❀ bad boy, buaya darat, dan gadis misterius

2.8K 315 35
                                    

Sepasang mata itu menelisik sebuah gedung dengan gerbang putih nan mewah. Pikirannya menerka-nerka apa yang ada di balik gerbang besar tersebut.

Sebuah tepukan di bahu kiri menyadarkan sang empu dari alam bawah sadarnya. "Lo ngapain di sini, Ta?"

Esta, lelaki pemilik senyum manis dengan gelar buaya darat itu mengerutkan dahinya ketika seorang yang sangat familiar baginya justru berada di tempat ini. "Lah, Nar, lo sendiri ngapain di sini? Bukannya ada bimbel pagi?"

Aneh, bagaimana bisa ia malah bertemu Janar di pinggir jalan? Padahal jam tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh delapan.

"Gue tadi niatnya mau bolos bimbel gara-gara lupa gak ngerjain tugas, eh malah kebablasan," jelas Janar. "Mana gerbang udah ditutup lagi."

"Udah kelas dua belas bukannya tobat juga," Esta menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lah lo sendiri?"

Esta menggaruk tengkuknya bersamaan dengan senyum idiot yang tercipta di wajahnya. "Kelamaan apel di SMANSAMERTA."

Janar memberikan ekspresi julid sejulid julidnya. Batinnya menggerutu melihat Esta tadi yang sok menasehatinya, padahal keduanya sama saja.

"Manjat aja gimana?" tawar Esta. Kebetulan ia sudah lama tak memanjat dinding, apalagi bersama Janar.

Semenjak Janar naik kelas 12, laki-laki itu sedikit mengurangi kenakalannya. Dan sebaliknya, kelakuan Esta justru semakin menjadi-jadi.

Janar tetaplah Janar, meskipun sudah tobat, tetap saja dulunya ia pernah menjabat sebagai bad boy sekolah. Kapan lagi gue manjat, sekali-kali lah bikin kenangan di kelas 12, batin Janar.

Begitulah si bad boy dan si buaya darat dari SMANDATURA. Memanjat dinding sekolah bukanlah hal yang susah, buktinya kedua lelaki tampan itu sudah berhasil mendaratkan kakinya di depan tembok belakang kantin yang tak terlalu tinggi.

Spot yang sesuai untuk jalan rahasia siswa-siswa seperti mereka.

"Aman."

Uhuk!

Langkah keduanya berhenti kala mendengar suara dari depan mereka.

Di depan sana, berdirilah seorang siswi berambut hitam sepunggung yang tengah tersenyum ke arah mereka. Mampus, jangan-jangan dia anak OSIS lagi, batin Esta.

"Eh, eh, dek, jangan catet nama kita ya, sumpah tadi kita telat gara-gara ngambil buku yang ketinggalan," jelas Janar.

"Catet? Aku bukan malaikat, kak."

Janar dan Esta bertukar pandangan sejenak. Seakan keduanya mengatakan bahwa siswi dihadapan mereka ini bukanlah bagian dari OSIS.

"Kakak mau tau gak jalan pintas biar gak ketauan sama anak OSIS?" tanya siswi tersebut. "Ikut aku aja, aku tau loh jalan rahasia di SMANDATURA."

Pikir Janar, gadis ini agak aneh. Tapi demi keselamatannya, dia terpaksa mengikuti langkah gadis tersebut.

Sedangkan Esta tak memikirkan apapun dari gadis yang tengah berjalan disamping mereka. Matanya hanya terfokus pada gadis misterius itu yang fokus memainkan ponselnya.

Siswi yang belum diketahui namanya itu mengetik sesuatu yang Janar tebak berisi sebuah pesan. Namun, kenapa ia mengetiknya sangat cepat?

"Dek, chat siapa sih? Cepet banget ngetiknya," tegur Janar.

Siswi itu gelagapan namun tetap berusaha setenang mungkin. "Ini temenku, kak. Dia katanya juga mau manjat kayak kakak, terus aku di suruh nungguin di sana biar gak ketauan."

Diam-diam siswi itu segera menekan tombol send di roomchat nya.

Jiwa-jiwa buaya dalam diri Esta meronta-ronta kala ia melihat adik kelasnya itu gugup berbicara dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiwa-jiwa buaya dalam diri Esta meronta-ronta kala ia melihat adik kelasnya itu gugup berbicara dengannya. Gue seganteng itu kali ya sampe ini adek kelas gugup gitu ngomongnya, terka Esta dalam hati.

"Ngomong-ngomong, namanya siapa, cantik?" tanya Esta. Janar yang mendengar pertanyaan dari mulut Esta hanya bisa merotasikan matanya.

"Carissa, kak, biasa di panggil Isa, dari kelas X Mipa 4."

Janar dan Esta sontak menghentikan langkahnya. "Temennya Nila sama Jeje dong?" tanya Janar yang segera di jawab dengan anggukan kepala Isa.

Namun, berbeda dengan Janar. Esta memiliki alasan kenapa ia sampai menghentikan langkah kakinya.

Tiga meter di depan mereka, satu-satunya siswi yang sangat Esta hindari mendadak muncul bak jumpscare di film horor.

Sebuah senyum menyebalkan tercipta di wajah gadis yang baru saja menyapa Esta. "Thank you, Isa. Lo bisa balik ke kelas sekarang."

Esta melebarkan matanya sembari menatap Janar tak percaya. Iya, tak percaya bahwa mereka sudah di tipu oleh adik kelas yang baru saja ia kenal.

•••

Olivia | Carissa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Olivia | Carissa

ZER00'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang