dan menyuruh gadis itu agar mundur.
"Ngapain lo?" Suara Felix kelewat datar, aura hitam itu makin menguat.
Tapi Hyunjin tak menjawab, ia malah terfokus dengan tas yang Felix jinjing di tangan kanan nya.
"Ngapain lo bawa tas nya Hana? Lo siapanya?" Tanya Hyunjin dengan kerutan di dahinya. Tercetak jelas bahwa ia tak suka dengan Felix.
Felix diam dan menatap Hyunjin tajam. Tak sedetik pun ia lepaskan tatapan tajam itu dari Hyunjin, seakan-akan ia tak mau melepaskan sosok Hyunjin brengsek dari pandangannya.
Setiap melihat Hyunjin, Felix terus merasa emosi walaupun pemuda itu tak melakukan apa-apa. Bayang-bayang kejadian ketika Hyunjin melakukan kekerasan pada Hana itu terus terputar di otak nya ketika ia melihat wajah Hyunjin. Rasa benci nya semakin menjadi-jadi.
"Ck." Felix berdecih sinis." Gue-"
Ucapan Felix terpotong karena sentuhan tangan dingin nan mulus itu menggenggam erat tangannya, seakan-akan menyuruh Felix untuk diam.
Felix menundukkan pandangannya ke arah tangannya yang di genggam erat oleh Hana, lalu pandangannya beralih menatap Hyunjin yang kini menatap kedua tautan tangan mereka dengan alis yang menyatu sempurna.
"Pacaran?" Satu kata itu lolos dari mulut Hyunjin.
Mendengar itu, Hana langsung melepaskan genggamannya. Namun Felix kembali meraih tangannya dan menggenggam nya makij erat. Hana meronta-ronta di belakang sana, agar Hyunjin tidak salah paham dan tidak mengetahui identitas aslinya sebagai kembarannya Felix.
"Iya, kenapa? Gua pacar nya. Jadi jauh-jauh lo sana!"
Setelah mengatakan itu, Felix menarik badan Hana agar berjalan berdampingan dengannya. Felix sengaja menubrukan bahu nya ke arah Hyunjin.
Tidak seperti biasanya, Hyunjin hanya diam menatap kepergian mereka berdua.
"Ck, mana mau Hana ama modelan kek elo," decih Hyunjin meremehkan.
Matanya terus menatap kepergian kedua orang itu.
•••
Suasana yang sangat sepi dan tenang, membuat batin Hana merasa tenang. Posisi tubuh yang melentang dengan mata tertutup mencoba menyegarkan keadaan otak dan batin nya. Sinar matahari siang tak membuat Hana merasa terganggu dengan sinar nya, matanya terus terpejam mencoba menikmati alunan angin yang terus menerpa sekelilingnya.
Hana benar-benar menikmati waktu ini. Jarang-jarang ia melakukan hal seperti ini, meluangkan jam kosong nya di atas rooftop. Biasanya Hana hanya akan berdiam diri di kelas, mendengarkan lagu atau sekedar membaca buku pelajaran.
Ingatannya memutar kejadian tadi pagi yang entah harus membuatnya lega atau justru malah menambahkan bebannya. Pagi ini, Felix bersikeras berangkat bersama. Hana sudah pasti tidak mau, walaupun mereka tinggal bersama. Tapi Felix tetap memaksa nya dan alhasil ia bertemu Hyunjin di tangga tadi dan kejadian kedua yang membuat kepalanya makin pusing yaitu, teman-teman Felix sudah mengetahui bahwa mereka adalah saudara kembar, Felix yang memberitahu mereka kemarin saat jogging, terkecuali Hyunjin.
Entah ia harus merasa lega atau tidak.
"Lo disini juga?"
Sontak Hana yang tadi tidur terlentang langsung terduduk tegak dan melihat siapa yang datang.
"Sendirian? Ngapain? Kok gak ngajak?" Tanya Hyunjin kepada Hana dengan kerutan di dahi nya.
Pertama kalinya ia melihat seorang perempuan berani sendiri di rooftop sekolah. Biasanya pasti berdua bersama temannya.
Hana menggeleng sambil tersenyum kikuk." Eng-Enggak ngapa-ngapain."
Hyunjin malah memicingkan matanya curiga.
"Terus?"
"Ya pengen aja. Lo sendiri ngapain?"
Hyunjin yang mendengar pertanyaan Hana pun langsung mengeluarkan sebuah kotak rokok putih kecil dan korek gas berwarna oren kekuningan." Mau ini, cuman gak jadi."
"Kok? Ngerokok aja kali, gua gak-"
"Gua bilang gak jadi, lagian ada lo."
Hana mengerutkan dahi nya bingung atas perkataan Hyunjin barusan.
"Ya terus kenapa kalo ada gue?"
Hyunjin mengedikkan bahunya acuh, mengabaikan pertanyaan Hana barusan. Pemuda itu lebih memilih duduk di tempat Hana tadi, sedangkan Hana masih berdiri menunggu jawaban Hyunjin.
"Lo cewek, gak baek cewek hirup asep rokok." Hyunjin tak menatap Hana saat ia berbicara, melainkan memandangi langit biru pucat dengan kawanan awan putih.
Keadaan menjadi hening, hanya ada bunyi aliran listrik dan kicauan burung.
Hana terdiam sembari mengerjapkan matanya berkali-kali, ia ingin memastikan apakah yang dihadapannya ini Hwang Hyunjin.
"Bengong mulu lo! Sini duduk." Hyunjin menepuk-nepuk tempat kosong yang ada di sampingnya.
Awalnya Hana terdiam berusaha mencerna apa yang Hyunjin katakan, tapi detik kemudian ia menurut dan duduk di samping Hyunjin.
"Lo beneran pacaran ama Felix?" Kini Hyunjin menatap Hana dari samping.
Fitur wajah Hana tidak seperti manusia pada umumnya dan Hyunjin baru menyadari hal itu.
Sontak Hana menoleh dengan mata yang membulat sempurna. Sesegera mungkin ia menggeleng kuat, pertanda itu tidak benar.
"Enggak enggak! Ngaco lo ah!"
Hyunjin hanya manggut-manggut mendengar jawaban Hana.
"Oh, kirain. Ya tapi pantesan aja sih, si Felix mukulin gua waktu itu."
Waktu yang dimaksud Hyunjin itu saat kejadian di kolam renang dan ruang BK.
Hana hanya diam, tak tau harus menjawab apa. Ia tak mau mengingat-ingat kejadian itu, jadi Hana merubah topik nya.
"Gimana lo sama bokap lo?"
Hyunjin yang tadinya sedang memejamkan matanya pun langsung membuka mata spontan saat mendengar pertanyaan Hana.
"Han, lo tau gak? Ada manusia yang pengeeeennnn banget gue peluk."
"Oh ya? Siapa?"
"Papah..."
Masih hidup kan klean?

KAMU SEDANG MEMBACA
Bully You | Hwang Hyunjin
ФанфикHwang Hyunjin sangat membenci perempuan bernama Lee Hana. Ia membenci gadis itu lebih dari apapun. Hana sempurna di mata semua orang, namun tidak di mata Hyunjin. Sampai akhirnya ia menyadari sesuatu tentang Hana. Disitulah keadaan berbalik sempurna...