"Alden lo gila?!" Sentak Gatra.
"Lo ngaku kuat? Berarti gak keberatan kan kalo gue gantiin dia?" Tanya Alden tanpa menghiraukan Gatra. Laki-laki didepannya berpikir sebentar.
"Okelah, lo menang juga gak ada artinya, itupun kalo bisa menang" Alden tersenyum miring.
Lalu ia mulai maju, menyerang dengan gerakan abstrak. Ia memukul tapi tak berarah, menendang juga asal-asalan. Hampir semua serangannya tak mengenai tubuh laki-laki itu. Alden lalu mundur beberapa langkah. Nafasnya tersengal-sengal karena lelah, tubuhnya juga mulai dibanjiri keringat.
Laki-laki didepannya tertawa miris.
"Kalian orang-orang payah kenapa harus menyulitkan diri sendiri kayak gini?" Ucapnya.
Alden tertawa menanggapinya.
"Menyulitkan diri sendiri? Lantas kenapa lo harus menangguhkan diri kayak gini kalo akhirnya lo bakal kalah di tangan gue!" Setelah mengatakan itu Alden kembali menyerang.
Kali ini serangannya cukup lebih baik, beberapa serangannya mengenai beberapa bagian tubuh laki-laki itu. Kali ini Alden melakukannya dengan serius. Mengingat dulu Gatra lah yang selalu melindunginya dari bahaya, dari orang-orang yang menghinanya walaupun Alden tidak yakin Gatra sengaja membantunya. Laki-laki itu selalu memiliki alasan dibalik sikap sifatnya.
"Kenapa?!"
BUGH!
"KENAPA ORANG SEBAIK DIA HARUS PUNYA TAKDIR YANG MENYEDIHKAN KAYAK GINI!" Alden menggelengkan kepalanya, mencoba menyadarkan dirinya sendiri.
"KENAPA?!" Suara-suara itu bersahutan dalam pikirannya. Ia tak mungkin mengutarakan itu semua didepan Gatra.
Tapi Alden tak peduli, kini semuanya telah berubah, laki-laki itu bahkan pernah mengakuinya sebagai temannya. Semuanya berjalan seperti air mengalir.
"Kalo gue gak bisa ngalahin lo hari ini, semuanya sia-sia" gumamnya percaya diri. Mengingat hal-hal menyedihkan yang akhir-akhir ini terjadi tiba-tiba ia menjadi sangat marah.
Tiba-tiba Alden merasa dirinya beruntung. Namun disisi lain Gatra juga tidak jahat, kenapa takdir harus memberikan hal seburuk ini padanya!
BUGH!
"Kenapa lo harus mempersulit diri sendiri?" Gumamnya.
BUGH!
Pukulan berikutnya nyaris membabi buta, beberapa pukulannya mengenai beberapa titik di tubuh laki-laki itu. Alden memelototkan matanya tak percaya.
"Lo-"
BUGH!
"Berhenti" laki-laki itu sudah kelelahan. Mau sekuat apapun dirinya dalam berkelahi ia juga manusia biasa.
"Ngaku kalah lo?" Tanya Alden, ia pun sudah kelelahan sebenarnya tapi demi membuat semua ini selesai ia tak boleh asal menyerah.
"Lo! Apa yang membuat lo harus ngelawan kayak gini?!" Laki-laki itu memuntahkan seteguh darah.
"Simple gue bantu temen gue" setelah mengatakan itu Alden berjalan menghampiri Gatra yang terduduk ditepi jalan bersama Nadira beserta yang lainnya.
"Gatra gue harap lo bisa ketemu sama gue besok, kalo lo bersedia nomor handphone gue Fallera punya" setelah mengatakan itu laki-laki itu pergi sembari mengisyaratkan semua anggotanya untuk pergi juga.
Gatra melamun. Ia tak mengerti situasi apa yang ia hadapi sekarang, dan lebih yang tidak ia mengerti adalah Alden, bagaimana laki-laki itu tiba-tiba bisa menyeimbangi kekuatan orang itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
General Fiction"Kamu akan menemukan sesuatu yang tak pernah kamu temukan sebelumnya" -BlackandWhite