Bab 8 -mensyukuri kehidupan

17 2 0
                                    

Bagai jiwa yang sudah terbelah,hancur hanya sisa sisa dari serpihan hati yang tak utuh

Rumah yang hanya berjarak melalui doa tak dapat tersentuh apalagi kehangatan yang tercipta didalamnya sudah tidak ada. Sudah mati sejak dimana pemilik rumah meninggalkannya.

Seperti cangkang yang kosong begitu kondisi rumah Alya. Sepi,hampa bahkan rasanya yang tersisa didalamnya hanya perasaan sunyi

Sebab apa yang sudah ditinggalkan dan meninggalkan yang tersisa cuma kenangan. Walau pahit tapi begitulah yang sudah terjadi. Mau mempertahankan apalagi?jika yang dipertahankan inginnya dilepaskan.

Lebih baik melepas sesuatu yang salah yang sudah tidak baik daripada bertahan dengan kepalsuan yang menyakitkan

Meski ujung ujungnya harus merasakan kesakitan dan kesedihan tapi itu yang terbaik. Terbaik bagi orang orang yang lebih memilih tetap tinggal.

Alya sedang menyiram beberapa tanaman yang tumbuh diperkarangan rumahnya. bunga bunga yang tumbuh dengan cantik. Yang dirawat dan dijaganya agar tidak layu

Kadang salah satu cara merilekskan pikiran atau tubuh dengan cara melakukan hal hal yang disukai setidaknya itu dapat sedikit membantu

"Mama sama Papah udah ngerawat Alya seperti Alya ngerawat tanaman ini"

"Tapi nyatanya apa yang dirawat tak selalu dapat bertahan lama ya,suatu saat bakal hancur juga"

"Karena apa?karna akar yang menopang tumbuhan ini nggak kuat sama kan sama rumah. Rumah yang udah nggak bisa lagi menopang sebuah keluarga" Alya terbayang lagi saat dimana sebuah kejadian itu datang menimpa dirinya dan keluarganya. Dimana waktu papahnya memilih pergi meninggalkannya dengan mamahnya. Bagaimana Alya merasakan kesedihan dan juga cinta pertama yang seharusnya dapat memberikan sentuhan kelembutan dan dekapan hangat berubah menjadi kekasaran dan kedinginan

Saat dimana dia mengerti akan seperti apa alur hidup membawanya beranjak dewasa

Keutuhan yang sudah tak lagi jadi satu menjadikannya tempat untuk menyatukan dua orang agar tetap utuh,yaitu dirinya dan mamahnya

Ia tak punya siapalagi.selain mamahnya,temannya dan juga dia. Seseorang yang jadi tempat keluh kesahnya dan dekapan hangatnya yang menjadi tempat ternyamanya.

Namun,seseorang itu...tak tahu bahwa ada seseorang yang menunggunya pulang.

Sedang asik menyiram tanaman dengan pikiran pikiran yang kalut seseorang membunyikan klakson motornya didepan gerbang

Masih pagi,kebetulan hari ini hari Minggu. Alya sedang menduga duga siapa yang menggangunggnya di pagi hari ini

"Hai,Al!" Sapa orang tersebut

"Lo,ngapain disini?" Tanya Alya ketika membuka pintu gerbang dan melihat siapa orang yang datang di pagi hari

"mau ajak kamu jalan boleh kan?"

"Siapa Lo ngajak gua jalan?masih pagi juga"

"Mau ikut engga?"

"Engga"

"Sekali ini aja mau ya Al" seru Dikta seraya memohon agar Alya mau mengikuti perintahnya

"Biasanya kalau udah dikasih kesempatan sekali bakal minta kesempatan kesempatan yang lain"

"Beneran kok,cuma sekali janji deh"

"Gaperlu janji, gue gak suka mengatasnamakan sesuatu Sama janji. Mending realitis langsung tunjukkin sama bukti"

"Oke nggak pake janji. Buat kali ini aja,tapi enggak tahu kalo nanti" ucap Dikta terkekeh

Alya mendengus. Dirinya paling susah untuk diajak pergi bahkan terkadang teman temannya sering mengajaknya keluar namun dirinya selalu menolak. Enggan,lebih nyaman berada didalam rumah meski kadang rumah itu sendiri enggak nyaman setidaknya berada diluar diantara orang orang yang berlalu lalang justru ketidaknyamanan itu sendiri.

TEMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang