❀ Janar gila

1.9K 277 18
                                    

Karina menutup pintu rumahnya dan sudah disuguhkan pemandangan Janar yang sedang bermain ponsel sambil menyender di motornya.

Sore tadi, selepas Hana pulang dari rumah Karina, Janar berinisiatif mengajak gadis itu untuk jalan.

"Udah ijin sama tante?" tanya Janar.

Karina meraih helm berwarna putih lalu memakainya. "Cuma ijin ke Mas Ken, bunda sama ayah lagi pergi ke kondangan."

Janar mengangguk.

Ia dan Karina berencana untuk mencari makanan di sekeliling alun-alun.

"Motornya diparkir di sini aja?"

Janar mengunci motornya lalu mengantongi kunci motor. "Iya, jajan sambil jalan lebih asik."

Ya ... Karina setuju saja. Jarang-jarang ia bisa bersantai sambil mencari makanan bersama Janar seperti ini. Biasanya ia akan disibukkan dengan tugas-tugas sekolahnya.

"Jadi harus nunggu tanggal merah dulu ya, baru gue bisa ngajak lo jalan gini?"

Karina tertawa pelan. Gak sekali dua kali Janar mengajaknya mencari udara segar diluar rumah, tapi selalu ditolak Karina. Alasannya karena gadis itu punya banyak tugas menumpuk.

"Maaf, ya."

Janar berkacak pinggang sembari menatap kesal pada Karina. "Kok minta maaf?"

Karina menggedikkan bahunya, lalu mendahului Janar dan pergi memesan singkong keju.

"Kok gak dijawab, Rin?"

"Ya maaf soalnya kita jarang punya waktu berdua. Gue usahain deh agak ngurangin waktu belajar," jelasnya.

Janar melingkarkan lengannya diatas bahu Karina sambil berbisik. "Belajar aja gapapa, gue suka cewe gue peduli sama masa depannya."

Karina menyikut perut Janar sambil tertawa canggung. Malu rasanya dilihat beberapa orang yang juga mengantri untuk membeli singkong keju.

"Jauhan dikit, Janar!"

Janar justru melingkarkan lengannya di pinggang Karina membuat Karina semakin menundukkan kepalanya.

Akhirnya Karina menginjak kaki kanan Janar hingga si empunya menggaduh keras.

"Jangan malu-maluin kenapa sih."

Laki-laki berambut hitam itu tertawa puas melihat wajah Karina yang memerah.

Bagi Janar, dibandingkan menggoda Karina ketika berdua, ia lebih suka menggoda Karina di tempat umum atau langsung di depan ayah bundanya.

Senang rasanya melihat wajah gadis itu memerah sambil menunduk, lalu berpura-pura tak terjadi apapun. Janar hafal itu.

Setelah membayar, keduanya lanjut berjalan sambil menikmati singkong keju yang dipegang Karina.

"Kelas peminatan kamu gimana?"

"Kamu?" ulang Janar.

"Elo maksudnya, ih typo."

"Ya gitu-gitu aja, satu kelas isinya cuma delapan orang, cowo tiga cewe lima. Wajar sih ya, namanya juga kelas minat kimia," jawab Janar.

"Dikit banget masa."

"Tapi anak-anaknya lumayan asik sih, apalagi temen sebangku gue tuh."

Karina menelan makanannya sebentar lalu kembali bertanya, "Siapa?"

"Shylla, lo kenal gak? Dia anak bahasa 3."

"Shylla Rafaila bukan sih? Kayaknya pernah denger namanya." Karina mengerutkan dahinya sambil mengingat bagaimana wajah gadis bernama Shylla tersebut.

"Dia cantik, Rin."

Karina menghentikkan jalannya. "Lo suka dia?"

Janar menaikkan sebelah alisnya, "Ya enggak lah, Rin. Lo kan cewe gue."

"Lo ngerasa tertekan gara-gara perjodohan ini?" tanya Karina lagi.

Ini Janar tak habis pikir dengan Karina. Kenapa pertanyaan yang terlontar semakin aneh.

Janar sedikit menunduk membuat wajahnya dekat dengan puncak kepala Karina.

Satu kecupan disamping belahan rambut Karina suskes membuat keduanya menjadi pusat perhatian.

"Tenang aja, gue gak bakal selingkuh kok."

Karina benar-benar tak berkutik. Ia terdiam mengingat seberapa malunya nanti.

Janar mencium puncak kepalanya disamping jalan dan dihadapan orang-orang yang sibuk berlalu lalang di sana.

Gila.

Janar gila.

Padahal tadi dirinya berniat balas dendam karena Janar membuatnya malu di tempat penjual singkong keju.

Kenapa jadi senjata makan tuan gini?


•••

Haiii ada yang kangen aku tidak?

ZER00'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang