❀ Savna cukup lega

840 102 7
                                    

Savna menjatuhkan dirinya diatas kasur empuk miliknya. Sesaat ia mengecek pesan dari Chandra yang memberi tahu bahwa laki-laki itu sudah sampai di rumah.

"Dek, cuci kaki dulu kek." Dirga memasuki kamar Savna sambil menenteng sepatu Savna lalu diletakkan di rak kecil samping pintu.

"Udah tau!"

"Eh, Kak, mama ada 'kan?"

"Ya ada lah, emang mama ke mana?" tanya Dirga balik.

"Papa?"

Dirga memincingkan kedua matanya melihat sang adik banyak bertanya begini.

"Lagi main ke rumah Om Cahyo, kenapa sih?"

Tanpa banyak bertanya lagi, Savna segera menarik tangan kiri Dirga dan berlari menuju kamar sang mama.

"Mama?" Savna mengetuk pintu kamar orang tuanya tersebut.

Ketika pintu terbuka, nampak sang mama yang hanya memakai daster seadanya dengan rambut yang dicepol asal.

"Sibuk nggak?"

"Enggak nih, kenapa?"

Savna lalu mengajak Dirga dan Tiya—mamanya— masuk kembali ke kamarnya. Ditutupnya pintu tersebut rapat-rapat lalu ia duduk diantara kakak dan mamanya.

"Kenapa sih, Dek?"

"Savna mau cerita, tapi kalian harus janji jangan ceritain ulang ke siapa-siapa ya!"

Apa yang akan diceritakan Savna? Tentu saja kejadian di rumah Harsa tadi. Savna sudah memikirkannya dengan matang untuk bercerita pada mama dan kakaknya.

Alasannya simple, keduanya pendengar dan penasehat yang baik. Serta tidak ember seperti Bapak Brian alias papanya.

"Nah terus pas Mas Shanka nyusul Mbak Gisel tadi, Harsa juga ikutan keluar. Kasian sih dia pasti shock banget dengernya."

"Mama udah expect hal yang seperti ini kejadian," ujar Mama Tiya.

"Kok bisa, Ma?"

"Mama dari dulu sebenernya nyadar kalau ada yang ditutupin sama Krystal sekeluarga. Apalagi dulu pas kakak masih kecil, mama sering liat Krystal hangout bareng Jessica sama Jennifer, pokoknya mereka bertiga itu definisi ibu-ibu sosialita pada jamannya."

"Mereka sekarang jarang hangout?"

"Bukan jarang lagi, gak pernah malah. Biasanya hangout se-simple apapun itu pasti salah satu ada yang update di sosmed, kayaknya sih sekarang Krystal unfoll instagramnya Jennifer."

"Terus aku gimana, Ma? Jujur Savna bingung banget harus mihak siapa, Harsa sama Mbak Gisel sama-sama temenku," ujar Savna.

Dirga lalu menyahut. "Jadi team netral aja, Dek. Kalau ada yang mihak-mihak pasti nanti kalian kepecah, biarin dulu mereka ambil waktu sendiri. Mau Gisel atau Harsa, dua-duanya shock dan butuh orang yang harus bener-bener jadi sandarannya."

Sandaran ya?

Gisel rasanya sudah aman. Karena yang Savna tahu pasti ada Shanka yang tak mungkin berdiam diri untuk Gisel.

Tapi Harsa?

Ah, Savna merasa menjadi teman yang sangat jahat saat ini. Ia bahkan tidak menelpon atau mengirim pesan pada Harsa hanya karena rasa kalutnya memikirkan ia akan berpihak pada siapa.

Selepas kepergian sang kakak dan mama, Savna kembali merebahkan dirinya.

Savna jahat ya?

Ia lalu mencoba menghubungi Harsa baik melalui pesan maupun telpon. Namun tidak ada tanda-tanda data seluler Harsa menyala.

Ini kelima kalinya. Pokoknya kalau Harsa tidak menjawab panggilannya, Savna akan berangkat tidur karena ini sudah terlewat larut baginya.

Dan tidak sesuai dugaan Savna, Harsa akhirnya menjawab panggilan tersebut.

"HALO? SA? LO DI MANA?"

Lima belas detik tidak ada respon dari Harsa membuat Savna melihat layar ponselnya guna memastikan bahwa yang ia panggil adalah Harsa.

"Gue aman sama orang yang gue kenal."

"BOONG??? LO PULANG KE RUMAH GUE AJA GAPAPA!" titah Savna.

Disebrang sana, Savna yakin bahwa Harsa akan menjauhkan telinganya ketika mendengar teriakan Savna.

"Ini udah mau tengah malem bangsat, lo ngomong pelan-pelan aja!"

"Tapi gue serius, lo kalo butuh temen cerita ke gue aja ya? Jangan ke Yasa, nanti digibahin," tukas Savna.

Padahal ia baru saja menggibah bersama kakak dan mamanya. Tapi, setidaknya Savna bisa bernafas lega saat tahu Harsa tidak marah.

Kini tinggal rasa khawatir dan penasarannya mengenai keberadaan dan siapa yang menemani Harsa.

•••

Btw guys, kalian lebih suka sad ending atau happy ending?

ZER00'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang