Setelah kemarin Alya tak tahu kabar Dikta bagaimana. Bahkan sampai saat ini disekolah ia tidak melihat Dikta. Alya berusaha menipis semua hal yang sudah mereka lalui kemarin. Melupakan apa yang sudah terjadi.
Alya masih sama. Masih ia yang tidak akan membuka hatinya untuk orang yang cuma singgah di hidupnya. Datang untuk memberikan perasaan baru lalu pergi dengan perasaan yang menyakitkan. Tidak semudah itu. ia tidak mau menambah beban perasaanya. Biarlah begini,hidup dengan kesendirian dan kesepian
seperti sebelum sebelumnya ia tetap menjalankan sekolahnya seperti biasa. Seperti tak ada hal yang mengganjal padahal ia sendiripun bingung dengan apa yang sedang ia pikirkan
Alya melangkahkan kakinya ke ruang OSIS. Bukan untuk menemui Dikta tapi untuk menjumpai teman temanya disana. Iya,temanya memiliki kekasih yang juga merupakan teman Dikta. Ia pun juga baru tahu itu belum lama. Namun sekarang Alya sudah tahu siapa Dikta yang dikenal orang orang.
Menampakan kakinya diruang OSIS. Alya mengetuk pintu itu lalu membukanya
Untungnya sepi. Tidak ada para anggota OSIS didalamnya. Sebagian sudah pulang dan sebagian lagi ada dikelas masing masing. Mengingat jam pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi.
Ketika Alya menampakan wajahnya saat sudah berada didalam. Semua perhatian menuju kepadanya termasuk Dikta.
Saat keduanya bertatapan,Dikta hanya menampilkan senyumnya meski tidak dibalas oleh Alya.
"Lo ngapain aja Al,lama banget sampainya" tanya Riri yang sudah menunggunya diruang OSIS. Tadi sebelum mereka ingin pergi sebentar keruang OSIS Alya izin kepada mereka untuk kembali kedalam kelas katanya ada sesuatu yang tertinggal disana.
Padahal itu hanya siasat Alya agar ia tidak bertemu dengan Dikta. Entahlah,sejak saat dimana pertemuan itu terjadi. Pada saat pertama kalinya ia bersama Dikta muncul sesuatu perlahan didalam dirinya. Perasaan perasaan kecil yang ia sendiri pun tidak tahu itu apa. Perasaan penasaran yang menghantuinya
"Gue ke toilet dulu tadi" katanya beralasan
"Jadi mau ngapain kita disuruh kesini yon?" Tanya Sasa
"Gue nyuruh kalian kesini cuma mau nyampein kalau besok ada pemilihan anggota OSIS baru gue berharap salah satu dari kalian ikut daftar jadi kandidat calon anggota OSIS. Terkhusus Lo Al, gue mau banget Lo harus jadi anggota OSIS" kata Leon menjelaskan apa maksudnya
"Kenapa harus gue?kalau ada yang lain?" Tanya Alya. Ini salah satu alasan dia malas sekali menginjakkan kakinya diruang OSIS atau guru maupun ruang esktra yang lain selain kelas. Pasti selalu ada maksud dan tujuan nya
"Gue lihat Lo punya kemampuan buat jadi anggota OSIS selain Lo pinter Lo juga bisa diajak kerjasama buat saling tuker pendapat" jawab Andra yang juga merupakan anggota OSIS.
"Iya,gue semua berharap Lo mau ikut berpartisipasi. Gue yakin Lo bisa" sahut yogi. Mereka bertiga memang anggota OSIS juga yang berada dibawah naungan Dikta,ketua OSIS. Visi misi yang mereka berempat bangun cukup bagus mangkanya ia perlu partner lagi untuk menyatukan semua pemikiran para anggota untuk visi kedepannya agar lebih baik lagi.
"Gue nggak mau dan nggak minat. Mending Lo cari orang lain" ucapnya dengan malas lalu membalikan badan hendak pergi dari ruangan itu
Namun suara Dikta mengintrupsinya yang membuatnya berhenti. "Kalo nggak dicoba nggak bakal tahu rasanya gimana"
Itu perkataan yang mereka bicarakan kemarin. Pertanyaan yang Alya lontarkan mengenai kebingungannya untuk mencoba suatu hal baru.
Alya berdiam diri di tempatnya.Ia tidak tahu harus menjawab apa. Kata- kata yang Dikta bilang membuat dirinya tertampar.

KAMU SEDANG MEMBACA
TEMU
RomanceIni bukan cuma cerita tentang dua orang yang bertemu. Tetapi tentang banyak pertemuan yang harus di lewati. Bertemu dengan kebingungan,kekhawatiran,kegelisahan,kesedihan dan lain lainnya. Dan fase ini harus dilewati. Setiap orang mempunyai cerita h...