Prolog

249 15 0
                                    

Semua orang menatap remeh pada seseorang di tengah mereka yang terduduk tak berdaya, dengan luka disekujur tubuhnya. Ia menutup matanya dan menggunakan telinganya untuk mendengar sekitarnya. Satu tangannya menutup luka di perutnya yang terus mengeluarkan darah.

"Salut dengan keberanian kamu"

"Meskipun buta kamu bahkan tetap ingin menjadi pahlawan?" Tambahnya dengan amarah yang siap memuncak kapan saja.

"Gatra, kamu benar-benar menjadi sangat tidak berguna"

Laki-laki itu bernama 'Gatra' ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Ia mundur ke belakang, tangannya meraba tanah disekitarnya, berharap ada satu senjata yang bisa ia gunakan untuk melawan. Namun tiba-tiba rasa sakit dan bunyi tulang yang remuk terdengar.

Ia menginjak tangan Gatra lalu menekannya kuat.

"Arghhh"

"Woah, akhirnya kamu mengerang juga? Sudah lama saya tidak mendengar kamu yang mengerang kesakitan seperti ini" bukannya merasa bersalah ia malah semakin menekan pijakannya di tangan Gatra.

"GATRA!!"

Gatra menoleh ke belakang, walaupun matanya tidak bisa melihat tapi ia tau siapa yang memanggil namanya.

"Kenapa kamu disini?" Tanyanya dengan suara parau.

"Lepasin!" Gatra semakin menajamkan indera pendengarnya, ia yakin bahwa ia juga ditangkap disini.

"Syaira, jangan melawan" ucap Gatra.

"Woah drama yang mengesankan" saat laki-laki paruh baya itu hendak menekan lagi pijakannya dengan tenaga yang masih tersisa Gatra mendorong laki-laki itu hingga terpental jatuh.

"Lo salah memancing amarah gue"

"Kalau gitu gue gak akan segan lagi" kata-katanya begitu menyeramkan, semua orang yang hendak melawannya seketika mundur beberapa langkah.

Ia mengambil sesuatu dari balik jaketnya lalu ia melemparkannya di tanah membuat segumpal asap. Dengan cepat ia berlari ke arah Syaira. Setelah mengetahui posisinya.

"Tutup mata dan hidung, ambil nafas sepelan mungkin" ucapnya sambil memapah Syaira keluar dari gedung kumuh itu.

Setibanya diluar Gatra memegang bahu Syaira.

"Pergi sejauh mungkin, bilang bahwa Farrel harus jaga kamu sebisa mungkin"

"Kamu juga ikut aku pergi!"

"Gak ada waktu lagi! Suatu saat nanti kalau aku masih hidup aku pasti cari kamu" airmatanya tak bisa ditahan lagi, jatuh dengan deras.

Syaira memeluk tubuh tinggi itu dengan erat, dalam hatinya ia berharap ini bukanlah pelukan terakhir.

"Pergi cepat!" Gatra mendorong Syaira lalu masuk kembali ke gedung, asap tebal sudah mulai menghilang perlahan beberapa anak buah dari pemimpin jahat itu tak sadarkan diri. Ia mengikuti hatinya, berjalan dengan meraba tembok, langkah kakinya tanpa sadar justru membawanya ke hadapan laki-laki paruh baya yang kejam itu.

"Woah bagaimana kamu bisa ada di hadapan saya? Bukannya kamu sudah kabur dengan perempuan itu?" Gatra tercekat mendengar suara itu.

Dengan rasa yang berkecamuk perlahan ia menghilangkan emosi dalam dirinya, lalu berlutut di hadapan laki-laki itu.

"Aku mohon, kembalikan dia"

Laki-laki paruh baya itu terkejut mendapati Gatra yang memohon kepadanya dengan airmata yang mengalir begitu deras.

"Setelah itu aku akan melupakanmu"

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang