Aldenio Pratama anak dari seorang pengusaha sukses bernama Daniel Pratama. Hidupnya mewah namun sebenarnya bukan hidup seperti ini yang ia inginkan. Kerap kali ia berpikir untuk membawa tabungannya dan kabur ke suatu tempat dan lepas dari pengawasan papanya. Namun setelah mendengar ucapan Gatra kemarin, ia seolah ditampar kenyataan.
Diluar sana pasti banyak orang yang bermimpi hidup mewah sepertinya, namun beberapa kendala membuat mereka tak segampang itu untuk berada di posisi yang sama seperti posisinya sekarang. Ia benar-benar kurang bersyukur.
Melihat Gatra kemarin ia menyimpulkan satu hal. Laki-laki itu kesepian. Bagaimana tidak? Ia hidup di keluarga yang bukan keluarganya, bahkan bisa dibilang orang asing, penyelamatnya. Alden sudah menyuruh seseorang untuk mengetahui masalalu Gatra. Dan setelah membaca semuanya ia jadi tahu alasan kenapa Gatra sebegitu dinginnya. Bahkan pada orang yang bisa dianggap sodaranya walaupun tanpa hubungan darah.
"Siapa orang ini tuan muda?" Tanya Rian, seorang bodyguard yang khusus diberikan papanya untuknya.
"Temen gue"
"Tuan muda sudah memiliki teman? Sepertinya ada kemajuan" ucap Rian membuat Alden sebal.
"Siapa yang bikin gue gak punya temen selain kalian yang selalu ngintilin gue kemanapun"
"Maaf tuan muda, ini tugas saya"
"Ahh yaudahlah"
Alden membalikkan lembar demi lembar buku pelajarannya, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Tapi tiba-tiba otaknya seolah menolak untuk mengerjakan tugas, ia malah kembali berpikir tentang Gatra. Ia sungguh benar-benar penasaran pada laki-laki itu. Bagaimana jika ia mengajukan pertemanan? Tapi dia juga terlalu menakutkan. Pantas semua orang tidak ada yang berani menyinggungnya. Tatapan tajam serta aura yang dia miliki semuanya seperti menghipnotis mereka untuk diam.
"Tuan muda, apa kamu tidak ingin pindah sekolah?" Tanya Rian lagi yang sedari tadi hanya melihat Alden yang membalik-balik halaman buku tapi tidak mengerjakan apa-apa.
"Kok pindah sekolah?"
"Sekolah itu sepertinya tidak cocok untuk tuan muda, guru disana bahkan kedisiplinannya kurang" Alden menganggukkan kepalanya, kemudian ia menatap Rian lekat.
"Sekolah kayak gitu justru bagus buat gue" ucapnya sambil tersenyum senang.
"Apa ada yang ditaksir?" Tanya Rian dengan tampang tak berdosanya, membuat Alden memutar bola matanya malas.
"Udah sana gue mau tidur, ngobrol sama lo nanti gue ikutan kebawa kaku tau ga" Rian menganggukkan kepalanya lalu keluar dari kamar tuan muda nya tersebut.
•
"Dia gak bilang apa-apa sama lo?" Gatra menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Bocah satu ini! Emang gak bisa diatur" kesal Farrel.
Baru saja ia hendak membawa Syaira untuk mencari camilan dengannya tapi ternyata di kamarnya Syaira tidak ada. Bahkan Farrel sudah mencari ke tiap sudut rumahnya dan tetap tak ditemukan.
"Dia pasti gak jauh dari rumah, cari ke supermarket terdekat" ucap Gatra berusaha setenang mungkin. Walaupun dalam hatinya ia benar-benar khawatir.
Farrel dan Gatra pun mencari Syaira mereka berpencar agar Syaira cepat ditemukan.
Disisi lain benar saja Syaira diganggu oleh preman disekitar jalanan tersebut. Ia bahkan terluka oleh pecahan kaca botol yang preman itu lemparkan padanya, dan mengenai pelipis Syaira. Walaupun hanya segores tapi tetap saja itu membuat bekas di pelipisnya dan ia yakin setelah ia pulang ia akan dimarahi habis-habisan. Saat preman-preman itu mendekatinya Syaira berjalan mundur. Hingga tubuhnya tak bisa mundur lagi karena itu adalah jalan buntu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
General Fiction"Kamu akan menemukan sesuatu yang tak pernah kamu temukan sebelumnya" -BlackandWhite