Prologue 2

9.4K 833 64
                                    

Jennie POV

"Hallo cantik."

Dari agenda harianku, mataku tertuju pada pria yang berdiri di depanku. Dia membungkuk dan memberiku ciuman singkat di bibir. Aku terkejut tetapi aku memutuskan untuk membiarkannya berlalu.

"Ini untukmu, varietas berbeda tanpa mawar, seperti yang kamu suka." Dia tersenyum sambil memberiku karangan bunga, jenis yang berbeda memang. Aku selalu menerima bunga tetapi mawar adalah hal lain karena hanya akan membawa kembali kenangan dari masa laluku yang terlupakan.

"Terima kasih." Aku bergumam.

Dia tersenyum dan mengangguk.

"Dan ini untuk anak-anak." Katanya meletakan sekotak besar mainan di mejaku.

"Kau sangat memanjakan mereka--"

"Oh, ayolah baby, ini tidak seberapa dibandingkan dengan semua kebahagiaan yang mereka berikan padaku, tapi aku tahu betapa mereka sangat ingin memiliki Xbox ini. Kamu bahkan mengatakan kepadaku bahwa mereka memohon padamu untuk membelinya, ingat?."

"Yang tidak aku turuti." Aku berteriak.

"Baby, ini hanya mainan, kamu pernah menjadi anak-anak sebelumnya, kamu tahu bagaimana perasaannya kan?."

Aku menghela nafas. "Maaf, aku hanya lelah, kurasa."

"Ya, aku tahu." Dia berjalan ke arahku dan dengan lembut memijat bahuku. Rasanya enak apalagi saat aku lelah, aku merasa sarafku mulai rileks.

"Merasa lebih baik?." Aku mendengar dia bertanya.

"Ya.." Aku menjawab. Aku memejamkan mata tetapi aku segera membuka ketika bayangannya mulai muncul di pikiranku.

"Tidak, berhenti." Aku dengan kasar melepaskan tangannya yang akan menyentuh payudaraku.

Aku berdiri dan menoleh padanya. Aku tahu dia terkejut dengan reaksiku.

"Maafkan aku." Kataku dengan nada meminta maaf.

Aku melihat sekilas rasa frustrasi di matanya tetapi itu lenyap dengan cepat seolah-olah itu tidak pernah terjadi. Lalu dia tersenyum lagi.

"Aku mengerti." Dia menjawab dan mengangkat bahu.

Dia selalu mengatakan itu dan sekarang aku mulai merasa bersalah. Dia baik padaku dan aku benar-benar seperti wanita jalang yang tidak berperasaan karena selalu menolaknya.

"Tidak. Aku tahu itu tidak keren dan--"

"Kamu tahu apa yang keren? Ayo pergi ke luar kota akhir pekan ini." Katanya cepat.

"Tapi--"

"Jennie, ayolah, anak-anak perlu menghirup udara segar. Terutama Louis, dia sangat membutuhkannya, ingat?."

Aku menarik napas dalam lalu mengangguk.

"Itu wanitaku." Katanya dan tersenyum lebar.





.
.
****

Winning Back Mrs. Manoban [...]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang