Perlahan semua mulai kembali seperti biasa, kembali ke aktifitas masing-masing. Syaira dan Farrel juga mulai membiasakan diri tanpa kehadiran sosok Gatra. Mereka harus bisa melindungi diri masing-masing. Maka dari itu Farrel meminta Fendi untuk mencarikannya guru beladiri. Awalnya Fendi menolak karena beladiri terlalu berbahaya, ia menawarkan beberapa anak buahnya yang terlatih pada Farrel namun laki-laki itu menolak keras. Maka dari itu dengan terpaksa ia mencari guru beladiri untuk Farrel.
Dan Syaira, gadis itu tumbuh dari segala sisi. Hanya dalam waktu kurun seminggu gadis yang selalu disebut-sebut lemah itu kini mengeluarkan cakarnya. Matanya yang selalu redup kini berapi-api, mulutnya yang lembut berubah menjadi sangat tajam. Itulah perlindungan dirinya.
Dan Gatra? Laki-laki itu juga membiasakan diri, namun ia masih beberapa kali memantau kedua adiknya itu dari jauh, hanya sekedar memastikan keadaan mereka baik-baik saja setelah ditinggalkan olehnya. Tak lupa ada Alden yang selalu membantunya dalam banyak hal. Dan sekarang Gatra memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain. Seperti berlatih beladiri dengan guru pribadinya yang baru ditemuinya beberapa hari ini. Namun perkembangannya sangat pesat.
Beberapa hari terakhir ini selalu banyak muncul pesan atau panggilan dari nomor tak dikenal, mereka secara gamblang menyatakan bahwa Gatra adalah bibit seorang pembunuh yang cerdas. Bahkan ada yang menawarinya untuk datang dan melakukan pembunuhan terbuka disuatu gedung untuk menunjukkan keahliannya.
Gatra sudah pasti menolak, ia tak pernah mau menjadi seorang pembunuh. Bahkan sekarang predikat pembunuh itu seolah sudah dipaku didalam hatinya.Sekarang sekolah sedang sibuk-sibuknya karena sebentar lagi ujian kelulusan akan segera tiba. Alden juga jarang menemuinya. Dan ya Gatra berhenti sekolah. Laki-laki itu sebenarnya takut ia hanya akan membuat luka lama itu tak pernah sembuh dengan adanya dirinya. Maka dari itu ia mengasingkan diri. Dibantu dengan bantuan Alden ia benar-benar tak bisa ditemukan bahkan oleh Fallera. Satu-satunya yang ada disisinya adalah Alden. Entah apa yang membuat laki-laki itu betah didekatnya.
Dan sekarang ia sedang berada di rumah yang mereka tempati. Membuka kulkas yang isinya penuh oleh bahan makanan. Gatra mengambil beberapa sosis serta telur lalu menaruhnya di meja. Ia akan membuat nasi goreng karena sebentar lagi laki-laki itu pulang sekolah. Dan Gatra sebagai orang yang hanya 'menumpang' disini merasa tidak enak jika tidak melakukan sesuatu maka dari itu ia selalu membuat beberapa makanan untuk Alden atau bahkan bodyguard-bodyguardnya yang ditugaskan disini.
Bodyguard Alden juga perlahan terbiasa dengan kehadiran Gatra, dan mereka tak lagi secanggung awal saat mereka bertemu.
Cklek.
Suara pintu terbuka.
Gatra menoleh, dan wajah menyebalkan laki-laki itu muncul dipintu dapur.
"Lo masak apa hari ini?" Tanya Alden sumringah sembari berjalan mendekat dan mendekatkan kepalanya ke tepi wajan.
"Wahh wangi banget" Gatra mendorong kepala Alden menjauh.
"Hari ini gue cuma bikin nasi goreng, semoga lo suka" ucap Gatra lalu mematikan kompor.
"Masakan lo gak pernah gagal Ga" Gatra menoleh dan mendapati Alden sudah mengambil sesendok penuh nasi goreng dari wajan yang masih panas.
Gatra memalingkan wajahnya.
"Lo tunggu di meja makan" tanpa menunggu Alden langsung memberikan jawaban.
"Oke"
Gatra menyiapkan nasi goreng tersebut lalu membawanya ke meja makan. Alden menatap sepiring nasi goreng itu dengan tatapan lapar. Begitu Gatra menyodorkan satu piring padanya dengan cepat ia menyuapkan sesendok penuh kemulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
General Fiction"Kamu akan menemukan sesuatu yang tak pernah kamu temukan sebelumnya" -BlackandWhite