Bab 13 -Pulang

16 2 0
                                    

Waktu benar benar memperlakukannya dengan baik seakan bunga mawar yang ditanamnya tumbuh ditengah musim kemarau.

Pertemuan yang tidak disengaja akan terjadi itu berjalan dengan sangat baik. Kedekatan antara Alya dan Dikta pun berjalan dengan baik. Tidak seperti kemarin kemarin sikap Alya terhadap Dikta perlahan mulai berubah,menjadi lebih hangat.

Ia mulai bisa menerima Dikta. Selama kedatangan Dikta kedalam dunianya tidak menganggu dan memengaruhi apapun tidak apa apa.

Dunianya sangat sepi hanya ada warna hitam dan abu abu yang mewarnainya. maka,setiap kali ia lelah dan sudah dirasa tidak kuat ia selalu meminta kepada Tuhan agar didatangkan seseorang yang dapat berbagi beban yang selama ini disimpannya sendirian. Berharap akan ada seseorang yang siap mengulurkan tangannya untuk menariknya dari lubang hitam yang selama ini selalu menjebaknya.

Sepulang sekolah tadi,Dikta mengajak Alya ke rumahnya. sampailah mereka didepan sebuah rumah yang tidak terlalu besar,sederhana. Rumah dengan cat putih yang dikelilingi pagar dan disampingnya terdapat sebuah halaman yang cukup luas

Dikta membuka gerbang lalu memasukan motornya kedalam. Kemudian menutup kembali gerbangnya saat Alya sudah mengikutinya masuk

"kenapa ngajakin gue kerumah Lo?"

"Emangnya harus ada alasannya?" Bukannya menjawab pertanyaan Alya Dikta malah membalikan pertanyaanya

"Harus,sesuatu yang dilakuin harus ada dasar alasannya"

"Kalau gak ada alasannya gimana?"

"Gausah ngelakuin" jawab Alya ketus.

"Iya deh,besok besok kalau mau ngajak kamu kemana mana aku pikirin dulu alasannya biar kamu nggak banyak nanya"

"Gue nanya karna gue nggak tahu" Alya menyahutinya dengan nada yang cukup tinggi

"kalau semua hal yang ditanyain harus ada jawabannya kenapa pertanyaan aku nggak pernah dijawab?"

"Tentang apa?" Tanya Alya bingung

"Tentang penerimaan kamu ke aku. Gimana udah diterima belum jadi daftar orang yang berharga didalam hidup kamu?"

"Kalau gue jawab belum,Lo mau apa?"

"Mau terus belajar,supaya diterima"

Mereka melangkahkan kakinya masuk kedalam. Saat sudah sampai didalam Alya disambut oleh mamahnya dikta yang sedang duduk didepan ruang tamu sambil membaca majalah

"Kamu udah pulang dik?bawa siapa ini?" Tanya mamahnya dikta saat melihat Alya disamping Dikta

Alya yang dilirik menyunggingkan senyumnya,bersikap sopan. Walaupun sifatnya cuek dan tidak peduli tapi Alya tahu dengan siapa ia berbicara dan siapa yang sedang diajaknya berinteraksi. Ia tahu mana orangtua dan anak seusiannya tidak menyamaratakan kedudukannya. Tetap orangtua yang tertinggi yang juga perlu dihormati.

Ia pernah membaca sebuah quotes dibuku seperti ini: Jika kamu ingin dihormati,hormatilah orang lain. Jika kamu ingin dihargai,hargailah orang lain. Begitulah memperlakukan oranglain selayaknya kamu ingin diperlakukan. Kata kata itu yang selalu jadi ingatannya. Kata yang dibuat untuk mereminder diri sendiri supaya memperlakukan orang lain sama dengan kamu ingin diperlakukan. Tapi terkadang banyak yang tidak tahu bahwasanya hal itu yang sering dilupakan.

Seringkali kita meminta orang lain untuk memperlakukan kita dengan baik tapi kita lupa apakah kita sudah memperlakukan orang lain baik? Sehingga kita ingin diperlakukan seperti itu juga.

"Saya Alya Tante,temen sekolahnya Dikta"

"Kamu satu kelas sama Dikta?"

"Enggak,saya adik kelasnya"

TEMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang