Gatra memasuki rumah yang nampak sepi itu, ia berjalan menaiki anak tangga untuk ke lantai dua tempat kerja Rio berada. Mendengar dari Farrel papanya itu akhir-akhir ini selalu menyibukkan diri di ruang kerjanya. Ia pun berinisiatif untuk menemuinya.
Tepat didepan pintu ia mengetuk beberapa kali hingga sahutan terdengar dari dalam menyuruhnya masuk, Gatra masuk dan matanya langsung bertabrakan dengan mata Rio yang sangat hitam. Terlihat kurang tidur.
"Gatra? Kamu kesini?" Gatra tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Rio langsung membawa Gatra untuk duduk.
"Kenapa kamu semakin kurus?" Tanya Rio sambil meneliti setiap inci tubuh Gatra.
"Maaf Gatra masuk sembarangan" Rio menggelengkan kepalanya.
"Gapapa, ini rumah kamu juga"
Gatra menatap Rio yang tampilannya tak sesegar biasanya. Bahkan terlihat berantakan.
"Kerjaan lagi banyak?" Tanya Gatra, tangannya mengambil beberapa lembar dokumen di meja papanya lalu membacanya.
"Biar Gatra bantu" dengan cepat Rio menarik dokumen itu dari tangan Gatra.
"Bukan apa-apa, papa cuma kurang tidur, kamu mengunjungi papa kesini?" Gatra mengangukkan kepalanya.
Mereka berdua berbicara banyak hal, Gatra merindukan kebersamaannya dengan Rio selama ini. Begitupun Rio. Lalu setelah berbicara banyak hal Rio langsung merubah ekspresi nya.
"Sebenarnya-"
Brukk!
Mata Gatra melotot tepat saat Rio tiba-tiba terjatuh dan darah langsung terciprat mengenai bajunya. Gatra tak bisa berpikir jernih, ini terlalu cepat!
Ia langsung membawa kepala Rio ke pangkuannya.
"Sebenarnya-"
Kalimat ini tak pernah selesai, karena bencana itu kembali melukai Rio tepat di pergelangan tangannya sebuah jarum suntik tertancap. Namun perut Rio mengeluarkan banyak darah segar. Gatra menutupinya dengan tangannya.
"Papa, tahan ya pa"
Ia mengangkat Rio turun untuk membawanya kerumah sakit, ia semakin dibuat terkejut saat tiba di bawah ibunya, Laras juga sama sudah tidak sadarkan diri. Sama dengan luka di perutnya. Namun suntikan itu tidak ada.
Gatra dengan panik menelfon polisi dan ambulan, namun tiba-tiba tangan Laras menariknya.
"Jaga Farrel dan Syaira"
"Ma-"
"Bahkan jika kamu harus mengorbankan segalanya" setelah itu Laras sepenuhnya tak sadarkan diri. Gatra panik lalu memeriksa nafas serta nadi kedua orang tua angkatnya, namun sudah tidak merasakan ada denyut apa-apa.
Matanya berair, seluruh bajunya sudah dipenuhi darah. Lalu matanya melihat sebilah pisau yang sangat licin dan pastinya tajam, bagaimana tidak pisau tanpa gagang itu menembus langsung perut kedua orang tuanya tanpa cela. Dan suntikan ini juga ia tidak tau apa artinya. Ia membawa kedua barang itu bersamanya.
Tak lama polisi serta ambulan datang bersamaan, ia dengan panik berlari keluar.
"CEPET! NYAWA ORANG TUA SAYA HARUS DISELAMATKAN!" Ia marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
General Fiction"Kamu akan menemukan sesuatu yang tak pernah kamu temukan sebelumnya" -BlackandWhite