Karina menahan lengan Janar yang hendak meraih helm hitamnya.
"Ini," ujar Karina sembari memberikan sebuah totebag berwarna cream yang ia dapatkan dari adik kelasnya pagi tadi.
"Dari fans lagi?" tanya Janar.
Karina menganggukkan kepalanya. "Emang dari siapa lagi yang suka ngasih ginian selain fans lo," balasnya.
Janar terkekeh pelan. Sejujurnya, sudah ada berapa kali ia mengatakan bahwa Karina boleh menolak permintaan dari fans-nya, hanya saja gadis itu kukuh tak mau menolak meskipun ujung-ujungnya ia mengeluh keberatan karena harus membawa banyak barang bawaan.
"Jadi, mau balesan apa nih?" tawar Janar pada Karina.
Karina tersenyum lebar. "Janar-ku sayang emang peka banget deh," puji Karina.
"To the point aja."
Karina segera menaiki montor Janar kemudian menepuk bahu kiri Janar pelan. "Jalan bang, kita ke Sariwana terus mampir ke rumah Shea buat ambil pesenan lipstick."
"Cowok ganteng gini masa diperlakukan kayak abang gojek," gerutu Janar. Namun ia tetap menjalankan motornya.
Sepanjang perjalanan, Karina dan Janar tak mengeluarkan kata apapun dari mulut mereka. Jujur saja, Karina lebih suka memandangi sisi kanan kiri jalan daripada ngobrol dengan pengemudi motor yang ditumpangi.
"Mau ikut masuk gak?" tanya Karina begitu mereka sampai di Sariwana, toko alat tulis langganan Karina.
Janar menyimpan helm-nya di spion kiri motornya. "Ikut dah, siapa tau di dalem ada yang menarik."
Karina mengabaikan ucapan Janar. Ia memasuki toko dan langkahnya langsung menuju ke deretan sticky note yang tergantung rapi.
"Gila, ini sticky note nya lucu banget."
Janar menggeleng-gelengkan kepalanya. Dasar maniak sticky note, batinnya.
Meskipun begitu, Janar tetap membuntuti kemanapun Karina pergi. Dari gadis itu berada di deretan sticky note hingga di rak berisi peralatan tulis menulis lainnya.
"Btw, Rin. Tadi siang gue ketemu Nila di depan lokernya."
Karina sontak mengalihkan atensinya pada Janar. "Terus?"
"Itu anak kayak gak ada beban, haha hehe mulu," balas Janar.
Karina mengelus dadanya. "Kirain tuh anak bakal murung mikirin rumornya sama Renja."
"Kalau menurut lo sendiri, mereka ngaku apa enggak?"
Karina menganggukkan kepalanya. "Gue yakin banget Renja gak mungkin bantah itu rumor, gimanapun juga rumor itu emang bener, jadi meskipun sekarang mereka menampik bisa jadi di masa depan bakal ke ulang."
Janar mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. "Ada benernya juga sih."
"Nila juga bukan tipikal anak yang gampang kepikiran sama omongan orang-orang, kayaknya ini bukan masalah besar buat mereka," tambah Janar.
"Yakin deh, mereka bakal makin bucin."
Karina mengembalikan dua buku yang sedari tadi ia pegang, kemudian ia beralih pada buku lain.
"Yakin? Orang mereka kerjaannya beran—"
Belum sempat Janar melanjutkan ucapannya, seorang gadis menyapa Karina dengan santainya.
"Lama gak ketemu," kata gadis tersebut.
"Astaga, Kak Katya apa kabar?" tanya Karina.
"Baik, tapi akhir-akhir ini sibuk sama tugas, wajar lah baru adaptasi sama lingkungan kuliah."
"Eh iya, Kak Katya jadi lanjut di Surabaya?"
Gadis bernama Katya tersebut menggelengkan kepalanya. "Gak jadi, Rin. Aku ikut tante di Malang."
"Yah ... LDR—"
Janar berdehem memutus obrolan seru dari dua gadis di hadapannya.
"Aduh kelupaan ada Janar. Ini Janar, kak, temenku," ujar Karina pada Katya.
Setelahnya Karina berbalik ke arah Janar. "Janar, ini Kak Katya, pacarnya Mark yang dulu pindah ke Surabaya," jelas Karina.
"Oh, ini pacarnya Mark, salam kenal gue Janar," ujar Janar.
"Katya."
"Katya, ayo!"
Katya mengangguk, ia berpamitan pada Janar dan Karina setelah temannya mengajaknya kembali.
"Rin, itu Mark nyari sendiri apa dicariin?" tanya Janar.
Karina menengadahkan kepalanya pada Janar kemudian menggeleng pelan. "Enggak, Kak Katya sama Mark juga dijodohin."
"Kayak kita?"
•••
Katya Gantari, alumni SMANDATURA
KAMU SEDANG MEMBACA
ZER00'S
Ficção Adolescente"For your information, mereka itu namanya 𝗭𝗘𝗥𝟬𝟬'𝗦. Geng populer yang isinya sembilan cogan plus empat cecan hits di Smandatura. "Dari kanan ke kiri baris pertama ada 𝗥𝗲𝗻𝗷𝗮, 𝗞𝗮𝗶𝘃𝗮𝗻, dan 𝗡𝗶𝗹𝗮, baris kedua ada 𝗝𝗮𝗻𝗮𝗿, 𝗞𝗮𝗿...