Prologue 1

19.3K 964 16
                                    

Heiress Hotel, Las Vegas, Nevada

Lisa POV

Aku melihat melalui jendela suite mewahku. Aku bisa melihat pemandangan spektakuler dari atas sini. Pemandangan Kota Dosa di malam hari sungguh luar biasa, sangat indah. Tidak ada yang bisa menandingi cakrawala Las Vegas. Aku bisa melihat tempat-tempat terbaik di dunia hampir dalam satu pandangan - dari Venesia, ke Menara Eiffel di Paris, ke Lady of Liberty dari New York, ke Caesars Palace dari Rome, ke Monte Carlo, ke The Great Pyramid dari Mesir, dan air mancur menari Bellagio yang mengesankan- sungguh menakjubkan.

Saat itu hampir tengah malam tapi tetap saja, Las Vegas Strip penuh dengan orang - penduduk lokal dan turis yang berjalan santai di jalan yang panjang, pergi dari satu hotel dan kasino ke hotel lain. Setiap hotel didekorasi dengan sangat mencolok, masing-masing unik, megah, dan mempesona. Tidak diragukan lagi, Kota Dosa adalah salah satu tempat favoritku di dunia.

Aku melihat ke tempat tidur kosong dan menggelengkan kepalaku ketika aku membayangkan seorang wanita cantik di atasnya. Satu-satunya wanita yang selalu ada di hatiku.

Sudah enam tahun tapi kenangan tentang dirinya masih tersisa. Aku masih mengingatnya di semua tempat yang pernah aku kunjungi dengannya. Di mansion, di penthouseku, di kantorku di MC dan sekarang di suiteku di Heiress Hotel tempat kami berbagi malam pertama kami sebagai pasangan menikah.

Aku tahu dia bahagia dengan kehidupan barunya sekarang, kehidupan yang dia pilih untuk dirinya sendiri. Kehidupan normal yang diimpikannya, kehidupan yang jauh dariku dan dari semua hal yang menyakitinya. Dan betapa aku berharap aku dapat mengatakan hal yang sama, bahwa aku sendiri juga bahagia dengan hidupku dan akhirnya aku move on. Tapi itu akan curang karena momen menyendiri selama beberapa tahun terakhir masih terus menghancurkanku, menghancurkan setiap bagian diriku menjadi beberapa bagian. Kebenarannya, tidak pernah sedikit pun aku belajar melupakannya, bahkan tidak satu pun detail tentang dia.. Tentang kami. Kurasa jauh di lubuk hatiku, aku tidak terlalu ingin melupakannya karena hanya itulah yang membuatku tetap hidup... Kenangan kami ketika dia dulu menjadi milikku adalah satu-satunya alasan kenapa aku masih bernafas sampai sekarang.

Aku membawa segelas Bourbon ke mulutku dan meminumnya dengan sekali teguk. Aku sedikit mengeryit begitu minuman keras itu menyentuh tenggorokanku.

Selama bertahun-tahun, minuman keras adalah sahabatku setiap kali aku merasakan hati nuraniku memakanku. Mengetahui bahwa aku pantas menerima semua penderitaan ini karena menjadi pecundang. Sampai saat ini, hati nuraniku masih menggangguku. Entah sampai kapan aku bisa menghukum diriku sendiri karena hilangnya dua nyawa tidak berdosa... Dua nyawa yang seharusnya bisa melengkapi impian kami untuk menjadi satu keluarga dengan wanita yang tidak melakukan apa-apa selain mencintaiku. Mungkin aku akan membawanya ke kuburanku atau ke kehidupan selanjutnya, seperti cintaku padanya... Tidak ada habisnya.



.
.
****

Winning Back Mrs. Manoban [...]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang