Sudah tengah malam, gadis itu bahkan belum memejamkan matanya sama sekali. Ia menatap ke luar jendela dimana gedung-gedung tinggi berdiri kokoh, lampu-lampu kota terang dengan sangat indah. Harusnya setelah melihat keindahan ini ia membaik, tapi hatinya justru kian cemas.
Cemas jika ia tak bisa menemukan kakaknya lagi untuk waktu yang lama, seperti awal mereka berpisah. Ia masih ingat saat itu ia baru masuk sekolah dasar dan ia memohon-mohon kepada orangtua angkatnya agar membantunya mencari jejak Gatra, namun entah mereka tak mendengar atau pura-pura tak mendengar, mereka tak menghiraukan Nadira sama sekali.
Lalu ia mulai mencari sendiri, ia mencari lewat seseorang yang ternyata orang itu adalah seorang pengusaha besar. Ia membantu mencari keberadaan Gatra dan untungnya bertemu setelah seminggu mencari informasi tersebut.
Mengapa ia bisa kenal dengan pengusaha ini? Itu karena Dira sengaja pura-pura menjadi anak hilang. Ia lalu bermalam sehari dirumah pengusaha itu. Untungnya orang itu baik, lalu tengah malam ia tak sengaja menguping pembicaraan orang itu dengan bawahannya yang membocorkan identitas seseorang. Sejak saat itu ia berpikir dengan pasti bahwa ia bisa menemukan Gatra lewat orang ini. Lalu setelah itu ia pulang, dan beberapa hari kemudian kembali bertemu saat ia sedang bersama orangtua angkatnya. Mereka akhirnya menjalin kerja sama. Semakin hari rencananya semakin berjalan dengan lancar hingga berjalan sebulan barulah Nadira melancarkan rencananya. Ia meminta orang itu agar membantunya mencari seseorang. Dan rencananya berhasil, mereka menemukan Gatra ada di sebuah kota.
Setelah itu ia meminta untuk pindah sekolah, bahkan ia ingin pindah rumah, untungnya kedua orang tua angkatnya setuju, mereka tak melihat ada kejanggalan dibalik semua ini.Dan sekarang semuanya seperti kembali pada saat itu. Hampir seperti saat itu. Tapi semoga saja ia tidak kehilangan lebih jauh. Setidaknya ia mengetahui keadaan buruk kakaknya itu.
Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Itu mantan pacarnya. Ia menghiraukan panggilan itu hingga berhenti berdering dengan sendirinya. Lalu satu pesan muncul setelahnya. Dira langsung membuka pesan itu.
Kevin
Gatra ada diatas, lo kalo mau ketemu sama kakak lo kesini cepetLalu ada pesan kedua itu adalah lokasi tempat dimana ia berada. Matanya berbinar, dengan segera Dira memakai jaketnya dan meminta supir untuk mengantarnya, untungnya kedua orangtuanya sedang tidak ada dirumah.
Mobil berjalan cukup cepat namun bagi Dira sangat lama, ia ingin segera memberitahu Gatra bahwa dirinya ada disekitarnya, bahwa adiknya masih menginginkan seorang kakak. Bahwa Dira masih mengingat dengan jelas wajah laki-laki itu.
Setibanya disana ia langsung bertemu dengan Kevin didepan pintu kafe."Dimana kakak aku?" Tanyanya antusias. Kevin tersenyum.
"Dia masih diatas kok cari aja ruang privasi nomor 3, jangan sampe telat lagi" Kevin mengacak rambut gadis itu lalu berlalu pergi.
Dira berlari, ia benar-benar berlari keatas sana. Ia menyusuri lorong kafe itu, matanya mencari ruang nomor 3 sesuai perkataan Kevin. Hingga ia tiba didepan pintu tersebut. Ia mendekat lalu mengatur nafasnya.
Tangannya terangkat, ia mulai mengetuk pintu.
Pintu terbuka, namun yang membuka itu adalah seorang pelayan.
"Ada perlu apa mbak?"
"Apa orang didalam masih ada?"
"Masih"
"Dia kakakku"
"Oh maaf silakan masuk"
Dira masuk, seketika matanya bertubrukan dengan mata tajam milik laki-laki itu.
"Lo siapa?" Tanya Alden tentu saja, Gatra tak mau capek capek bertanya siapa.
"Kakak!" Ucapnya girang. Mata Gatra melotot sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
General Fiction"Kamu akan menemukan sesuatu yang tak pernah kamu temukan sebelumnya" -BlackandWhite