Chapter 19

1 1 0
                                    

Suara suara disekitarnya semakin berisik, dan Gatra juga semakin terpojok. Ia tak mau memperlihatkan ekspresi nya yang berubah namun itu tidak bisa. Ia memang orang yang bisa terlihat tenang dalam kondisi apapun kecuali hal ini.

Matanya mengabur ketika seseorang melemparkan seember air kotor padanya. Suara hinaan dan celaan semakin terdengar jelas ditelinganya. Raungan kemurkaan juga berteriak didalam hatinya. Ingin rasanya ia melawan mereka sebagai pembelaan, tapi apa ada pembelaan dalam hal ini? Bukankan ini sudah terlalu jelas bahwa Gatra lah yang sepenuhnya bersalah.

Matanya perlahan terbuka, ia melihat sekeliling, bukan hanya beberapa orang, tapi lapangan sampai penuh sesak oleh orang-orang yang membencinya. Lalu matanya terpaku pada sosok didepan sana.

Laki-laki itu berdiri begitu jauh darinya, dipelukannya seorang gadis menangis dengan mata yang memerah. Matanya bertubrukan dengan mata laki-laki itu, namun dengan cepat laki-laki itu pergi.

"Dasar gak tau malu! Gak tau diri! Gak tau terimakasih!"

"Heh mentang-mentang sifat jelek gratis lo borong semua ya Ga?"

"Dasar sampah!"

"Binatang!"

BUGH!

Gatra mendesis, sebuah kursi kayu dilemparkan padanya hingga terbelah menjadi beberapa bagian. 
Ia menerima, sungguh ia menerima segala cacian, makian, hinaan hari ini. Itu memang benar dirinya, ia menanggung segala sesuatu yang tidak pernah ia perbuat sama sekali.

"Apa-apaan ini!"

Suara itu.

Suara laki-laki yang selalu berisik ditelinganya.

"BANGSAT!"

"MAJU LO SEMUA!"

Kerumunan itu seketika hening, siapa orang didepannya? Kenapa membela laki-laki pembunuh itu?

"Siapa dia?"

"Eh itu murid baru dikelas kita bukan?"

"Iya deh bener"

"Lo ngapain berdiri disitu? Sini jangan deket-deket sama pembunuh!" Alden melihat laki-laki itu tajam. Laki-laki ini yang sedaritadi mengompori kerumunan agar semakin panas.

"Bacot lo bangsat! Cowok bukan? Banyak omong banget kayak cewek!"

"Lo—" salah seorang perempuan tak menyukai kalimat yang dikatakan Alden.

"Apa gak terima lo? Sini maju! Lo pikir karena lo cewek gue gak berani pukul lo ha?!"

Kali ini Alden begitu berapi-api. Ia tahu berita ini disebarkan oleh siapa. Ia bahkan tak menyangka orang itu akan langsung membeberkan berita ini.

"Alden" Alden menoleh membantu Gatra berdiri. Seragamnya basah kuyup oleh air kotor yang tadi disiramkan padanya.

"Gapapa, gue terima semuanya" ucapnya pelan.

Tiba-tiba disisi lain kursi kayu dilemparkan lagi tepat mengenai punggung Gatra. Alden melotot ditempat.

"BAJINGAN!"

Alden mendudukkan Gatra kembali, membawa kaki kursi itu dan berlari berputar membuat kerumunan itu berteriak dan menjauh.

"SIAPA YANG LEMPAR GUE HARAP MAJU! ATAU LO SEMUA MATI DI TANGAN GUE!"

BRAK!

BUGH!

KRAKK!

Alden gila-gilaan, kursi kayu itu kini terlihat banyak bercak darah karena Alden selalu memukulkan kursi itu pada orang-orang. Teriakan semakin keras namun Alden tak merasa gentar sama sekali.

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang