Gatra melihat lagi barang-barang bawaannya, merasa sudah dirapikan semua ia turun. Melihat mereka bertiga masih diruang tamu. Dengan ekspresi yang berbeda-beda. Gatra menundukkan kepalanya lalu pergi tanpa pamit.
Gatra mengakui segalanya, mengakui bahwa dirinya begitu sial hingga hidupnya tak pernah benar-benar bahagia. 18 tahun hidupnya ia habiskan untuk mempertanggungjawabkan sikapnya. Menjaga kedua anak dari keluarga harmonis yang ia hancurkan dengan baiknya.
Benar ucapan Farrel, ia binatang yang tidak tau balas budi. Ucapan itu benar-benar menyakitkan, tapi Gatra tidak mengelak. Itu cocok dengan dirinya.
Gatra menarik dua koper besarnya, satu tas besar juga menggantung di punggungnya. Memulai hidup baru, seperti awal ia dilahirkan kedunia.
Apa kehidupan kelamnya akan terulang lagi?
Gatra menggelengkan kepalanya. Hidupnya sudah hancur mana mungkin diri sendiri tega menghancurkan lebih parah? Akhirnya Gatra berpikir untuk mencari kost, dan mencari pekerjaan semampunya. Apalagi saat ini ia masih sekolah.
Setelah berkeliling cukup lama ia bertanya pada orang disekitar dan berhasil mendapatkan satu kamar kost untuk dirinya sendiri. Benar-benar hanya satu kamar. Gatra merebahkan dirinya, menatap langit-langit kamar yang kini nampak suram. Tak ada lagi gambar bintang diatas langit-langit kamarnya. Tak ada lagi seseorang yang mengganggu hanya sekedar untuk mengikatkan rambutnya. Atau tak ada lagi seorang pun yang menjaga gadis itu.
Gatra mengangkat tangannya menutupi cahaya lampu yang langsung menyorot ke wajahnya. Tanpa sadar ia terlelap. Masih dengan kondisi yang sama.
•
"ARGHHHH!!!"
BRAKK!
"KENAPA HARUS LO!"
Farrel memukul tembok dengan keras hingga terdengar ke sebelahnya yaitu kamar Syaira.
Berulang-ulang ia bertanya kenapa.
Kenapa harus Gatra?
Kenapa harus keluarganya yang mengalami nasib sial seperti ini?
Kenapa harus dirinya?
Farrel gila-gilaan, didalam kamarnya ia berteriak, memukul dirinya sendiri, menghancurkan beberapa barang. Itu semua ia jadikan pelampiasan amarahnya.
Farrel terduduk dipinggir meja, ia membenturkan kepalanya berkali-kali pada kaki meja tersebut, hingga luka yang awalnya hanya memar kini mulai mengeluarkan darah. Matanya masih memerah, tangannya mengepal erat, serta buku-buku jarinya memutih pucat. Bibir tipisnya berkedut-kedut menahan isakan tangis yang ingin ia keluarkan.
Ia jadi ingat papanya yang begitu menyayangi Gatra, papanya yang selalu sangat hangat jika berhadapan dengan Gatra. Apa yang akan dipikirkan Rio jika tau bahwa pembunuhan itu salah satunya melibatkan seorang anak yang ia selamatkan tahun itu. Apakah ia akan menyesal karena hal ini?
Benar ucapan Laras, Gatra hanya membawa kesialan, orang liar seperti Gatra kenapa ada dirumahnya!
"ARGHHHH!!"
Terlambat untuk menyesal, Gatra sudah merenggut kedua orangtuanya dalam satu hari yang begitu menyedihkan.
Kini jelas alasan mengapa Gatra masih hidup.
•
"Udah ketemu?" Laki-laki itu menganggukkan kepalanya.
"Nanti malem gue kesana, lo boleh pergi"
"Lo mau nemuin dia?"
"Tugas dia belum selesai"
"Tapi-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
General Fiction"Kamu akan menemukan sesuatu yang tak pernah kamu temukan sebelumnya" -BlackandWhite