Bab 23 -Tujuan dari akhir perjalanan

1 0 0
                                    

Pertemuan akan terus terjadi dalam hidup begitu juga dengan perpisahan. Tidak ada yang abadi. Pertemuan akan memberi kita pelajaran bahwa akan ada pelajaran baru yang kita dapat dari seseorang yang baru sama juga dengan perpisahan kita akan mendapatkan pelajaran kembali.

Pelajaran bisa didapat dari perjalanan. Dan mungkin ini jadi pelajaran terakhir bagi mereka bahwa setelah ini tak akan ada lagi perjalanan yang ditempuh. Sudah cukup waktunya.

Setiap perjalanan pasti mempunyai tujuan. Tujuan juga pasti mempunyai akhirnya. Maka mungkin ini akhir bagi mereka.

Garry tidak bisa menghentikan apapun termasuk waktu. Jika waktunya sudah tiba dia tidak bisa berbuat apa apa sekalipun harus mengorbankan perasaannya sendiri. Biarlah ia terima semua resikonya mau tidak mau semuanya harus dihadapi bukan?

Suatu hal yang perlu diketahui bahwa tujuan selalu mempunyai makna yang indah.

Kini jika pada akhirnya semua harus berakhir maka berakhirlah sudah. Perasaan cinta itu harus segera dikelabui diujung dasar laut. Dihempaskan lalu dibiarkan berlayar dan menghilang.

Begitu juga dengan perasaan yang mereka punya. Disatukan lalu dibiarkan dan akan terhempas pada akhirnya.

Mereka sedang duduk di teras. Pagi ini hawa rasanya sedikit berbeda entah perasaan yang hinggap di tubuh Alya atau memang cuacanya sedang tidak bersahabat.

Tapi rasanya tidak karuan seperti akan ada sesuatu yang menusuk kembali hati yang mencoba untuk sembuh. semua kejadian belakangan ini bersama Garry memutar seperti kaset didalam kepala Alya. Bagaimana mereka menghabiskan hari dengan saling tertawa bahagia dan juga diliputi dengan kesedihan dan kecemasan. apa sesuatu yang baru bahagia harus berakhir?

Alya berusaha menepis semuanya. Tidak perlu ada yang dicemaskan hari ini akan berjalan seperti biasanya dengan baik baik saja.

Alya yang sedang memakan roti jadi melamun. Pandangannya lurus kedepan dengan tatapan kosong. Ada beban berat yang mesti dipikulnya entah itu apa. Tiba tiba ia merasa takut dengan apa lagi yang akan terjadi. Rasa trauma masih melingkupi dirinya ia benci sekali dengan perasaan itu. Perasaan takut terhadap hal

"Hei,Al!" Ucap Garry menaik turunkan telapak tangannya didepan wajah Alya.

Alya yang tersadar langsung mengerjap bingung.

"Ngelamun,hmm?"

"Eh,enggak" sahutnya lalu memakan lagi sisa roti yang masih berada ditangannya.

"Mikirin apa?"

"Enggak kok,tiba tiba kangen rumah" sahutnya dengan sedikit menekuk lipatan bibirnya ke bawah.

Garry tersenyum kecil lalu ia diam lagi. Ucapan Alya berhasil mengingatkannya tentang hari ini hari yang jadi kenangan terburuk lagi.

"Mau pulang?" Tawar Garry.

"Enggak,tapi kangen aja"

"Kenapa? Mamah kamu juga pasti kangen kamu"

"Aku mau pulang kalau kamu ikut aku pulang juga."

"Jangan egois Al,hidup kamu bukan cuma tentang aku.kamu harus tetap jalanin kehidupan kamu kaya biasa"

"Aku bukan egois ry, cuma... Aku nggak punya pilihan lain selain dengan ngancem kamu gitu" ujarnya menatap mata Garry yang terlihat ada keresahan di baliknya.

Garry menghela napas. Sulit memang, harus memberikan pengertian berapa banyak lagi. Walau perasaan keduanya sudah terungkap tapi rasanya masih ada yang kurang. Mereka pun tidak terlihat seperti sepasang kekasih pada umumnya.

TEMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang