•••
Tidak terasa sudah satu bulan Satria menginap di rumah Yoan dan Jona. Hari ini, di hari Minggu yang cerah, Satria harus menjemput Bunda ke bandara dan langsung pulang ke rumah. Setelah ia berpakaian dengan rapi, Satria dibantu oleh Yoan untuk membereskan barang-barangnya.
"Bang Sat, gak disini aja tinggalnya. Ga enak dong kalau enggak ada Bang Satria," gerutu Jona seperti anak kecil. Badannya digoyang-goyangkan di atas tempat tidur.
Yoan langsung menggeplak bokong Jona. "Udah sana, gausah banyak bacot. Beresin tuh kamar lo udah kaya kapal pecah. Buruan!" seru Yoan galak seperti biasanya.
Gadis itu tampak lebih baik sekarang. Tangannya yang dulu diperban sudah dilepas namun menyisakan bekas luka yang belum sepenuhnya hilang. Yoan juga sering merasa kesakitan ketika ia mengangkat benda-benda berat.
"Sini, gue pegangin tasnya," tawar Yoan.
Satria menggeleng. "Enggak usah, gue aja. Lo bikin kue brownies buatan lo tadi pagi aja ke kotak makan siang. Nanti gue mau makan sambil nunggu Bunda."
Yoan mengangguk. "Okei, tunggu sebentar."
"Biar Jona aja Bang yang bawa," tawar Jona yang tadinya pergi sekarang ia nongol di depan pintu kamar.
"Ck, tadi Yoan suruh lo ngapain, ha? Beresin tuh kamar lo. Udah lo bau tambah kamarnya kotor. Mau jadi apa lo?" ujar Satria.
"Sadis banget ngomongnya ni Bang Sat!" seru Jona mengucapkan nama Satria namun terdengar seperti umpatan.
Satria menendang bokong Jona, lagi. Jona pun kabur dan langsung menuju ke kamarnya. Setelah Satria menuruni tangga, ia langsung berjalan ke garasi rumah Yoan dan menyusun barang-barangnya dengan rapi.
Yoan memberikan kotak makan siangnya kepada Satria. Ia lalu menatap dengan sedih ke arah Satria yang merupakan sahabatnya yang selalu ada di sampingnya.
"Kenapa wajah lo kayak gitu?" tanya Satria.
Yoan menggeleng. Ia langsung memeluk Satria.
"Hiks, engga apa-apa. Hati-hati di jalan ya, Sat.""Kok nangis sih Yo? Lo engga rela gue pergi?" tanya Satria sambil menggoda gadis di depannya itu.
"Hiks, sebenarnya iya. Tapi mau gimana? Kirim salam ya sama Bunda. Gue bakal sempatin waktu kok ke rumah," ujar Yoan.
Satria tersenyum sambil menepuk punggung Yoan. "Iya. Lo juga harus hati-hati. Jam tangan yang dikasih Bang Febrian harus dijaga. Itu bakal berguna buat lo."
Yoan mengangguk sambil melihat ke arah jam tangan berwarna hijau pastel yang diberikan Febrian kepadanya. Jam ini akan mendeteksi Yoan ketika gadis itu mengalami hal yang berbahaya.
"Gue pergi ya. Jaga rumah dan jangan paksain tangan lo buat ngangkat yang berat-berat. Oke?"
Satria masuk ke dalam mobilnya dan menghidupkan mesin."Iya. Bye bye ~" lambai Yoan.
Mobil Satria pun mulai menghilang dari pandangan gadis itu. Yoan menghela nafas kasar dan masuk ke rumah. Ia menutup pintu dan berjalan ke arah sofa ruang tamu.
Jona yang baru saja ingin mengganti sprei tempat tidurnya dengan yang baru, melihat kakaknya, Yoan yang sedang memasang wajah suram dan sendu. Dari atas, Jona memanggil kakaknya dengan suara monyet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflovers [✓]
Fanfiction[completed] NCT DREAM Ft. Yeri Red Velvet and Jaehyun NCT 127 FANFICTION | Sunflovers Hanya sebuah kisah antara keluarga, persahabatan, dan cinta. Di sini kamu akan menemukan ikatan persaudaraan antara Yoan dan Jona. Fakta yang sebenarnya terjadi an...