Chapter 15

2 2 0
                                    

Gatra turun dengan bergegas dari kamarnya, dilihat disana sudah ada Alden sedang berbicara dengan Fendi. Ia menghampiri mereka lalu pamit pergi pada Fendi.

"Mau kemana?" Tanya Fendi. Gatra bingung menjawab apa.

"Ada urusan om, buru-buru" Fendi menganggukkan kepalanya, lalu ia merogoh saku memberikan sebuah kunci ke tangan Gatra. Gatra bingung.

"Kunci motor, kamu gak mungkin pergi naik angkutan umum kan?" Gatra tersenyum lalu pamit pergi.

Disisi lain Syaira bingung.

"Om kak Gatra emang bisa pake motor?" Dengan wajah polosnya Syaira bertanya bingung. Fendi tertawa kecil.

"Kakakmu itu punya banyak hal yang gak orang lain tau mau sedeket apapun orang itu" jawabnya. Alden juga dilanda bingung.

"Kayaknya om tau banyak hal soal Gatra?"

Farrel menyimak percakapan mereka, tiba-tiba ia ingat beberapa hal dimasalalu. Gatra memperoleh kemampuan berkelahinya entah darimana, yang pasti laki-laki itu selalu bisa mengalahkan siapapun yang datang untuk mencelakai mereka. Tapi kapan Gatra belajar ini semua? Tidak mungkin hanya belajar anonim kan?

"Om tau banyak memang, tapi bukan soal Gatra" Fendi menghela nafas lalu melanjutkan perkataannya.

"Orang seperti Gatra om pernah menemukannya, dia teman lama om, suatu hari dia melakukan kesalahan, namun kesalahan itu semata-mata untuk melindungi om dan orang-orang disekitarnya. Dia salah mengartikan 'melindungi' sejak saat itu om gak pernah bisa lihat dari sisi mana ia melihat dunia ini, dia terlalu berbeda"

"Jika suatu saat Gatra melakukan hal yang sama, coba pikirkan lagi bagaimana menghadapinya"

Seketika pikiran Alden kusut, ia memikirkan beberapa hal kemungkinan-kemungkinan dari yang dibicarakan Fendi tadi.

"Jangan terlalu dipikirkan, kalian silakan mengobrol, om harus ke kantor" setelah Fendi pergi mereka saling tatap. Lalu Alden yang melihat wajah Farrel dan Syaira nampak memikirkan Gatra ia pun mengalihkan perhatian mereka.

"Gimana kalau hari ini kita jalan-jalan?"

Gatra turun dari motornya, didepannya nampak seperti orang tawuran, sebenarnya mereka memang sedang tawuran. Gatra langsung menerobos orang-orang itu hingga saat ditengah kerumunan itu ia melihat Fallera dikeroyok oleh beberapa orang. Gatra yang sudah berjanji dan membuat kesepakatan dengan laki-laki itu langsung menendang salah satu dari mereka. Lalu sebagian orang yang mengeroyok Fallera berhamburan mengeroyok Gatra.

Fallera memuntahkan darah dari mulutnya, menatap nyalang pada Gatra disebelahnya.

"Lo telat bangsat! Gue luka!" Ucapnya geram. Namun Gatra dengan santainya hanya berkata.

"Belum mati kan" Fallera menggelengkan kepalanya.

Lalu mereka kembali berkelahi, saling memberikan luka pada wajah masing-masing. Gatra sangat ganas disini. Ia sekaligus menghadapi 4 orang dalam beberapa kali serangan. Jika dibandingkan mereka kalah dalam jumlah orang. Musuh dua kali lipat lebih banyak dari pasukan mereka. Sehingga mau tak mau masing-masing orang harus menangani lebih dari porsi mereka yang sebenarnya.

Namun ternyata pasukan Fallera tak begitu lemah. Mereka kuat dan bahkan tidak takut melihat musuh membawa beberapa senjata seperti balok kayu ataupun pisau. Darah sudah terlihat dari kedua kubu yang masih saling baku hantam tersebut.

Pasukan musuh semakin sedikit, itu memudahkan Gatra untuk mempercepat perkelahian ini dan pergi ke tempat lain. Namun tiba-tiba ia mendengar suara ringisan didepannya. Ia melihat bahwa Fallera lengannya tergores pisau. Darah mulai bercucuran dari lengannya.

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang