Chapter 12

11 2 0
                                    

Seorang pria paruh baya sedang duduk angkuh di kursi kebanggaannya, menopang sebelah kakinya sambil melihat orang didepannya yang bersujud padanya berkali-kali.

"Kamu tau kesalahanmu?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan. Mata tajamnya seolah membunuh laki-laki itu.

"Beritahu atasanmu, bersiaplah, akhir tragis yang selalu ia berikan pada orang tak bersalah ia akan mengalaminya juga sebentar lagi" laki-laki itu bersujud lagi, sekujur tubuhnya bergetar ketakutan. Keringat membanjiri tubuhnya hingga menembus ke pakaian yang ia kenakan, terlihat basah.

"Pasti saya akan beritahukan pesan ini"

"Pergilah" laki-laki itu beranjak dari sujudnya lalu berbalik dan hendak berlari sebelum sebuah tembakan mengenai punggungnya menembus hingga ke dadanya, membuatnya langsung mati di tempat.

"Tidak jadi, biar aku yang memberinya kejutan"

Melihat laki-laki itu mati, ia berpikir.

Bagaimana bisa orang seawam ini diberi tugas untuk membunuh temannya? Mati seperti ini terlalu mudah untuknya. Tapi sasaran sebenarnya bukan orang ini, melainkan orang yang memerintah laki-laki ini. Ia sudah tau pelakunya, dan bahkan sudah merencanakan untuk memborbardir laki-laki brengsek itu hingga mati.

Tiba-tiba pintu terbuka.

"Pa?" Ia berdecak, disaat-saat seperti ini lalat itu selalu datang!

"Jangan masuk! Tunggu diluar"

"Oke" jawabnya sembari menutup pintu kembali.

Ia beranjak dari duduknya, memerintahkan anak buahnya yang sedari tadi hanya diam seperti tongkat melihat pertunjukan yang ia buat, lalu menyuruhnya untuk membereskan akhir pertunjukan itu. Dengan patuh mereka menganggukkan kepalanya. Lalu ia keluar menghampiri putranya yang sudah menunggunya.

Saat ia membuka pintu ia terkejut mendapati putranya tersebut sedang diam berdiri kaku didepan pintu.

"Kamu?!"

"Iya pa?"

"Kenapa diam didepan pintu?"

"Sesuai kata papa 'tunggu diluar'" ia memejamkan matanya. Anaknya ini benar-benar sangat pintar.

"Oke oke, ayo bicara dibawah"

Ia menganggukkan kepalanya lalu mereka turun kebawah dan duduk diruang tamu.

"Ada apa?"

"Papa udah nemuin pelakunya?"

"Alden, ini bukan urusan kamu"

"Alden udah janji bakal bantuin Farrel pa"

"Kenapa kamu begitu gampang menebar janji?" Laki-laki itu langsung terdiam.

"Dia temen Alden pa mana mungkin Alden gak peduli kan? Papanya juga temen papa jadi sama kan kita?" Sesaat kemudian ia tersenyum.

"Kamu memang anak papa"

"Yaiyalah anak siapa lagi"

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang