❀ jadi, benar?

900 87 1
                                    

Sore itu Kaivan sedang pergi bersama Jeje. Rencana awalnya sih bersama Nila juga, tetapi gadis itu meminta keduanya untuk menemput di rumah daripada bertemu di perempatan seperti yang Jeje dan Kaivan lakukan.

"Gimana Mbak Rena?"

"Gimana Mila?"

Begitu pertanyaan yang terlontar ketika keduanya bertemu. Saling meroasting satu sama lain adalah kebahagiaan.

"Btw lo mihak siapa, Je?"

"Mihak apaan?"

Kaivan dengan malas menjelaskan lagi mengenai konflik Harsa dan Gisel yang sampai saat ini masih perang dingin.

"Gak tau dah, gue diem aja. Urusan keluarga, boss."

"Ya elah cemen!"

Kaivan lalu menjelaskan secara panjang lebar mengenai alasan kenapa Jeje harus berpihak diantara salah satu dari Harsa dan Gisel.

"Lah lo sendiri team siapa?"

"Gue sih team netral aja."

"SAKIT NIH ORANG," kata Jeje dengan lantang. Padahal keduanya masih ditengah jalan komplek yang kebetulan sepi, jadi tidak akan ada motor atau mobil yang menabrak kedua remaja ini.

"Becanda ah elah, baperan lo!"

Kaivan dan Jeje sudah berdiri tepat didepan pagar rumah Nila yang sedang tertutup. Keduanya juga kompak memencet bel berkali-kali sambil berteriak.

"NILA, MAIN YUK!"

"NILA, ADA YANG BARU NIH."

"Apa tuh?"

"Ceweknya Mas Janar."

Keduanya terdiam setelah kalimat terakhir Kaivan keluar bersamaan dengan pagar yang terbuka.

"Sumpah kalian berdua bersisik banget deh."

"Bersisik dikata ikan apa."

Nila lalu menutup kembali pagar rumahnya dan membenahkan tatanan rambutnya sejenak. "LETS GOOO."

Coba tebak rencana ketiga anak kecil ini akan ke mana.

Starbucks? Salah.

McD? Juga salah.

Tempat mie ayam dimana Nila bertemu Hana? Salah.

Cafe milik Dirga?

Salah juga.

Tujuan mereka hari ini adalah kediaman Gisel. Tidak-tidak, sebenarnya mereka ingin mengunjungi Harsa. Ya, sekedar menanyakan bagaimana keadaannya.

Bagaimana dengan Gisel? Menurut mereka tidak perlu pergi ke rumah Gisel karena mereka masih beberapa kali berinteraksi dengan gadis itu.

Sedangkan Harsa terlihat sekali tengah menjauhkan diri dari Kaivan dan yang lain, apalagi akhir-akhir ini lelaki dengan tinggi hanya sepundak Jeje itu kerap terlihat bersama dengan Safira.

Maka dari itu, tiga termuda itu dengan senang hati mengunjungi Harsa juga sebagai perwakilan dari kakak-kakaknya yang terhalang urusan lain.

"Permisi, Om John, Mas Harsa!"

Teriak dengan suara yang lantang dari Kaivan. Meskipun tidak sericuh ketika ia menggedor pagar rumah Nila tadi, suaranya tetap terdengar sampai ke dalam rumah.

"Eh, kalian? Tumben." Pintu rumah itu terbuka dan memperlihatkan Harsa dengan wajah terkejutnya.

"Ehehe," balas Nila canggung.

"Masuk masuk," tambah Harsa mempersilah ketiga temannya itu untuk masuk ke dalam rumahnya.

Kaivan, Jeje dan Nila menempatkan diri pada satu sofa dengan sedikit berdesak-desakan yang berhasil memicu gelak tawa bagi Harsa.

"Lo pada ngapain sih? Itu sofa satu masih kosong elah."

Lalu, Jeje mau tak mau mengalah dan pergi ke sofa yang lain setelah dipelototi Kaivan dan Nila.

"Tumben banget, ada acara apaan nih?"

Melihat Harsa yang nampak seperti hari biasanya, membuat Nila diam-diam terheran.

"Jengukin elo," jawabnya.

"Lagian di sekolah ngapa pake acara ngehindari kita-kita sih?" timpal Kaivan secara blak-blakan.

"Mana ada, itu pas lagi labil aja gua mah," elak Harsa.

Harsa mengambil jeda beberapa detik, mengambil napas dalam-dalam, lalu mulai menjelaskan kepada tiga teman yang merelakan waktu untuk mengunjunginya.

"Weekend ini, bokap ngajak Tante Jenn buat ketemu sama Om Karel sekeluarga. Katanya biar gak ada slek, gak ada salah paham, sekalian beresin semua masalahnya dengan baik-baik."

"Om Karel udah tau langsung dari bokap, beliau juga ternyata udah denger dari Dinda," tambahnya.

"Jadi ... bener?"

Harsa mengangguk. Cukup mengejutkan baginya untuk mengetahui fakta bahwa Ayah dari temannya pernah berselingkuh dengan calon ibu sambungnya.

Ditambah permasalahan itu ternyata belum usai hingga saat ini dan dibiarkan mengambang begitu saja.

"Gue juga sadar kayaknya emang kejadian kemarin bukan sepenuhnya salah Gisel, dia begitu juga akibat dari permasalahan Om Karel yang belum diselesaiin."

Jeje yang hanya mendengarkan—tidak setanggap Nila yang memberikan beberapa respon dan pertanyaan pada Harsa— turut merasa lega mendengarnya.

"Syukur banget dengernya, semoga lo sama Mbak Gisel bisa baikan, ya."

•••

Aku tuh.... gak tega mau bikin konflik lama-lama

ZER00'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang