"Kamu ikut mereka oke? Nanti kakak bakal sering-sering main kerumah baru kamu" Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya, lalu menoleh ke belakang dimana 'orang tua' barunya berada.
"Kenapa kita gak bawa kak Gatra sekalian? Kakak baik sama Dira" mereka saling menatap, lalu gadis kecil itu kembali menatap kakaknya. Walaupun mereka bukan adik kakak kandung tapi gadis itu sudah menganggap Gatra sebagai kakaknya, pelindungnya.
Melihat situasinya yang semakin tidak enak Gatra mengusap rambut gadis itu.
"Dira percaya kan sama kakak?" Dira menganggukkan kepalanya lucu.
"Kalau ada kesempatan kita pasti ketemu lagi"
"Jadilah baik"
Setelah mengatakan itu Gatra pergi dari sana, sebenarnya ia sengaja pergi karena ia takut lepas kendali saat melihat Dira pergi. Lalu dari belokan persimpangan ia menunggu mobil orang tua baru Dira lewat, dan beberapa saat kemudian mobil itu benar-benar lewat.
Gatra bahkan melihat wajah Dira di kaca jendela mobil. Ia tersenyum pahit, seolah kata-kata yang ia berikan pada Dira tadi tak berpengaruh apa-apa padanya. Apa yang ia katakan tadi?
Kalau ada kesempatan mereka akan bertemu lagi? Mustahil! Gatra bilang seperti itu agar tak membuat gadis itu lebih sedih dan berat meninggalkannya.
Jadilah baik, bahkan jika gadis itu baik-baik saja Gatra akan senang walaupun tidak tahu dimana keberadaannya, yang bisa ia lakukan hanya mendoakannya tanpa ada niatan untuk menemuinya.
Tak terasa sudah beberapa tahun mereka berpisah, sekarang Dira tumbuh menjadi gadis cantik yang baik, seperti pesan Gatra dulu.
Jadilah baik.
Dimanapun, kapanpun Dira selalu mengingat itu. Dan saat memasuki sekolah menengah ia terkejut karena kakaknya ada disekolah yang sama dengannya. Saat itu ia melihat Gatra adalah seorang senior. Dira memasuki kelas 10 dan Gatra yang berada di kelas 11. Melihat perawakan laki-laki itu Dira sangat bahagia, laki-laki itu terlihat sangat baik walaupun dari ekspresi nya tak menunjukkan apa-apa. Namun Dira pasti akan menemuinya. Membuka identitasnya.
Namun hari terus berlalu, Dira tak pernah memiliki keberanian untuk sekedar menyapa Gatra. Selama ini ia tahu Gatra memiliki reputasi yang buruk disekolahnya, banyak teman sekelasnya yang juga ikut menggosipkan hubungan Gatra dengan keluarga Syaira, namun Dira yang tau siapa Gatra tak pernah ikut campur, bahkan ia selalu membela Gatra walaupun tidak begitu berarti.
Melihat sikap dingin dan acuh Gatra ia semakin tak bisa untuk sekedar menyapa, bahkan saat pembunuhan keluarga Syaira ia pernah satu bus dengan Gatra yang sedang dalam kesusahan, namun saat ia hendak membantu Gatra menyentaknya, akhirnya ia tak berani lagi. Mengetahui Gatra pergi ia juga mencari tau dan akhirnya mengikuti sampai kesini. Pindah sekolah ke sekolah yang sama lagi dengan kakaknya.
Dari jauh memperhatikan Gatra, melihat bagaimana Gatra, ternyata tidak ada perubahan sebenarnya ada ia menambah teman lagi. Dan Dira bahagia karena Gatra tidak tertutup seperti dulu. Namun saat hari ini ia bertemu Alden ia semakin senang juga. Bukan tidak tau, dulu Alden sangat gemar mengikuti kemanapun Gatra pergi disekolah lamanya, mengikuti Gatra seperti ekornya. Awalnya mungkin terlihat bahwa Gatra tidak suka diikuti seperti itu, tapi lama kelamaan Gatra membiarkan Alden mengikutinya.
Alden itu gigih, Gatra tidak pernah menganggapnya teman tapi Alden malah menganggap Gatra satu-satunya sahabat. Itu membuat Dira sangat kagum pada sikap Alden. Hingga akhirnya suatu hari Alden dikerjai oleh teman-temannya tanpa sepengetahuan Gatra, namun bukan hanya satu orang yang mengetahui hal itu, akhirnya itu bocor ke telinga Gatra, Gatra langsung berlari ke gudang dibelakang sekolah ia mendobrak pintu itu hingga lepas dari bautnya dan terkejut melihat Alden yang basah kuyup. Gatra langsung menghabisi orang-orang tak berguna itu. Sejak saat itu tidak ada yang berani lagi berurusan dengan Alden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
General Fiction"Kamu akan menemukan sesuatu yang tak pernah kamu temukan sebelumnya" -BlackandWhite