❀ nongki

3.3K 457 17
                                        

Bel pintu cafe berdering bersamaan dengan dua anak muda yang melangkah bersamaan menuju sebuah meja yang berisikan banyak orang.

"Ya elah ini dua bulol baru nyampe," tukas Esta.

"Dari mana, Sel? Perasaan tadi di jalan masih dibelakang kita," tambah Karina.

Gisel menyimpan ponsel dan dompetnya di meja kemudian menyenderkan punggungnya di kursi sebelah Nila.

Bukan Gisel, justru Shanka yang menjawab, "habis malakin kak Dinda."

"Enak ya, yang punya kakak udah kerja," sindir Nila.

Yasa yang kebetulan tengah mengunyah es batu spontan mengambil ponselnya dan ancang-ancang melemparnya pada Nila. "Do you know asu?"

"Alah, La, Renja bentar lagi kan lulus tuh, bisa lah lo malakin dia," celetuk Harsa.

"Eh, ini mas Janar kemana?"

Karina menolah pada Gisel. "Ada acara keluarga, jadinya gak ikut ke sini."

Nila menyenggol bahu kiri Jeje yang asik memandangi jalanan yang terlihat dari dalam cafe. "Je, buset macem sadboy aja lu liatin jalanan gitu."

"Sadboy bibir-bibirmu."

"Pinjem catetan bio dong," pinta Nila.

Renja mengalihkan atensinya pada Nila dan Jeje. "Di kelas gak nyatet?"

"Kemarin kan ada lomba, lupa ingatan pak?" cibir Nila.

"Gelut mulu ni berdua, lama-lama gue suruh tante Jo jodohin Renja sama Yasa aja nih," ujar Harsa.

Yasa reflek melempar bekas tisu miliknya pada Harsa. "Pala lo jajar genjang."

Ting tung ting tung ting~

Sembilan muda-mudi yang tengah asik bercanda itu menoleh pada ponsel Shanka. "Ada telfon."

"Siapa, Ka?"

Shanka meraih benda segi empat itu kemudian menggeser layarnya. "Si Chandra."

"Napa, Chan?"

"Kalian udah pada pulang apa masih di cafe nya kak Dirga?" tanya Chandra di seberang.

"Udah pulang."

"Udah di rumah masing-masing."

"Udah rebahan di kasur."

Jawaban tumpang tindih dari Yasa, Harsa dan Esta itu sukses membuat atensi pengunjung cafe beralih sejenak ke mereka.

"Ya udah abis ini gue, Savna, sama Kaivan nyusul ke sana dah."

"Emang rapatnya udah kelar?" tanya Karina.

"BELUM MBA! INI MASIH RAPAT SAMBIL TELPONAN."

Bukan, bukan Chandra yang menjawab melainkan Savna.

"Ngegas dia hahaha."

"Eh kalian di sini?"

Perhatian mereka kembali teralihkan pada sosok pemuda yang berdiri disamping meja mereka.

"Ey, kak Dirga, kirain lagi diluar," sapa Renja.

"Di dalem dari tadi," balas Dirga.

"Ya udah kalo gitu gue matiin dah, jangan pulang dulu lo pada," sahut Chandra di seberang sana.

"Lah Chandra dimana?" tanya Dirga.

"Biasa kak, rapat OSIS."

"Savna juga?"

"Menurut ngana?"

Harsa menyeruput es jeruk nya kemudian berkata, "kak, sekali-kali nraktir kita lah."

Gisel mencibir, "malu-maluin."

"Ini namanya menghemat isi dompet, mending lah daripada lo malakin kak Dinda," balas Harsa.

"Gelut teros."

"Gak ada traktir-traktiran ya, nanti kebiasaan," tolak Dirga.

Dirga berlalu meninggalkan mereka yang mengaduh pelan.

"Tai ah."

"Eh udah pada tau apa belum?" ujar Jeje.

"Apaan?"

"Kita jadi pemotretan bulan depan."

"Serius? Kok lo tau, Je?" ujar Nila.

Jeje menyimbakkan rambutnya kesamping sembari tersenyum miring. "Siapa dulu."

Nila sontak berdiri dan menyatukan kedua telapak tangannya sembari menatap langit-langit cafe. "Saik lah akhirnya ada kesempatan ketemu Kak Teguh."

Gisel menoyor kepala Nila. "Kak Teguh udah punya istri woy, masih aja."

"Ya elah, cuma mengagumi juga."

Nila kembali duduk kemudian mencomot sosis bakar milik Yasa.

"Ren, ni anak mending lo iket deh," usul Shanka. Ah, jangan lupakan senyum manisnya yang tak pernah ketinggalan sekalipun ia tengah menjahili anak orang. (.◜◡◝)

"Teganya dirimu kepada, wahai mas Shanka."

"Cih, drama queen," cibir Harsa.

"Tai lah di bully mulu, pulang aja deh gue."


•••

Ya, aku double up pemirsa. Tapi sepertinya dua chapter ini sangat tijel alias tidak jelas シ︎

 Tapi sepertinya dua chapter ini sangat tijel alias tidak jelas シ︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirga Risaldi - kakak Savna

ZER00'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang