❀ keren banget

1.4K 209 9
                                    

Harsa memberikan secarik kertas berisi ID line milik Esta pada adik kelas yang sudah membantunya kabur dari Ghea dan Cherry.

Untung saja adik kelas itu memang sudah kenal dengan Harsa dan sudah pernah diajak kerja sama dengan laki-laki bersurai coklat itu.

Sepanjang perjalanannya ia memikirkan perkataan Yasa tadi pagi.

"Sa, sa, sa! Ada cewek baru pindahan dari Jogja, cakep banget buset kayak bule," kata Yasa pagi tadi.

Dan setelah Harsa kulik informasi lebih dalam, siswi pindahan yang dimaksud Yasa bernama Safira dan berada di kelas yang sama dengan Susan.

Sebenarnya sih Harsa hanya iseng mau mengajak kenalan gadis pindahan itu. Bagaimanapun dia masih ingat bahwa tahun depan ia akan bertemu dengan calon istrinya.

"Susan!"

Susan, siswi dengan surai hitam sepunggung yang pernah digosipkan berpacaran dengan Renja itu mengalihkan atensinya pada Harsa.

"Lo gak bercanda kan?" tanya Susan.

"Tergantung perasaan kedepannya," balas Harsa dengan kekehan diakhir.

"Lo kalo main-main sama itu cewe, mending hati-hati deh," peringat Susan.

"Lah emang kenapa? Dia anak presiden?"

Susan merotasikan matanya. "Bukan. Dia ternyata temennya Mikaila sama Prima, terus juga dia ini sepupunya Kak Mark."

"Seriusan? Pantes banyak yang bilang dia kayak bule."

"Btw, namanya siapa?" tanya Harsa lagi.

Susan mengode Harsa agar laki-laki itu mendekat ke arahnya. "Namanya Safira."

"Nama aja cantik," kata Harsa.

"Kumat deh buayanya. Udah sana deketin! Nanti keburu di bawa sama cowo lain lagi," titah Susan.

"Makasih Susanti-ku."

Harsa tersenyum lebar sambil melambai-lambaikan tangannya pada Susan.

Dari Susanti juga, Harsa tahu bahwa gadis bernama Safira itu sedang meminjam buku paket di perpustakaan.

Dan sebuah kebetulan karena di perpustakaan justru ia bertemu dengan Savna.

"Na," sapa Harsa.

Savna yang masih bergelut dengan novel ditangannya itu tak mempedulikan keberadaan Harsa.

"Na, yaelah."

Savna memberikan kode pada Harsa agar laki-laki itu mengecilkan volume suaranya mengingat mereka berada di perpustakaan.

Harsa akhirnya duduk disamping Savna. Matanya mengedar mencoba mencari si gadis pindahan yang belum ia temukan.

"Na," panggil Harsa lagi.

Savna hanya membalasnya dengan death glare andalannya. Ia jadi kehilangan feeling membaca novel semenjak Harsa berkali-kali memanggil namanya.

"Arah jam sebelas."

Savna mengikuti perintah dari Harsa dan menemukan satu gadis yang sibuk memilah buku di rak khusus buku paket.

"Dia?" tanya Savna.

Harsa menganggukkan kepalanya. "Cantik, kan?"

Savna menutup novel yang baru setengah dibaca. "Lo yang bener aja, taun depan udah waktunya lo ketemu sama calon lo, masih mau main sama cewe lain?"

Tenang saja. Savna tidak sebodoh itu untuk berbicara lantang mengenai hal itu.

"Yaelah, masih setaun, Na."

"Ya tetep aja, Maemunah. Lo pikir kalo lo main sama dia, terus dia baper gimana?"

"Makanya gue–"

Brakkk

Sebuah buku dibanting ke meja tempat Savna dan Harsa berada. "Dek, kalo mau gibah di kantin aja."

Siswi yang sudah dipastikan kakak kelas Savna dan Harsa itu pergi meninggalkan keduanya yang masih terkejut.

Dan akibat dari ucapan siswi tadi, Savna kembali membuka novelnya dan tidak menganggap keberadaan Harsa. Lagi.

Harsa pun berdiri. Daripada didiamkan Savna lebih baik ia menghampiri Safira.

"Siang."

Tidak ada raut senang atau sekedar senyum tipis di wajah bulenya. "Siang, kak."

"Eh, jangan dipanggil kakak, gue sama lo seangkatan kok," balas Harsa. "Nama lo Safira, kan?"

Safira mengangkat sebelah alisnya. Bagaimana laki-laki didepannya ini tahu namanya?

"Nama lo jadi topik hangat gara-gara kepindahan lo ke sini, apalagi cowok-cowok bilang lo cakep."

Safira sebenarnya sudah tahu hal ini dari Mikaila. Hanya saja ia tak mempercayai karena ia kira Mikaila hanya membohonginya.

"Oh git–"

Belasan buku paket yang di tumpuk jadi satu suskes membuat Harsa sedikit menjauh dari Safira.

"Ini buku paketnya. Kamu bisa kembalikan buku ini di akhir semester setelah ujian akhir selesai ya," kata si penjaga perpustakaan.

Harsa segera memgambil setengah dari buku-buku itu sebelum si pemilik mengambilnya. "Gue bantu."

"Eh gak usah ...."

"Gapapa, lo gak bakal kuat bawa ini semua." Setelahnya Harsa melenggang pergi mendahului Safira.

Gila, gue keren banget, batin Harsa.

•••


Safira | Susan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Safira | Susan

Guys moodku lagi bagus banget seminggu ini, doain ya semoga bisa kayak gini terus hehe ♡

ZER00'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang