"Lo ngapain?" Tanya Gatra dengan nada yang sudah pasti tidak suka.
Saat ini ia berada di dalam mobil Alden dengan Alden yang berada di sebelahnya.
"Tuan muda kita kemana?" Tanya supir yang mengantar mereka. Alden menjawabnya dengan berbisik.
"Baik"
Alden lalu mempusatkan pandangannya pada Gatra.
"Gue bantuin lo kabur" Gatra mengatupkan lagi mulutnya setelah mendengar jawaban Alden.
Alden melirik sebentar pada Gatra, lalu ia memerintahkan supirnya untuk tak mendengar pembicaraan mereka, supir pun mengerti dan langsung memakai earphone ke telinganya.
"Gatra, lo pernah bilang sama gue 'kehidupan lo saat ini adalah harapan orang lain' apa sebenernya itu harapan lo?" Alden tersenyum tipis.
"Dari dulu hidup gue tertata, mulai dari sekolah, setelah itu lanjut ke dunia kuliah, dan lanjutin perusahaan bokap, alasan kenapa sampai saat ini gue gak punya temen karena gak ada yang mau temenan sama gue tulus, mereka semua ngincer sesuatu dari gue, dari gue apa lo paham bahwa hidup yang orang lain kira nyaman itu ternyata gak senyaman yang mereka kira.." Alden menarik nafas pelan lalu melanjutkan ucapannya.
"Dari dulu pendapat gue gak pernah di tanya, gue gak diijinkan untuk nolak, harus terima apapun yang mereka lakukan, karena itu adalah yang terbaik menurut mereka. Sebenernya gak pernah ada kehidupan yang bener bener sesuai apa yang diinginkan, gak ada" Alden lalu mengambil minuman di sebelahnya lalu meneguknya hingga habis.
Disisi lain Gatra membenarkan ucapan Alden. Memang kehidupan seperti itu.
"Kenapa lo cerita ke gue?" Tanya Gatra dengan suara beratnya.
"Kita punya satu kesamaan" Alden tersenyum padanya.
"Sama sama kesepian"
•
Mobil mereka berhenti di sebuah rumah yang cukup besar dengan pagar yang menjulang tinggi sehingga para penjahat kesusahan memanjatnya.
"Dimana ini?" Tanya Gatra.
"Ini rumah yang dibeli papa dulu buat seseorang, tapi dia keburu meninggal akhirnya gak ada yang nempatin, untuk sementara lo boleh tinggal disini, tenang aja rumah ini suka dibersihin ada bibi sama satpam" jelas Alden panjang lebar.
"Gue gak bisa bales"
"Gak usah bales apa-apa, cukup jadi temen gue aja, gue bakal sering dateng kesini" Gatra menatap wajah laki-laki di sebelahnya yang nampak begitu bahagia.
"Yaudah gue balik, lo istirahat, besok gak masuk dulu juga gapapa" Gatra melihat kepergian mereka dengan mata kosongnya, menatap pagar yang kini terbuka lebar untuk ia masuki. Perlahan ia menggeret kopernya dan masuk ke dalam rumah.
Suasana rumah yang begitu hangat langsung menyambutnya kala ia melihat seorang pekerja yang sedang menyiapkan makanan di meja makan.
"Tuan Gatra ya? Sini duduk bibi udah masak banyak buat makan tuan" Gatra mengangguk, ia terganggu dengan panggilan 'tuan' yang pekerja itu berikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
General Fiction"Kamu akan menemukan sesuatu yang tak pernah kamu temukan sebelumnya" -BlackandWhite