23. Gadis Pilihan

105 18 0
                                    

Happy Reading!

Find me on:
Instagram: @loeapages

•••

"Hai, kok lama banget datangnya?"

Yoan menaikkan kepalanya. Tangannya masih memeluk pinggang Febrian dan ia langsung tersenyum. "Tadi gatau dimana ruangan Kakak, jadi kudu tanya dulu," jawab gadis itu.

Febrian mengangguk dan mengusap rambut Yoan dengan lembut. "Kita makan di kantin aja, yuk? Mau enggak?" tanya Febrian.

Yoan mengangguk dan mengangkat bekalnya. "Iya," balas Yoan dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

Keduanya pun keluar dari ruangan itu. Febrian menggenggam tangan Yoan erat supaya gadis pendek dan kecil itu tidak hilang nanti. Setelah keluar, sekretaris Febrian yang bernama Fania itu berdiri dan langsung memberi hormat.

"Fania, saya mau makan siang dulu sama adik saya ini. Kalau ada tamu, langsung suruh ke ruang rapat aja ya," pesan Febrian sambil tersenyum. Yoan mengendus kecil mendengar ucapan Febrian.

"Baik, Pak."

Febrian dan Yoan pun melanjutkan langkahnya. Febrian masih setia memegang tangan Yoan dan memeluk bahu gadis itu dengan gemas. Ia tidak menyangka Yoan datang mengunjunginya. Itu membuat hatinya sangat senang.

Di kantin, Febrian dan Yoan duduk di sebuah meja panjang. Di antara meja lain, hanya meja keduanya yang kosong dan tidak dihuni oleh beberapa orang membuat Yoan bingung.

"Kak, Kak Febrian kalau makan memang suka sendirian? Kok enggak ada yang makan juga di meja ini padahal kursinya masih pada masih kosong," ujar Yoan.

"Gue juga enggak tahu. Ini siapa yang bikin? Yoan atau Mama?" ucap Febrian. Yoan yang duduk di depannya meringis.

"Mama, Kak. Yoan enggak sempat bikin bekal khusus buat Kak Febrian karena Yoan baru aja pulang sekolah. Maaf ya," ujar gadis itu.

"Gapapa Yoan. Mau masakan Mama atau Yoan sendiri, gue suka kok."

Yoan langsung tersenyum. Ia memperhatikan wajah Febrian yang tampak lapar dan sedang melahap bekal makanan yang ia bawa. Namun, ia juga merasa risih karena tidak sedikit orang-orang menatapnya aneh.

"Sini gue suapin," tawar Febrian.

Yoan menggeleng. "Kakak aja. Yoan udah makan kok tadi," ucap gadis itu.

"Stttt..... aa .... ayo makan,"

Febrian mengangkat sendok berisi nasi dan lauk itu kepada Yoan dan menyuapkannya. Febrian tersenyum sehingga memunculkan lesung pipitnya yang amat dalam.

"Siang, Feb."

Febrian tidak menoleh. Yoan melihat ke arah samping kirinya dan menemukan seorang wanita cantik sama seperti sekretaris Febrian yang tadi ia lihat. Badannya tinggi dan langsing membuat Yoan langsung insecure.

"Kak, dipanggil tuh," ucap Yoan menggoyangkan jari Febrian. Laki-laki itu tampak diam. Ia menikmati makan siangnya dengan lahap.

"Hehehe, maaf ya Mbak." Yoan langsung cengengesan karena sikap cuek Febrian kepada wanita itu. "Apa ada yang bisa dibantu?" ucap Yoan lagi.

Sunflovers [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang