❀ bukan babu Gisel

2.1K 293 8
                                    

Gisel memasuki ruang kelasnya dengan senyum kecut di wajahnya. Suasana hatinya semakin buruk setelah memasuki SMANDATURA. Bahkan Shanka tak berani mengatakan apapun pada Gisel.

Ia melepas sepatu yang terpasang di kakinya dengan kasar hingga sepatu tak bersalah itu menabrak meja depannya.

"Kamu gak ada sepatu lain di loker?" tanya Shanka dengan hati-hati.

Gisel membuang napas sembari menatap Shanka dengan amat tajam. "Ya kalo di loker ada sepatu lain, gue udah ambil dari tadi."

Tuh kan. Shanka semakin merasa serba salah kalau suasana hati Gisel seperti ini.

Shanka berdiri sembari mengambil buku random di laci mejanya. "Kamu diem aja di sini ya, aku coba ke kelas Mbak Karin dulu, siapa tau dia ada sepatu lain di loker."

Tanpa mempedulikan balasan dari Gisel, Shanka sudah melesat keluar kelas dan berlari kecil menuju deretan kelas 12 jurusan mipa.

Ia mengetuk pintu pelan karena tahu bahwa saat ini masih ada jam bimbingan belajar pagi.

"Permisi bu, maaf mengganggu. Saya ijin memanggil Mbak Karina."

Untungnya bukan guru killer yang dihadapi Shanka sehingga dia sudah bisa berbicara dengan Karina di depan pintu kelas 12 MIPA 3.

"Ceritanya panjang, mbak. Intinya Gisel kena razia di gerbang dan tali sepatunya digunting sama anak OSIS. Mbak ada sepatu lain gak?" jelas Shanka secara singkat.

"Yahh baru aja kemarin tak bawa pulang, Ka."

"Ada yang belum berangkat gak? Coba chat di grup deh, terus suruh bawain sepatu," kata Karina.

"Gitu ya? Ya udah kalo gitu aku balik ke kelas lagi, mbak. Ini buku mbak bawa aja, kalau ditanyain sama gurunya, bilang aja buku mbak ada yang ketinggalan."

Selama perjalanan kembali ke kelasnya, Shanka tak sengaja bertemu Savna yang menenteng satu totebag di tangan kirinya.

"Nah pas banget ketemu di sini," ujar Savna.

Savna memberikan totebag berwarna hitam itu pada Shanka yang belum mengetahui isi dibalik totebag tersebut.

"Mas Malik tadi datang ke rumah, katanya disuruh ngasih sepatu ini ke Mbak Gisel. Emang Mbak Gisel berangkat pake sendal apa gimana?"

Shanka menghela napas lega. Untung saja ada Mas Malik yang pengertian.

"Gisel tadi buru-buru ngajak berangkat pagi, katanya mau ngehindarin anak OSIS soalnya ribet kalo di gerbang di suruh turun dari motor, eh gak taunya itu anak OSIS udah mangkal di gerbang.

"Mana Gisel gak nyadar kalo tali sepatunya dituker sama tali sepatunya Mbak Dinda yang warna pink, jadilah itu tali sepatu di gunting."

Savna menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tebak pasti muka Gisel sedang cemberut hingga membuat siapapun tak berani menyapanya.

"Ya udah sana kasih ke orangnya, nanti dia makin bad mood lagi," titah Savna.

"Duluan, ya."

Shanka berlari ke arah kelasnya yang terlihat sudah ramai.

Dan ...

Sial, Gisel tidak ada di kelas.

Benar-benar pagi yang buruk.

Dengan sangat terpaksa, Shanka harus mengelilingi SMANDATURA sambil menenteng totebag berisi sepatu guna mencari Gisel sebelum jam pelajaran pertama berbunyi.


Disinilah Gisel. Duduk sendirian sambil bermain ponsel di ujung kantin tanpa mempedulikan tatapan dari siswa lain.

Dan di pintu kantin sana, terdapat Shanka yang tersenyum lega melihat gadis yang ia cari akhirnya dapat ditemukan.

Shanka meletakkan totebag hitam itu tepat didepan wajah Gisel. "Tadaaaaa."

Tak ada jawaban apapun dari Gisel membuat Shanka berinisiatif untuk mengeluarkan sepatu didalamnya.

"Titipan dari Mas Malik, di pake gih, sepatu yang tadi masukin ke totebag aja," jelas Shanka. Jangan lupakan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.

Shanka memperhatikan kaki Gisel yang tak beralaskan apapun. Ia tebak, pasti Gisel melepas kaos kakinya juga.

Namun, bukannya memakai sepatu itu, Gisel justru berpaling dan meninggalkan Shanka yang lagi-lagi keheranan dengan sikap Gisel.

"Sel."

Shanka buru-buru memasukan kembali sepatu ke dalam totebag dan menyusul Gisel. "Sel, kenapa? Kan udah aku bawain sepatu."

Gisel diam. Dan Shanka tak suka sikap diamnya Gisel.

"Sel...."

Gisel berdecak pelan. "Kamu kenapa sih mau aja aku suruh ini itu? Stop over ke aku," ucap Gisel.

"Maksudnya?"

"Shanka, kenapa sih kamu selalu menuhi kemauanku padahal aku gak nyuruh kamu. Kamu kayak babu aku tau gak?"

Shanka meletakkan totebag nya di tanah. "Kamu kenapa mendadak gini sih? Biasanya kan aku selalu menuhi kemauan kamu, lagipula aku gak pernah bilang kamu babuin aku."

"Kamu emang gak bilang gitu, tapi orang-orang selalu bilang kamu babu aku lah, kamu asisten pribadi aku lah, aku gak suka orang-orang ngeliat kamu kayak gitu."

Gisel berlalu meninggalkan Shanka yang masih terdiam di tempatnya.

Satu hal yang Shanka sadari, gadis itu pasti tak sengaja membaca komentar buruk tentangnya.




•••

Drama banget ewh (;´༎ຶٹ༎ຶ')
Btw sorry ya kemarin gak jadi update bcs aku baru inget part ini belum sempat aku revisi.

Btw lagi, aku lagi nyari gc sijeuni nih, ada yang punya gak?
ak mau nyari temen sijeuni di WA シ︎

thankiesss^^

ZER00'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang