Udah ada blom ini?
•••
Sinar matahari pagi mulai menusuk tiap kaca jendela, membuat Hana yang tadinya tertidur pulas perlahan mengerutkan dahinya dan membuka matanya secara perlahan. Berusaha ia fokuskan pandangannya yang mengabur dan pemandangan pertama yang ia lihat mampu membuatnya tersenyum dan bersyukur.
Tangannya mulai beralih mengelus surai blonde Felix dengan senyuman hangat. Ia senang bisa bersama Felix lagi, mereka terlalu lama terpisah.
Posisi Hana berada di pelukan Felix, Felix mendekap Hana di dada bidangnya. Perlahan Hana lepaskan kedua tangan dan kedua kaki Felix yang berada di atas tubuhnya dan mengacak-acak gemas rambut kembarannya.
Felix seperti bayi, sangat lucu menurut Hana.
Hana perlahan bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk sikat gigi dan mencuci muka. Hana ingin membeli makanan untuk Felix, jadi ia berniat pergi ke minimarket yang ada di dekat lingkungannya. Namun sebelum pergi, gadis itu menatap Felix yang tidur dengn damai dengan ulasan senyuman melengkung di wajahnya.
Hana turun dan berjalan menuju minimarket. Gadis itu tak mengganti bajunya, Hana berpakaian seadanya dan masih memberikan kesan hangat dan positif.
Matanya mulai menjelajahi tiap barang yang ada di minimarket dan tangannya mulai mengambil-ngambil beberapa makanan dan minuman. Sesekali ia tersenyum karena ingatannya terus memutar wajah Felix yang menggemaskan.
Beberapa makanan dan minuman sudah Hana ambil dan ia letakkan di meja kasir. Pertama kalinya Hana berbelanja sebanyak ini. Biasanya Hana sangat menyayangkan uangnya untuk dibelikan makanan, gadis itu lebih memilih menabung uang nya daripada membelikan hal-hal semacam itu. Tabungan untuk masa depan.
"Eh? Hana?" Suara itu membuat Hana menoleh.
Hana yang tadi nya ingin mengeluarkan uang dari dompet pun terlonjak kaget saat melihat siapa yang menyapa nya. Namun Hana hanya diam dan menatap balik orang itu.
"Hana? Bener, kan? Beneran Hana kan?" Kata orang tersebut histeris dari balik masker. Mereka ada empat orang.
Lagi-lagi Hana hanya diam.
Grepp
Empat orang tersebut langsung memeluk Hana erat dan sesekali mengusap-usap punggung kecil Hana. Keempatnya melepaskan pelukan mereka karena menyadari sang empu tak menunjukkan reaksi apapun. Salah satu dari mereka menggenggam erat lengan Hana dengn mata yang mulai berair.
"Hana? Beneran lo, kan? Gue mau minta ma-"
"Lia?" Suara Hana berbisik dan bergetar menyebut nama itu.
Walaupun mereka berempat masih memakai masker, Hana bisa mengenali mereka semua. Dari mata, suara, bentuk tubuh, rambut, harum, pokoknya segala tentang mereka Hana hapal betul. Hana sangat hapal dan mengenal mereka dulu.
"Hana, sekarang lo tinggal dimana?" Tanya Chaeryeong lalu menyeka air matanya yang sudah tak dapat ia bendung.
Hana beralih menatap Chaeryeong dalam diam. Tak ada arti apapun dalam tatapan Hana. Hana tak menunjukkan reaksi apapun dan malah menggenggam dompet biru nya makin erat.
"Hana, pliss kita perlu bicara," ujar Ryujin sambil memegang kedua jemari Hana hangat.
Usapan yang sudah lama tak ia rasakan.
Kini Hana beralih menatap Yeji. Wajah Yeji tertutup masker hitam, tapi tidak dapat menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca. Dari balik maskernya, Hana tau jika bibir Yeji bergetar mencoba menahan isakan tangis.
"Hana, gue kangen banget sama lo." Lia kembali memeluk Hana dengan erat dan Hana mulai mendengar isakan Lia dari bahunya.
Hana melepaskan pelukan Lia dengan perlahan dan menatap mereka berempat secara bergantian." Kayaknya gak perlu ada yang dibicarain. Gue cabut dulu."
Hana buru-buru membayar makanan dan minuman yang ia beli dan langsung menenteng plastik itu, namun Chaeryeong dan Ryujin menahannya membuat Hana berbalik menatap manik empat orang yang sedang menahan air mata agar tidak lolos.
Hana tidak bisa seperti ini, ia juga ingin menangis.
"Hana, gue pengen minta maaf. Gue tau gue salah waktu itu, tapi kita perlu bic-"
"Gak ada yang perlu dibicarain, itu udah kejadian lama. Gue harap kalian gak usah inget-inget lagi, karena gue pun udah lupa," potong Hana kemudian tersenyum kecut, membuat mereka berempat merasa bersalah.
"Pliss jangan gini. Gue juga capek dipenuhin rasa bersalah selama ini-"
"Terus kenapa lo ngelakuin itu?" Tatapan mata Hana menajam, matanya memanas, matanya perih, air matanya akan segera keluar dan ia tak mau itu terjadi.
Mereka berempat terdiam dan matanya makin berkaca-kaca.
Hana menghela nafas pasrah." Pliss gak usah di ungkit-ungkit lagi, gue udah capek-"
Ucapan Hana terpotong digantikan dengan suara lantang nan lucu seseorang perempuan yang baru saja masuk ke minimarket. Tubuh yang tinggi dan ramping itu mampu membuat atensi Hana terfokus pada perempuan yang sedang tersenyum merekah.
"Eonnie! Manajer bilang jangan lama-lama, lima belas menit lagi ada pemotretan-" Yuna mendadak menghentikkan ucapannya karena baru menyadari jika mata keempat membernya berkaca-kaca dan ia baru menyadari bahwa bukan hanya mereka saja yang ada disana.
Mata Hana makin berkaca-kaca menatap mereka berlima. Air matanya sudah tak dapat ia bendung lagi, ia hampir gila rasanya posisinya digantikan. Ia digantikan dengan cewek bernama Shin Yuna. Harusnya ia yang ada di posisi Yuna, harusnya ia yang bersama dengan para member, harusnya ia yang hidup enak. Bukan ini yang Hana inginkan.
"Hana-"
Hana menyeka air matanya kasar." Gue cabut dulu, ya. Sukses terus, jangan kecewain fans."
Setelah mengatakan itu, Hana melangkah membuka pintu. Matanya langsung disapa oleh seorang perempuan yang tidak asing menurutnya. Hana mengenal perempuan itu.
Hana berbalik." Buruan, dicariin manajer. Bentar lagi ada pemotretan."
Mereka hanya diam dan semakin berkaca-kaca.
Hana tersenyum." Hwaiting!"
Lalu gadis itu menghilang dari pandangan mereka. Gadis itu pergi dengan penuh rasa sakit dan gadis itu tetap tersenyum, tersenyum dibalik luka yang orang-orang masa lalu nya sendiri perbuat, tersenyum untuk menutupi sakit itu, tersenyum agar gadis itu tetap kuat.
Tersenyum diatas penderitaan sendiri memang sangat menyakitkan.
"Hana, Hwaiting..."
Gua pengen ni cerita cepetan kelar

KAMU SEDANG MEMBACA
Bully You | Hwang Hyunjin
Fiksi PenggemarHwang Hyunjin sangat membenci perempuan bernama Lee Hana. Ia membenci gadis itu lebih dari apapun. Hana sempurna di mata semua orang, namun tidak di mata Hyunjin. Sampai akhirnya ia menyadari sesuatu tentang Hana. Disitulah keadaan berbalik sempurna...