Janar tidak mengerti situasi apa yang sedang dihadapinya saat ini. Situasi terbodoh namun lebih bodoh lagi karena ia tak bisa melepas diri dari situasi ini.
Jari-jarinya bergerak lancar, menulis pesan singkat yang mengatakan agar Karina dijemput Yasa lagi entah untuk yang keberapa kali.
"Nar, gak pulang?"
Itu teman Janar. Namanya Samuel, tapi lebih akrab dengan sebutan Sam si buaya of the year. Sam tengah berdiri, mematikan daya komputer yang dipakai.
"Yo, lo duluan aja, Sam."
"Eh, balik sama siapa?" tambah Janar.
"Sendirian gua, Prima kan udah pulang 2 jam yang lalu. Lo sendiri balik sama Karin 'kan?"
Mulutnya kaku untuk menjawab, sehingga diputuskan untuk menjawab pertanyaan Sam dengan satu anggukan.
"Ya udah, duluan ye."
Di ruangan itu tersisa Janar dan 2 pengawas ruangan yang tengah mengotak-atik komputer di meja depan.
Janar lalu pamit pada keduanya dan berjalan keluar ruangan.
"Eh, udah lama?"
Anggukan sekaligus jawaban itu dijawab oleh anggukan pula oleh Janar.
"Mau ke mana sih? Besok masih simulasi loh," katanya.
"Tenang aja, Shyl. Gue cuma minta temenin lo ke cafe depan aja, healing bentar lah sebelum besok ketemu MTK."
"Healing kok di tengah ujian, nanti dong."
Janar hanya tertawa sebentar. Sangat sebentar karena setelahnya matanya menangkap seseorang di ujung koridor yang berdiam diri di sana.
Janar yakin sekali, orang itu baru saja memperhatikan dia dan Shylla. Ditambah gerak-geriknya yang mencoba menali tali sepatu yang bahkan masih saling mengait.
"Lo liatin siapa sih?"
Janar segera beralih ke depan Shylla, menutupi pandangan gadis itu dengan tubuh tingginya.
"Kita lewat tangga sana aja ya?" ujar Janar sambil sesegera mungkin membalik tubuh Shylla dan mendorongnya pelan.
"Lo aneh deh."
"Kenapa sih?"
Kalau boleh jujur, Shylla kesal dengan Janar. Apa sih yang sedang ditutup-tutupi oleh cowok tegap didepannya itu?
"Lo besok dijaga siapa, Shyll?"
"Kalo nggak salah Pak Bambang deh. Kalo lo siapa?" tanya Shylla balik.
"Gue dijaga Bu Sunny dong, enak banget dia kalo jaga ditinggal main HP ampe jam selesai."
"Oh ya?"
Janar memegang tangan Shylla. Sungguh, Janar tak bermaksud apapun selain alasan karena sebentar lagi keduanya akan menyebrangi jalan.
Selepas menyebrang jalan, mereka langsung tiba di depan cafe kecil namun menjadi favorit warga Smandatura tersebut.
Keduanya sengaja mengambil tempat paling ujung yang hampir tak terlihat dari pintu masuk cafe.
"Mie setan level waspada satu, sama seblak komplitnya satu. Minumnya jus jeruk sama pop ice taro."
"Lo tuh jangan sering-sering makan pedes, nanti mules pas lagi ujian kan gak lucu," titah Shylla.
Janar hanya mengiyakan saja. Lagipula mana mungkin Janar bisa lepar dari makanan pedas walau hanya seharipun?
"Lo jadi ke Malang, Shyll?"
Shylla mengangguk.
"Lo sendiri jadi 'kan?"
Kini ganti Janar yang mengangguk. "Gue udah dapet ijin buat ambil kimia murni, tapi kadang ngerasa gak yakin bakal bisa sih."
"Sadly gue gak dapet ijin, kalaupun jadi ke Malang dan gue linjur juga kayaknya gue bakal ngambil ilmu gizi atau nggak kesehatan masyarakat."
"Lah kalo gitu lo kenapa ambil kelas kimia, Shyll? Gue udah ngarep bakal bareng-bareng sama elo juga," kata Janar. Dari nadanya, bisa ditebak laki-laki itu cukup kecewa.
"Kenapa enggak? Gue emang belum belajar buat UTBK, tapi ya minimal bisa jadi senjata pertama gue lah."
"Tapi lo tetep ke UB kan?"
Shylla mengangguk.
Obrolan keduannya terjeda oleh seorang pelayan yang membawakan pesanan mereka.
"Loh Janar? Nggak sama Karina?"
•••
Hii it's been a while 😁
Awalnya aku bingung mau lanjutin ZER00'S ini gimana bcs jujurr aja aku macet nulis dan macet ide. Tapi semoga aku masih bisa lanjutin book ini sampe ending ya hsjswjzhshsOh ya aku dedikasikan chapter ini buat CantikDpn_ karena komentarnya tadi pagi akhirnya bikin aku mutusin buat lanjutin ZER00'S lagi ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
ZER00'S
Fiksi Remaja"For your information, mereka itu namanya 𝗭𝗘𝗥𝟬𝟬'𝗦. Geng populer yang isinya sembilan cogan plus empat cecan hits di Smandatura. "Dari kanan ke kiri baris pertama ada 𝗥𝗲𝗻𝗷𝗮, 𝗞𝗮𝗶𝘃𝗮𝗻, dan 𝗡𝗶𝗹𝗮, baris kedua ada 𝗝𝗮𝗻𝗮𝗿, 𝗞𝗮𝗿...