Seoul, South Korea
Lisa POV
"Hello Miss lajang yang pantas di pilih."
Dari layar laptopku, mataku mengarah ke atas dan mendarat pada wanita yang berjalan dengan anggun ke arahku. Dia menunjukan senyum menggoda yang biasa dan aku tahu kenapa, di tangannya ada salinan dari Majalah Internasional di mana aku dipuji sebagai salah satu pencapain paling berhasil wanita lajang yang pantas di pilih di dunia. Percapain paling berhasil masih dapat diterima tetapi wanita lajang yang pantas di pilih? Apa mereka bercanda! Siapa pun sumbernya, tidak dapat di percaya. Tapi aku menyukai keberanian siapa pun pemimpin redaksi itu karena tetap mencantumkan namaku di daftar mereka meski aku sudah menolak untuk diwawancara. Keberanian seperti itu, aku sebenarnya dapat menuntut mereka karena melanggar privasiku tetapi aku tidak ingin membuang waktuku hanya untuk melakukan itu. Aku memiliki banyak hal penting untuk dilakukan daripada melibatkan diriku dalam beberapa artikel yang tidak masuk akal.
"Wanita lajang yang pantas di pilih, sialan!" Kataku memutar mataku ke atas.
"Ya ampun! Apa aku mendengarnya dengan benar? Apa kau baru saja mengutuk? Lalisa Manoban, kau akan masuk neraka." Katanya menggodaku sambil meletakkan majalah di mejaku.
"Aku sudah di sana selama enam tahun terakhir. Jadi apa bedanya?." Kataku dengan sedikit sarkasme.
"Sebagai permulaan, mengumpat tidak cocok untukmu. Kedua, kau hidup di neraka karena kau memilih untuk hidup seperti itu dan terakhir... Helooo, masih ada kehidupan setelah setiap patah hati. Ini bukanlah akhir dari dunia. Selain itu kau terlalu muda dan terlalu cantik untuk membatasi dirimu di sini, di empat dinding kantormu. Dapatkan kehidupan!."
"Joy, aku punya kehidupan." Aku terkekeh.
"Ya benar." Dia memutar matanya ke atas. "Oke, beritahu aku, kapan terakhir kali kau keluar untuk bersosialisasi?." Tanyanya, menantangku.
"Dua hari lalu. Aku pergi ke bar." Aku menjawabnya dengan cepat.
"Dan bolehkah aku bertanya dengan siapa?." Alisnya yang sempurna melengkung.
"Dengan seorang gadis."
"Oh, aku yakin dia klien."
"Ya, tapi--"
"Lihat?."
"Hei, itu juga dianggap bersosialisasi."
Joy menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak bisa diterima."
"Aku--"
"Bahkan tidak dekat. Dan kita berdua tahu apa yang kubicarakan. Kau terlalu pintar untuk berperan sebagai Lisa yang bodoh."
"Dan ingatkan aku lagi, sejak kapan kau menjatuhkan unniemu?" Aku dengan lembut menggodanya dan dia hanya mengerutkan hidungnya.
Dia yang paling lucu saat melakukan itu.
Joy mengenalku dengan baik dan dia bisa sangat gigih hampir sepanjang waktu. Dia tahu bagaimana membela diri dalam sebuah argumen. Mengapa, wanita itu adalah mahasiswa hukum yang cerdas. Dia sekarang di tahun ketiga dalam kuliah hukumnya. Joy berubah menjadi wanita cantik pada usia dua puluh tiga tahun. Dia lebih pantas menjadi model.
Aku menghela nafas.
"Ok, aku menyerah dalam kasusku Miss Joy Park. Kau menang kali ini. Kau senang sekarang?."
"Sangat senang." Katanya tersenyum manis.
Aku hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan apa yang aku lakukan.
"Jadi, apa yang membawamu kesini selain dari mengumumkan gelar baruku dan menjelaskan padaku tentang apa yang kau sebut bersosialisasi?." Tanyaku saat mataku sibuk membaca sesuatu di komputer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winning Back Mrs. Manoban [...]
FanfictionBook 2 Marrying Lalisa Manoban. Original story by : Winning Back Mrs. De Castro by @Michigoxx And, jenlisa version : Winning Back Mrs. Manoban by @Hakuna1122