Hari berganti minggu berganti bulan. Gatra menahan rasa penasarannya dalam hatinya. Dan selama ini juga Rio benar-benar menyibukkan dirinya tiap kali Gatra mengajak bertemu. Namun hubungan ia dan kedua adiknya masih terbilang baik. Dan selama ini juga mereka menerima kehadiran orang baru. Alden, ya Alden mulai memasuki kehidupan Gatra walaupun masih belum sepenuhnya Gatra anggap teman.
Untungnya Alden memahami, ia bahkan tak keberatan saat Gatra seringkali mengacuhkannya. Ia tetap mengikuti dibelakang tubuhnya. Jalan dibelakang Gatra lebih merasa aman baginya. Rasanya seperti berada di belakang punggung seorang ayah. Yang siap siaga menjaganya.
Namun saat ini ia sedang tidak bersama Gatra, ia hanya sedang berjalan-jalan disekitar rumahnya, tepatnya di taman umum, sembari mendengarkan lagu, menikmati sore hari yang begitu menenangkan.
Namun ketenangan itu hanya sebentar, saat tiba-tiba sekelompok orang berlarian ke arah yang berlawanan dengannya, ia bertanya pada mereka namun mereka semua panik dan tak menjawab. Hingga saat Alden hendak ikut berlari ia terlambat. Kerah bajunya ditarik ke belakang hingga ia terbanting ke belakang.
"Rumah anda dimana?" Tanyanya dengan datar.
"Lo siapa?!"
"Jawab"
Alden merasa kepalanya berdenyut sakit, bagaimana tidak ia ditarik ke belakang dan kepalanya langsung menyentuh tanah. Dan laki-laki dihadapannya dengan wajah dingin serta pakaian formalnya terlihat menakutkan.
"Rumah? Rumah oh disana! Itu pager item" Alden menunjuk asal. Namun sekumpulan laki-laki menakutkan itu langsung pergi. Ia menghela nafasnya lega lalu perlahan berdiri. Saat ia menyentuh belakang kepalanya terasa basah, dan saat dilihat ternyata kepalanya berdarah. Alden panik bahkan hampir tak bisa menyeimbangkan dirinya sendiri, saat ia hampir terjatuh untuk yang kedua kalinya seseorang menarik tangannya untuk tetap berdiri.
Alden berusaha memfokuskan penglihatannya. Dan memang ada yang membantunya berdiri.
"Kita pulang"
Setelah itu kesadarannya benar-benar hilang.
•
Matanya terbuka, hal yang pertama ia lihat adalah langit kamarnya yang berwarna abu, dengan beberapa ukiran diatasnya. Lalu ia melihat disampingnya ada yang duduk menyandar pada ranjangnya, kepalanya jatuh di samping tempat tidurnya. Alden mendudukkan dirinya, dan tak lama laki-laki itu terbangun.
"Lo ngapain?" Tanyanya sambil memegang kepalanya yang kembali berdenyut sakit.
"Nunggu lo bangun" Alden memutar bola matanya malas, bukan jawaban ini yang Alden inginkan.
"Gue tau, eh udah berapa lama gue pingsan?" Tanya Alden lagi.
"Dua hari"
Alden memelototkan matanya.
Dua hari?!
Apa dia selemah itu?
Jadi, Gatra menunggu ia bangun selama dua hari?
"Lo nungguin gue dua hari ini?" Tanya Alden sambil tersenyum senang.
"Enggak, baru beberapa jam" jawab Gatra sambil mengambil obat di atas lemari.
"Lo bisa gak sih gak usah terlalu jujur Ga, menyakitkan tau ga?" Harusnya Alden tak pernah mempercayai apapun yang dikatakan Gatra.
"Gue emang baru nungguin lo beberapa jam yang lalu, pulang sekolah"
"Lo tiap pulang sekolah nungguin gue?" Gatra menganggukkan kepalanya. Dalam hati Alden bersorak. Ada perkembangan.
Pintu kamarnya diketuk, dengan cepat Gatra berjalan membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
General Fiction"Kamu akan menemukan sesuatu yang tak pernah kamu temukan sebelumnya" -BlackandWhite