Chapter 20

8.4K 903 39
                                    

Lisa POV

"Wow! Kita akan naik pesawat lain?!" Ella berseru. Mata cokelat kecilnya melebar karena kegembiraan dan kebahagiaan yang jelas terlihat saat aku memberitahunya bahwa setelah pesawat kami mendarat, kami akan pindah ke pesawat lain untuk sampai ke peternakan.

Kami berempat berada di dalam jet pribadi yang akan membawa kami kembali ke Korea. Meski ibu Jennie juga bersama kami, wanita tua itu masih tertidur di sisi lain pesawat.

Masih beberapa jam sebelum kami mencapai tujuan kami dan si kembar sudah bangun jadi kami hanya berbicara.

Ella menanyakan banyak hal tentang peternakan dan kakeknya sementara Louis tetap diam. Dia selalu seperti itu saat aku ada, dingin dan menjaga jarak. Dia menjadi seperti itu sejak dia mengetahui Kai dipenjara. Ya, dia tidak mengatakan sepatah kata pun tetapi aku bisa merasakan bahwa dia menyalahkanku atas apa yang terjadi pada Daddy Kainya.

Jennie dan aku sama-sama setuju untuk tidak memberitahunya alasan sebenarnya mengapa Kai sekarang berada di balik jeruji besi. Dia masih terlalu muda untuk mengerti. Dan aku tahu aku harus fokus pada hal-hal lain daripada memikirkan Kai yang terikat pada putraku.

Jadi, dalam tiga minggu ini aku yang menghabiskan waktu bersamanya di Cornwall aku berusaha sebaik mungkin untuk lebih dekat dengannya. Tetapi mendapatkan perhatiannya adalah yang tersulit. Louis jelas berbanding terbalik dengan Ella dalam banyak hal. Sementara Ella manis dan mengungkapkan pikirannya, sedangkan Louis menyendiri dan diam.

Aku tahu aku tidak bisa membujuk Louis dalam hal materi meskipun aku benar-benar ingin memberinya dunia. Dia anakku dan jika saja aku bisa menghapus Kai dalam ingatannya dan menukarnya dengan milikku, aku akan melakukannya dalam sekejap.

Aku hanya berharap ketika kami tiba di Korea, perlakuannya terhadapku secara bertahap akan berubah dan dia akan terbuka dengan gagasan bahwa kami benar-benar keluarga.

Mungkin lebih cepat... Kuharap...

"Ya sweetie, kita akan naik pesawat lain. Sebuah helikopter." Aku menanggapi putriku.

"Helikopter?" Dia mengerutkan kening.

"Itu juga pesawat, sayang. Hanya dalam versi yang lebih kecil." Jennie menjelaskan.

"Dan Mama juga pemiliknya?" Ella bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Tanya Mamamu." Jennie tersenyum dan menatapku.

Ella menoleh padaku. "Mama..?"

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Benarkah?! Wow!" Sekali lagi, dia berseru dengan takjub. Kemudian dia dengan cepat menoleh ke saudaranya yang berada di sebelahnya dan hanya mendengarkan percakapan dengan tenang.

"Apa kau mendengarnya Louis, sudah kubilang Mama sangat kaya! Dia memiliki pesawat terbang, helikopter, dan bahkan peternakan!" Ella berkata dengan kesenangan yang ada di wajahnya.

Seolah-olah Louis tidak tertarik, dia hanya sedikit mengangkat bahu lalu menoleh ke jendela kaca pesawat.

Jennie dan aku melihat reaksi Louis. Tatapan yang dia berikan membuatku mengerti sementara aku mengangguk sedikit untuk menyampaikan bahwa aku mengerti.

"Louis, sayang, kamu baik-baik saja?" Jennie dengan lembut bertanya pada Louis.

Dia hanya mengangguk dalam diam, bahkan tidak repot-repot melirik Mommynya.

Sekali lagi, Jennie menatapku sekilas dan diam-diam mengucapkan permintaan maaf.

Sekali lagi aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Winning Back Mrs. Manoban [...]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang