Jennie POV
Bibirku otomatis tersenyum saat aku bangun dan disambut oleh keberadaan Lisa.
Istriku yang cantik berbaring di sampingku tidur seperti bayi. Wajahnya bersandar di leherku dan lengannya dengan posesif memeluk tubuhku seolah-olah seseorang akan membawaku menjauh darinya.
Aku bergerak sedikit, cukup bagiku untuk melihat wajahnya tetapi berhati-hati untuk tidak membangunkannya.
Aku harus sedikit mengendalikan jariku saat aku mendapat kesempatan untuk menelusuri wajahnya agar tidak membangunkan istriku yang cantik. Biasanya dia bangun lebih awal bahkan saat bulan-bulan pertama pernikahan kami. Bahkan ketika dia tinggal bersama kami di Cornwall selama berminggu-minggu, tidak pernah ada kesempatan bagiku untuk bangun dan menemukannya masih di tempat tidur. Mungkin karena jam terbang kami yang panjang membuatnya sangat lelah.
Aku tidak bisa tidak mengingat apa yang terjadi tadi malam.
Dia sangat menginginkanku. Matanya penuh dengan rasa lapar saat matanya mengamati seluruh tubuhku. Tapi dia tidak menyentuhku. Sebaliknya dia cepat-cepat pergi ke kamar mandi dan melompat ke tempat tidur begitu dia selesai.
Betapa ironisnya.
Dia menginginkanku tetapi dia menahan dirinya untuk tidak menyentuhku.
Karena tiba-tiba dia mempraktikkan apa yang disebut menghormati!
My ass! Dia pasti gila!
Kami sudah menikah. Dan pasangan yang sudah menikah seharusnya bercinta. Itu sangat legal! Persetan dengan kata menghormati.
Aku menginginkannya dan aku membutuhkannya.
Hanya dia.
Cukup dia.
Dan aku benar-benar menerima dia apa adanya dan apa yang bukan dia.
Aku mengangkat tanganku dan dengan lembut menelusuri wajahnya dengan telunjukku. Mengingat setiap detail wajahnya yang menawan. Seperti yang biasa aku lakukan bertahun-tahun yang lalu setiap kali aku terbangun di sampingnya.
Sekarang seperti sebelumnya, aku menyadari betapa aku merindukannya. Betapa aku merindukan tidur dengannya, berbagi ranjang yang sama dengannya dan sedekat ini dengannya. Aku merindukan setiap inci dirinya. Aku merindukannya dan aku merindukan kami.
Dia bergerak sedikit jadi aku segera berhenti membelai ujung jariku di bibirnya. Tapi dia tertidur lagi setelah menarik tubuhku ke arahnya.
Aku menghela nafas lega.
Aku belum ingin membangunkannya. Aku masih ingin menikmati momen ini. Perasaan surgawi yang aku miliki sekarang karena sedekat ini dengannya.
Dia masih cantik bahkan dalam tidurnya. Ada beberapa garis di dahinya tapi itu tidak mengurangi kecantikannya.
Hei, Lalisa Manoban! Kenapa kamu tidak bisa seperti gadis biasa lainnya?
Yah, aku rasa itulah yang membuatmu terpisah dari yang lain. Kamu tidak biasa. Dan itulah yang membuatku jatuh cinta padamu... Lagi dan lagi.
Kamu terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan sehingga terkadang aku harus berhenti dan mencubit diriku sendiri... Memastikan bahwa aku tidak sedang bermimpi. Bahwa kamu benar-benar milikku dan hanya milikku.
Betapa beruntungnya aku?
Aku terus menelusuri sisi wajahnya. Menatapnya dengan cinta yang melimpah di mataku.
Aku mengambil beberapa helai rambutnya yang jatuh di pipinya dan menyimpannya di belakang telinganya.
Dorongan untuk menciumnya semakin meningkat saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winning Back Mrs. Manoban [...]
أدب الهواةBook 2 Marrying Lalisa Manoban. Original story by : Winning Back Mrs. De Castro by @Michigoxx And, jenlisa version : Winning Back Mrs. Manoban by @Hakuna1122