❀ obrolan cowok

945 121 3
                                    

Repost yaaaa, yang udah baca bisa langsung skip ke next chapter


Setelah ditinggal Shanka, Yasa kembali melanjutkan pengembaraan menelusuri SMANDATURA. Sesekali menggoda adik kelas yang ia temui juga.

"Oit, Bang."

Janar mengangkat sebelah alisnya, agak malas berbicara karena kepalanya sedikit pusing.

"Gagal tobat apa gimana dah?"

Janar kelas dua belas, ia pun sudah membulatkan tekatnya untuk memperbaiki nilainya agar bisa masuk ke PTN yang ia inginkan.

Yang menjadi pertanyaan Yasa adalah, kenapa Janar berkeliling ketika jam pelajaran masih berlangsung?

"Pusing nih, mau ke UKS."

Maka sebagai teman yang baik hati dan tampan, Yasa mengantar Janar ke ruang UKS. Padahal Janar dengan tegas menolak. Emangnya gue cewek yang harus ditemenin ke UKS apa, batin Janar.

Tapi sisi bandelnya seakan mengingatkan Janar. Kemudian laki-laki itu mengangguk-anggukan kepalanya.

"Alesan lo picik banget ye anjing," sungutnya.

"Wahahaha, kebetulan banget, kan? Gue lagi ngider terus lo sakit."

Cibiran keras dari bibir Janar setidaknya berhasil membungkus obrolan mereka. Keduanya jadi sama-sama bergelut dengan pikiran masing-masing.

Yasa sendiri tentu masih memikirkan topik gibahannya dengan Shanka beberapa waktu lalu. Apalagi tokoh utamanya ada di depan mata.

"Bang."

Janar lagi-lagi mengangkat sebelah alisnya.

"Mbak Karin baik-baik aja, kan?"

"Maksudnya?"

Yasa merebahkan diri di kasur samping milik Janar. Sambil menatap langit-langit UKS, ia berkata, "Akhir-akhir ini gue liat Mbak Karin kayak banyak beban, takutnya dia sakit aja sih."

Janar hanya diam. Yang ia tahu, Yasa ini salah satu yang sangat dekat dengan Karina. Ia sendiri pernah mendengar kalau Karina ini tipikal kakakable banget, "Gue jadi pengen punya kakak cewe setelah ketemu Mbak Karin" setidaknya itu yang pernah Yasa katakan.

"Lo tau sendiri Karin anaknya ambis banget."

Jawaban sesingkat itu. Tidak menyinggung dirinya, apalagi Mbak Shylla. Benar-benar tidak sesuai harapan Yasa.

"Lo sendiri gimana? Gak ketularan Mbak Karin?"

Janar sendiri? Tidak tahu. Awalnya ia semangat sekali memulai kelas peminatan karena ia 100% yakin akan lintas jurusan. Semua berjalan semestinya hingga ia bertemu dengan teman sebangkunya.

Sama-sama berniat lintas jurusan, sehingga merasa menanggung beban yang sama.

Siapa lagi kalau bukan Shylla yang sempat Janar ceritakan pada Karina waktu itu.

"Gue liat," kata Yasa lagi.

Lihat?

Yasa bangun dan duduk menghadap Janar yang masih rebahan menatap langit-langit UKS.

"Gue liat lo sama Mbak Shylla pas lo nyuruh gue anterin Mbak Karin pulang. Gue yakin banget alesan lo gak bisa nganter Mbak Karin karena dia," jelas Yasa.

Janar hanya terkekeh. Menciptakan senyum bulan sabit di matanya.

"Kan gue nyari bahan buat praktek, Yas," bela Janar.

Yasa masih memincingkan matanya tanda ia masih tak percaya omongan Janar padanya. Alhasil, Janar ikut bangun dan duduk menghadap Yasa.

"Gue udah tobat, gak mau main cewek lagi. Gue juga kasian sama Karina harus sakit hati liat gue sama cewe mulu."

"Lo cuma kasian sama Mbak Karin?"

Yasa ini benar-benar sayang Karina. Tulus sebagai adik laki-laki Karina, bukan sebagai laki-laki ke perempuan. Meskipun bagi orang mungkin Yasa itu berbohong.

Sekali lagi Yasa tegaskan bahwa ia tak mau Karina harus diribetkan dengan urusan Janar dan para perempuannya seperti dulu.

"Dulu sih. Sekarang gue bener-bener udah nemu alesan kenapa harus Karina. Jadi lo gak perlu khawatirin dia," jawab Janar.

Yasa hanya menganggukkan kepalanya. "Kalau lo nyakitin Mbak Karin, gue gak segan mukul muka ganteng lo itu."

Janar lagi-lagi dibuat tertawa. Kelakuan Yasa sangat mirip dengan Eric, kembarannya.

"Lo sendiri? Beneran sama ini?" Janar menyodorkan foto buah ceri di ponselnya. Awalnya Yasa berpikir keras apa maksud dari Janar.

"Ck, Cherry maksud lo?"

Janar mengangguk.

"Gue beneran gak ada apa-apa sama dia, Bang. Masalah makan malam sama keluarga gue sama Renja tuh ya emang pure biar gue gak keliatan jomblo aja," jelas Yasa sebelum Janar memotong omongannya.

"Lo tuh secara gak langsung ngasih harapan ke itu cewek." Janar kembali merebahkan dirinya.

"Mana ada?"

"Lo bisa aja mikir itu cuma sekedar temenin ke acara makan malam, tapi buat cewek meskipun lo pake embel-embel ngasih makanan kesukaan dia, hal kayak gitu bisa bikin dia suka sama lo."

•••

Haloooo ada yang kangenn???

ZER00'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang