Bab 7-Membaca perasaan

16 2 0
                                    

Buku adalah teman bagi para pembacanya -Alya

__________________

Malam ini tiba perayaaan yang ditunggu tunggu bagi sebagian murid. Perayaan festival musik atau yang sering disebut konser. Konser yang diadakan cukup meriah menampilkan sederet musisi tanah air yang ternama.

Alya masih berdiam dikamar duduk diatas kasur tanpa pergerakan sama sekali untuk beranjak sambil melihat banyak sekali pesan masuk ke handphone nya. Siapalagi kalau bukan teman temannya yang menyepam untuk menyuruhnya ikut menonton konser bersamanya

Tanpa menjawab pesan yang masuk Alya bergegas berganti pakaian. Malas berbasa basi. Padahal ia sudah cukup muak dengan acara tadi pagi ditambah malam ini ia pun harus turut hadir

Kalau bukan karena pertemanan ia sudah tiduran dikasur sambil membaca buku malam ini.

Bisa dihitung hanya berapa kali Alya turut hadir diacara seperti ini. Tidak seperti anak muda kebanyakan yang sering menghabiskan waktunya diluar Alya hanya berdiam diri di rumah. Bukan asos tetapi lebih selektif dalam bersosialisasi.

Alya berjalan menghampiri teman temannya yang sedari tadi sudah menunggunya disini.

"Akhirnya Dateng juga. Bener kan kata gua apa pasti Alya dateng" ucap Riri ke sasa

Tanpa menyahuti Riri Sasa bertanya kepada Alya "Lo nggak keberatan ikut acara ini?" Tanyanya sebagai teman yang paling dekat Sasa cukup paham dan mengerti maka ia memaklumi untuk tidak memaksa Alya mengikuti apa yang ia lakukan

"Nggak,santai aja. Gue disini sekalian cari udara segar aja"

"Al,jangan terlalu menutup diri. Lo bisa nikmatin hal disekeliling Lo yang ada. kalau Lo begitu terus Lo gak akan nemuin sesuatu baru yang bisa Lo eksplor" ucap Lila lantas Riri menyenggol lengan Lila takut yang Lila bilang menyinggung perasaan Alya

"Gue nutup diri juga demi kebaikan gue. Buat apa gue terbuka sama orang lain kalau hal hal seperti itu nggak baik buat gue"

"Lo mungkin belum bisa nemuin kebaikan apa kalau Lo terus mencari celah dengan selalu mementingkan keburukan yang ada"

"Keburukan itu sebagian dari diri gue yang gua gabisa hindarin. Gue juga nggak mau kaya gini. Kalau Lo paham Lo nggak akan maksa dan nyuruh nyuruh gue untuk sama kaya Lo. Simpan segala pemikiran Lo buat orang kaya gue karna orang kaya gue nggak akan pernah mau dengerin perkataan Lo"

Alya berusaha menahan emosinya. Kalimat kalimat baik yang disampaikan orang lain untuknya terasa sensitif ditelinganya.Bukannya ia tidak mau mendengarkan saran orang lain hanya saja cara yang disampaikannya tidak bisa ia terima dengan baik

Teman temannya yang mendengar Alya berkata seperti itu hanya bisa diam. Ia sudah kebal terhadap perkataan Alya yang selalu berusaha menolak semua sarannya. Temannya memang ingin berniat baik membantu Alya untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Cuma kadang cara yang digunakan seseorang kurang tepat sampai bikin orang itu tidak bisa menerima

Alya pergi dari situ mencari tempat yang cukup sepi untuk berdiam diri. Ia duduk ditepi jalan yang berada cukup jauh dari jangkauan orang orang yang menyaksikan acara itu. Tempat paling nyaman bagi dirinya adalah kesendirian itu

Sambil menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangannya. Ia berdiam diri disana.

"Enggak baik sendirian disini" ucap seseorang yang entah kapan ada didepannya

Alya mendongakkan kepalanya melihat siapa orang tersebut "kenapa sih Lo selalu ada dimana mana.disaat gue lagi pengen sendiri Lo pasti muncul"

Dikta selalu ada situasi yang sangat tepat. Dimana saat Alya sendirian saat Alya butuh bantuan ia selalu ada. Seolah memang dewa keberuntungan sedang berpihak pada Alya atau mengirimkannya orang yang membantunya menangani kesulitannya

TEMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang