12. Mawar Putih

94 18 0
                                    

•••

"Halo, Ma?" ujar Jona.

"Jona, Mama rindu banget sama kamu. Kamu sama Kak Yoan? Dari tadi Mama telpon ke hapenya dia enggak jawab. Kak Yoan kemana?"

Jona diam sambil menatap pintu ruangan Yoan yang sedang dirawat dan diperiksa dokter. Satria duduk di bangku yang tersedia di depan ruangan itu sambil menunggu dokter keluar dari ruangan Yoan.

"Kak Yoan mungkin lagi olahraga Ma di lapangan. Makanya dia enggak bisa balas telpon Mama."

"Oh, begitu ya. Nanti kalau kalian berdua pulang sekolah, telpon Mama ya. Atau nanti malam kita bisa video-call bareng, gimana?"

"Iya, Ma. Nanti Jona bilang ke Kak Yoan. Jona tutup dulu ya, soalnya Jona lagi belajar nih."
Lagi, Jona kembali berbohong mengenai kondisi Yoan sekarang. Ia hanya tidak mau membuat Mamanya itu khawatir dan cemas.

"Oke, sayang. Belajar bagus-bagus ya. See u!"

Jona menutup ponselnya dan menatap kembali ke arah ruangan Yoan. Ia sangat menyesal karena tidak bisa menjaga kakaknya itu dari orang-orang jahat yang mengusik dirinya.

Lima menit kemudian, dokter keluar dari ruangan Yoan bersama dengan seorang suster.
"Apa kalian keluarga dari Nak Yoan?" tanya dokter itu.

Jona mengangguk. "Iya dok, saya adiknya. Bagaimana keadaan kakak saya, dok?" tanya Jona.

"Kedua tangan dan wajahnya terluka. Kini, tangan Nak Yoan sudah diobati dan diperban oleh suster. Wajahnya juga sudah diobati. Sekarang, dia sedang beristirahat di dalam. Kalian boleh melihatnya," jelas dokter.

Jona langsung masuk ke dalam ruangan tempat Yoan dirawat. "Terima kasih ya, dok." ucap Satria kemudian menyusul ke dalam.

Kedua cowok itu bisa melihat Yoan yang terbaring di tempat tidur dengan pakaian khas rumah sakit. Kedua tangannya diperban beserta wajahnya yang terdapat plester luka. Jona langsung duduk di samping tempat tidur Yoan kemudian memegang tangannya.

"Kak Yo, maafin Jona karena enggak bisa lindungin Kak Yoan. Jona minta maaf, Kak Yo."
Jona tampak meneteskan air mata dan ia langsung mengusapnya kasar.

Satria menatap sendu ke arah Yoan yang sedang tertidur itu. Hatinya sangat sakit melihat kondisi Yoan sebelum ia diantar ke rumah sakit. Salah apa Yoan sehingga mereka berani menyakiti gadis itu?

•••

Pukul dua sore, Yoan terbangun dari istirahatnya. Matanya terbuka dengan perlahan dan kepalanya langsung terasa sakit seperti ditusuk jarum. Ia mengaduh kesakitan sambil memegangi kepalanya.

"Yo, lo udah bangun?" tanya Satria yang datang tiba-tiba dengan membawa sekotak makanan yang ia beli diluar.

"Lo butuh sesuatu? Atau apa?" tanya Satria lagi dengan khawatir.

Yoan menggeleng. Matanya berkaca-kaca dan rasanya ingin menangis ketika melihat Satria. Yoan sampai memeluk pinggang Satria dengan erat. Hidungnya sakit dan akhirnya air matanya tumpah saat itu juga.

"Yo, lo nangis? Ada yang sakit? Di bagian mananya?" tanya Satria.

Yoan menggeleng. "Tangan gue jelek banget diperban gini. Tangan gue jadi gede banget, Sat."
ujar Yoan. Ia tak bisa mengungkapkan alasan dirinya kenapa ia bisa menangis begitu saja.

Sunflovers [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang